Dua remaja di Kabupaten Bantul menjadi korban pembacokan.
Setelah ditelusuri polisi, keduanya berduel dengan pelaku agar bisa masuk geng alumni.
Keduanya memutuskan tak melapor ke polisi karena telah ada kesepakatan sebelum duel untuk tak melapor ke polisi maupun orang tua.
Pengamat Sosial Universitas Indonesia Devie Rachmawati mengatakan fenomena geng remaja ini muncul karena para remaja tengah mencari jati diri.
Pada prinsipnya, anak dan remaja adalah anak kandung zaman.
"Kalau pertanyaannya apakah geng akan selesai? Tidak. Selama masih ada anak dan remaja maka geng akan terus muncul," kata Devie melalui sambungan telepon, Kamis (19/9).
Remaja ini membutuhkan identifikasi diri. Maka dari itu banyak kemudian yang bergabung dengan geng-geng remaja. Geng yang negatif akan membawa remaja pada tindakan tak terpuji.
"Aksi kekerasan (remaja) yang dilakukan di Yogya atau tempat-tempat lain itu bukan hal baru. Peneliti sosial dari tahun 80-an sudah memotret hal ini di Indonesia," jelasnya.
Lanjutnya, remaja membutuhkan geng dan kelompok karena mereka butuh perhatian, panggung, dan pujian atau yang Devie singkat 3P. Hal ini banyak tidak dipahami oleh institusi sosial seperti rumah dan lingkungan maupun institusi formal seperti sekolah.
"Di luar (negeri) sudah relatif lebih minim (geng negatif) karena anak-anak diberi 3P itu tadi," katanya.
Sementara di Indonesia, anak-anak yang dielu-elukan dan dibanggakan hanya mereka yang menguasai bidang tertentu seperti matematika, fisika, dan lain sejenisnya.
Ekstrakurikuler di Indonesia juga itu-itu saja. Padahal di luar negeri ekstrakurikuler ada 120 macam.
"Setiap anak akan punya geng, tapi geng berbasis minat dan mereka akan sibuk sendiri. Mereka akan punya tempat mengaktualisasikan diri sehingga mereka bisa mendapat pujian, mendapatkan panggung dan perhatian. Di kita nggak," bebernya.

Fasilitasi Geng Positif

Masyarakat jangan memaklumkan perilaku negatif dari geng-geng yang suka berduel seperti itu. Mereka yang bersalah tetap harus disanksi, atau minimal harus ada pembinaan.
Selain itu, agar geng negatif ini bisa diminimalisir, sekolah harus bisa memfasilitasi geng-geng positif. Energi dan minat para remaja ini harus disalurkan.
Dia mengatakan orang dewasa lah yang paling bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada anak-anak karena anak-anak belum bisa berpikir rasional sebelum usia 24 tahun.
"Pastikan energi berlebih itu diberikan ruang sehingga mereka bisa mendapatkan panggung, pujian," bebernya.
"Kalau saya belajar dari luar (negeri) itu sederhana semua anak ditemukan minatnya. Buatkan geng untuk mereka," jelasnya.
Dari pengalamannya di luar negeri, bahkan sampai ada geng Harry Potter karena banyak anak-anak yang menyukai sosok tersebut.
"Geng masak pun macem-macem. Ada geng es krim. Dan itu semua dapat waktu yang sama. Misal mau pakai ruangan itu diatur betul. Itu tugas sekolah dong," bebernya.
"Jangan yang dapat elu-elukan anak basket semua, atau anak sepak bola," ucapnya.
Di masa sekarang di mana anak-anak suka game, Devie merasa perlu pula sekolah membikin geng game.
"Yang suka tinju bikin aja (geng) tinju sekalian. Kenapa nggak? Kita bikin sekalian," jelasnya.
Munculnya geng remaja berujung kriminalitas ini menurut Devie bukan kesalahan aparat penegak hukum tetapi dimulai dari rumah.
Peran orang tua, lingkungan, dan sekolah harus berkesinambungan.
"Kita harus lihat di hulunya ini kesalahan kita semua. Ini bagaimana anak-anak bisa berkeliaran di atas jam 12 malam, jam 2 pagi, jam 3 subuh, itu anak-anak yang ada di jalan siapa yang salah? Dengan motor yang bahkan belum punya SIM," bebernya.
Baca Lebih Lanjut
Polisi Ultimatum Anggota Geng yang Bacok Mahasiswa Udinus Agar Menyerahkan Diri
KumparanNEWS
Polda Sumut tangkap 12 anggota geng motor di Kota Medan
Antaranews
Pernikahan sebaiknya sudah dipikirkan sejak remaja
Antaranews
Pendampingan Orang Tua: Upaya Efektif Mencegah Perilaku Negatif Remaja
FITRIA NUR FADILA
8 Kondisi Sakit Anak yang Sebaiknya Tak Perlu Masuk Sekolah
KumparanMOM
Psikolog imbau orang tua tak abaikan waktu bermain remaja
Antaranews
18 Sekolah di Konawe Meriahkan Arts Competition Palang Merah Remaja, Rangkaian HUT PMI ke-79
Desi Triana Aswan
Kementan fasilitasi pelaku usaha di sektor perkebunan
Antaranews
Mengenal Apa Itu Awan Arcus, Viral Disebut Fenomena Awan 'Tsunami'
Detik
Cara Memulihkan Percaya Diri Anak yang Mengalami Bullying di Sekolah
Diah Puspita Ningrum