TRIBUNJOGJA.COM - Berikut ini adalah kunci jawaban Bahasa Indonesia SD/MI Kelas 6 bab 6 halaman 143
Liburan Perpisahan Kelas
Liburan akhir tahun pelajaran hampir tiba. Siswa kelas enam mengadakan rapat dipimpin oleh Agni, sang ketua kelas. Agenda rapat kali ini adalah menentukan tujuan liburan perpisahan kelas. Siswa kelas enam sudah menabung sejak awal tahun ajaran untuk keperluan ini.
“Teman-teman, mari kita mulai dengan mengusulkan tujuan liburan kita. Aku akan menuliskannya di papan tulis,” Agni bersiap menulis. Zaki terlihat mengacungkan tangan. Dia berbicara setelah Agni mempersilakan.
“Menurutku, kita harus sepakat dulu dan memastikan bahwa semua setuju untuk berlibur ke luar kota. Bisa jadi ada yang keberatan. Liburan seperti ini menghabiskan banyak uang.
“Dari awal tahun ajaran kita sudah sepakat menabung khusus untuk keperluan ini, kan? Iya, kan, Salma?” Agni meminta dukungan ke bendahara kelas. Salma mengangguk, tetapi Frida yang menimpali, “Kamu tidak boleh begitu, Agni. Kupikir sebaiknya kita mendengarkan dulu alasan-alasan mereka yang tidak mau ikut liburan. Kita tidak bisa memaksa, kan?” “Baik. Siapa saja di kelas ini yang tidak setuju dengan rencana kita mengadakan liburan?” Agni bertanya dengan lantang.
Tampak Zaki, Olivia, dan Juna mengangkat tangan. “Aku belum tahu apakah orang tuaku mengizinkan. Aku sering sakit kalau bepergian terlalu jauh,” kata Olivia. Agni mengangguk-angguk maklum.
Tampaknya teman-teman lain juga heran mengapa Juna menentang rencana liburan ini. Pada awal tahun ajaran, Juna bersemangat untuk berlibur. Juna juga rajin membayar iuran untuk kas kelas. “Aku … aku cuma tidak yakin apakah aku akan suka dengan tujuan liburan kita.”
Seketika teman-teman sekelasnya bergumam dan berkomentar. Agni mengetukkan penghapus ke papan tulis, meminta teman-temannya untuk tenang. Karena mayoritas anak setuju untuk liburan, rapat untuk menentukan kota tujuan dilanjutkan. Zaki, Olivia, dan Juna tidak keberatan. Siswa-siswa kelas enam riuh mengusulkan tujuan liburan mereka.
Pertama, Agni mencatat semua kemungkinan: Bali, Banyuwangi, Madura, Bromo, Malang, Yogyakarta, Solo, Karimun Jawa, Dieng, Bandung, dan Pangandaran.
Selanjutnya, Agni mempersilakan teman-temannya untuk memberikan pendapat tentang destinasi liburan pilihan mereka masing-masing. “Aku pilih Yogya karena aku ingin melihat keraton, Malioboro, dan Borobudur. Aku juga ingin mencicipi gudeg asli,” kata Melodi. “Aku juga pilih Yogya karena aku ingin ke Museum Gunung Merapi dan Museum Ulen Sentalu,” kata Frida.
Beberapa teman lain juga mengungkapkan pendapatnya. Sebagian besar siswa memilih Yogya. Ada juga yang ingin ke Solo karena ingin ke Museum Sangiran. Semua pendapat ditampung oleh Agni dan dicatat oleh sekretaris kelas, Zidan.
“Sebentar, sebentar. Kan tidak semua anak ingin ke Yogya. Coba kita tanya dulu pendapat yang lain,” Juna berpendapat. Kelas kembali riuh. Nama-nama kota lain kembali disebut. Usul kembali bermunculan. Akhirnya, siswa kelas enam melakukan pemungutan suara untuk menentukan suara terbanyak. Dari 24 siswa di kelas enam, 20 orang memilih Yogyakarta, 3 orang memilih Solo, 0 orang memilih Dieng, dan 1 orang abstain atau tidak memberikan suara.
Agni tampak lega setelah kelas enam berhasil menentukan tujuan liburan. Masih banyak hal lain yang perlu dirapatkan, termasuk persiapan yang harus dilakukan oleh siswa sebelum melakukan perjalanan. Ketika Agni kembali ke tempat duduknya, tiba-tiba Juna maju ke depan kelas. Tanpa bicara, dia menghapus seluruh tulisan di papan tulis. Wajahnya berkerut. Bu Pertiwi yang sejak tadi mengamati jalannya rapat kelas mendekati Juna. “Ada apa, Juna? Kamu tidak suka Yogya?” tanya Bu Pertiwi.
“Kakek dan Nenek Juna tinggal di Yogya, Bu. Kalau Juna ke Yogya, mereka pasti akan menemui Juna, memeluk Juna tanpa henti, dan membawakan macammacam oleh-oleh. Juna malu pada teman-teman, Bu,” jawab Juna lirih. Beberapa anak yang mendengar jawaban Juna berusaha menyembunyikan tawa.
Bu Pertiwi tersenyum, “Ya, sudah, nanti Juna boleh berpesan kepada Kakek dan Nenek agar mereka tidak mengunjungi Juna selama di Yogyakarta.” Juna mengangguk sambil tersenyum. Meski begitu, dalam hati dia berdoa agar Kakek dan Neneknya tetap mengunjunginya. Dia malu dipeluk-peluk, tetapi sebenarnya dia rindu.
Untuk menguji pemahamanmu, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Masalah apa yang ingin dipecahkan oleh siswa kelas enam?
Kelas 6 ingin menentukan tujuan liburan perpisahan kelas.
2. Bagaimana cara mereka menentukan tujuan liburan?
Mereka mempertimbangkan tujuan liburan dengan mencatat semua kemungkinan, mengerucutkannya menjadi tiga pilihan dengan pertimbangan jarak, kemudian meminta pendapat peserta didik menceritakan alasan memilih tujuan liburan tersebut.
3. Berdasarkan teks tersebut, kota mana yang paling diminati?
Kota yang paling banyak diminati adalah Yogyakarta.
4. Menurut kalian, apakah cara mereka mengambil keputusan merupakan cara terbaik? Berikan alasan kalian, ya.
Menurut saya, cara mereka mengambil keputusan dengan voting sudah tepat karena rapat tidak menghasilkan mufakat atau setuju semuanya.
5. Bayangkan kalian sedang berdiskusi. Apa yang akan kalian lakukan jika keputusan kelas tidak sesuai dengan pilihan kalian?
Saya akan tetap menghargai keputusan kelas meskipun berbeda dengan keinginan saya sendiri.
6. Menurut kalian, siapakah Bu Pertiwi?
Bu Tiwi adalah guru kelas 6 SD Pesisir.
7. Mengapa Bu Pertiwi tidak ikut berpendapat dalam diskusi?
Bu Tiwi tidak ikut berpendapat karena ia ingin memberikan kesempatan kepada murid-muridnya untuk bermusyawarah menentukan sendiri tujuan berwisata.
8. Menurut kalian, mengapa Juna malu dikunjungi kakek dan neneknya?
Juna malu dikunjungi nenek dan kakeknya karena nenek dan kakeknya akan memeluk-meluknya dan memanjakannya di depan teman-temannya.
Kunci jawaban Bahasa Indonesia SD/MI kelas 6 bab 6 Hal 160 - 161
Uang Elektronik dan Otomatisasi
Sore hari sepulang sekolah, Hana mendapati ayahnya sedang duduk di teras sambil memegang ponsel. Senyumnya merekah, matanya tampak berbinar seperti melihat sesuatu yang mengagumkan. “Apa sih yang dilihat ayah?” batin Hana.
“Eh, Hana. Sini, Ayah mau tunjukkan sesuatu.” Hana mendekat dan duduk di sebelah ayahnya. Pak Rizal menunjukkan video dari ponselnya. Terlihatlah video sebuah keluarga sedang berbelanja di supermarket tanpa kasir. Mereka bisa mengambil barangbarang di rak dengan bebas. Kamera-kamera yang terpasang di toko merekam barang apa saja yang diambil dari rak.
Setelah selesai berbelanja, pelanggan bisa pulang. Secara otomatis, uang di rekening pelanggan akan berkurang sesuai harga barang yang diambil. “Canggih, kan?” Pak Rizal meminta persetujuan Hana. “Iya,” jawab Hana pelan. Dia tampak tidak terlalu kagum karena sepertinya ada yang kurang. “Canggih sih, Yah. Tapi kupikir kalau masih ada kasir atau orang yang melayani di warung, kita masih bisa mengobrol, masih bisa dapat senyuman.” Pak Rizal manggut-manggut.
“Eh, iya, Yah. Ada tugas sekolah. Aku mau bertanya tentang uang kartal dan uang giral. Apa sih itu?” “Oh, ini pas dengan yang baru saja kita bahas. Uang kartal itu jenis uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Bentuknya uang kertas dan uang logam atau koin. Uang giral itu uang yang dikeluarkan oleh bank umum selain Bank Indonesia. Bentuknya antara lain surat berharga, cek, kartu kredit, dan kartu debit. Ada lagi uang elektronik yang juga termasuk uang giral.
Uang elektronik bisa berbentuk kartu atau aplikasi di ponsel. Sebenarnya uang elektronik ini seperti dompet digital, kartu atau ponselmu digunakan untuk menampung uang yang kamu kirim dari tabunganmu di bank. Ketika uang elektronikmu habis untuk berbelanja, kamu perlu mengisi ulang, seperti kamu memasukkan uang kertas ke dalam dompet.” Hana manggut-manggut, mencoba mencerna penjelasan ayahnya.
“Menurut Ayah, uang elektronik lebih praktis karena kita tidak perlu uang tunai dari ATM,” kata Pak Rizal. “Aku lebih suka uang kertas,” gumam Hana lirih. “Lho, mengapa?” “Karena gambarnya bagus. Dan aku baru merasa benar-benar punya uang kalau memegang bendanya,” jawab Hana.
Untuk menguji pemahamanmu, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Mengapa uang elektronik dianggap lebih praktis daripada uang kertas?
Jawab: Uang elektronik tidak memakan tempat di dalam dompet dan bisa diisi ulang sesuai kebutuhan.
2. Menggunakan uang elektronik mempunyai dampak baik dan dampak buruk. Coba kalian sebutkan dampak tersebut berdasarkan teks.
Jawab: Menurut saya, otomatisasi mempunyai dampak baik yang lebih banyak. Otomatisasi akan semakin memudahkan pekerjaan manusia dan juga bisa membantu orang yang mempunyai disabilitas. Memang otomatisasi akan menghilangkan beberapa pekerjaan, namun manusia adalah makhluk yang mudah beradaptasi dan bisa menemukan pekerjaan lainnya.
3. Apakah kalian setuju dengan adanya supermarket tanpa kasir? Jelaskan jawaban kalian, ya.
Jawab: Untuk sekarang ini, supermarket tanpa kasir belum cocok dibangun di Indonesia. Kita masih mempunyai banyak sekali tenaga kerja yang membutuhkan pekerjaan. Teknologi tersebut juga kemungkinan masih terlalu mahal daripada membayar pegawai. Mungkin dalam sepuluh tahun lagi, supermarket tanpa kasir akan ada di Indonesia, tapi tidak untuk waktu sekarang.
4. Jelaskan secara singkat perbedaan uang kartal dan uang giral.
Jawab: Uang kartal adalah jenis uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, sedangkan uang giral adalah uang yang dikeluarkan oleh bank umum selain Bank Indonesia yang bisa berbentuk surat berharga, cek, kartu kredit, dan kartu debit.
5. Mana yang lebih kalian sukai, uang kartal atau uang giral?
Jawab: Saya suka uang kartal karena lebih umum dipakai di mana-mana.
6. Mengapa Hana lebih suka uang kertas?
Jawab: Hana lebih suka uang kertas karena gambarnya bagus dan dapat dipegang langsung sehingga menimbulkan rasa memiliki uang.
7. Perhatikan judul teks ini. Usulkan judul yang menurut kalian lebih tepat.
Jawab: Perkembangan Jenis-Jenis Uang
UANG ELEKTRONIK DAN UANG KARTAL
Jawaban bisa dijawab sesuai pendapat anda. ( MG Tiara Ning Tyas )