Sebuah teks biasanya dilengkapi dengan konjungsi temporal. Adanya konjungsi temporal akan membuat sebuah tulisan terasa mengalir dan jelas urutan waktunya. Untuk mengetahui apa itu konjungsi temporal, simak definisi, fungsi, jenis, dan contoh penggunaannya di bawah ini.
Dikutip dari buku Teks dalam Kajian Struktur dan Kebahasaan oleh Taufiqur Rahman, konjungsi temporal adalah kata hubung antara dua hal atau peristiwa yang mengacu pada urutan waktu.
Dalam buku Materi Utama Bahasa Indonesia SMP oleh Hari Wibowo, juga dijelaskan konjungsi temporal ditemukan dalam berbagai jenis teks, antara lain dalam penyajian teks berita yang menggunakan pola kronologis.
Fungsi dari konjungsi temporal antara lain menjadi sarana kohesi teks, yaitu menyambungkan kalimat satu dengan lainnya agar terasa mengalir. Konjungsi temporal dapat menata peristiwa-peristiwa sehingga menjadi jelas urutannya.
Contoh dari konjungsi temporal adalah jika, sejak, sebelumnya, ketika, dan sebagainya. Contoh kalimatnya: Aku sudah menunggumu datang sejak matahari terbenam.
Jenis konjungsi temporal dibagi menjadi dua, yaitu konjungsi temporal sederajat dan konjungsi temporal bertingkat.
Konjungsi temporal sederajat adalah kata hubung waktu yang menghubungkan dua bagian kalimat yang sederajat. Konjungsi ini tidak bisa diletakkan pada awal maupun akhir kalimat.
Contoh konjungsi temporal sederajat antara lain: lalu, kemudian, sebelum, setelah, sesudah, apabila, bila, bilamana, demi, hingga, ketika, sambil, sampai, sedari, sejak, selama, semenjak, sementara, seraya, waktu, dan tatkala
Konjungsi temporal bertingkat adalah kata hubung waktu yang menggabungkan dua peristiwa yang tidak sederajat. Konjungsi ini dapat diletakkan di awal, tengah, maupun akhir kalimat.
Contoh konjungsi temporal bertingkat antara lain: sebelumnya dan sesudahnya.
Dilansir dari buku Explore Bahasa Indonesia Jilid 3 untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XII oleh Imam Taufik, dkk, berikut ini contoh penggunaan konjungsi temporal:
Contoh 1
Pada Desember 1873, Belanda kembali mengirim pasukan yang dipimpin oleh Jenderal Jan van Swieten. Pada penyerangan ini, Belanda berhasil menguasai istana Kerajaan Aceh, tetapi van Swieten tidak berhasil menawan Sultan Mahmudsyah. Sultan Mahmudsyah menyingkir ke Lueng Bata. Tidak lama kemudian, Sultan Mahmudsyah memimpin perang dari Luengbata. Akan tetapi, ia terserang penyakit, kemudian wafat.
Contoh 2
Teuku Umar memimpin perjuangan di daerah pantai barat. Bersama istrinya, Cut Nyak Dien, ia memimpin serangan-serangan terhadap pos-pos penjagaan Belanda. Akhirnya, daerah Meulaboh dan sekitarnya dapat dikuasai kembali.
Contoh 3
Pasukan Belanda kemudian dipimpin Jenderal Van Heutz. Ia mempunyai pasukan khusus yang bernama barisan Marsose. Pasukan Belanda mengadakan penyerangan besar-besaran di pedalaman Aceh. Pada tahun 1903, Sultan Muhammad Daudsyah menyerah kepada Belanda. Beberapa bulan kemudian, Panglima Polim pun menyerah.
Walau pada akhirnya Belanda berhasil menjajah Aceh, kegigihan rakyat Aceh dalam melawan Belanda telah terukir dalam sejarah Indonesia. Sikap pantang menyerah dan nilai kepahlawanan yang tergambar dalam perang Aceh itu menampilkan jati diri bangsa yang tidak mudah putus asa.
Itulah tadi penjelasan tentang konjungsi temporal, mulai dari definisi, fungsi, jenis, dan contoh penggunaannya.