SURYAMALANG.COM , MALANG - Inovasi jagung pakan dikembangkan Prof Arifin dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB).

Inovasi pembuatan varietas jagung hibrida dari UB dengan keunggulan produktivtas tinggi dan waktu panen lebih cepat itu diberi nama 'Jagung Brawijaya Nusa' , yang diterapkan di Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Jika produktivitas jagung pada umumnya hanya mencapai sembilan ton per hektare, maka dengan benih ini bisa meningkat produktivitasnya di atas 30 persen," kata Arifin, Jumat (6/9/2024). 

Ada dua jenis benih jagung yang diterapkan di NTT , yakni jenis Nusa 1 dan Nusa 3. 

Keduanya mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan benih jagung pada umumnya.

Jagung ini juga toleran terhadap wilayah semi arit atau berlahan kering seperti di wilayah NTT khususnya di Sumba dan Timor.

 "Benih jagung Brawijaya Nusa bisa menghasilkan hingga 12.9 ton per hektare dan 13,7 ton per hektare dibandingkan benih jagung pada umumnya yang hanya sebesar 9 ton per hektar,” jelasnya.

Arifin memaparkan, proses masuknya inovasi benih jagung UB di NTT sudah dimulai sejak tahun 2022. 

Awalnya, ia bersama timnya menyosialisasikan dan memperkenalkan teknologi pembuatan benih dan budidayanya. 

Sebenarnya ada lima jenis benih jagung hasil inovasi UB yang diusulkan untuk diterapkan ditanam di NTT. Namun hanya dua yang lolos dari Kementerian Pertanian untuk dilepas.

Pada 2024 ini, Provinsi NTT ingin nilai tambah itu bisa dinikmati oleh masyarakat setempat.

"NTT merupakan daerah potensial untuk penanaman jagung dan ternak sapi tapi  produktivitasnya masih rendah sekali. Jika rata-rata secara nasional menghasilkan jagung sebanyak 5.8 sampe 5.9 ton per hectare, di NTT hanya 2.3 ton per hektare," ujar dia dalam rilis humas UB. 

Maka melalui teknologi inovasi jagung dari Maize Riset Center (MRC) harapannya bisa menaikkan dan bisa sama dengan produktivtas nasional.

"Selama ini jika ada bantuan benih jagung itu pasti dari luar NTT, seperti Jawa. Sehingga diminta untuk membuat di sana. Siapa yang membuat itu harus kerja sama dengan swasta. Kenapa harus dengan swasta? Karena ini sebenarnya benih, varietas dan teknologinya dari universitas. Sementara untuk proses bisnisnya supaya bisa tertangani dengan baik manajemennya maka perlu menggandeng swasta dengan melibatkan petaninya,” paparnya. 

Ia mengatakan, jagung yang dikembangkan di NTT adalah jenis pakan (field corn), jagung pangan yang rasanya manis, jagung ketan dan jagung fungsional. 

Disebut untuk pakan karena 70 persen digunakan untuk pakan. Tapi bukan berarti tidak bisa untuk pangan. Karena seperti di Afrika, di Indonesia, jagung juga masih digunakan sebagai pangan penduduk setempat. Seperti di Madura dan wilayah lain di Indonesia Timur. Sylvianita Widyawati

Baca Lebih Lanjut
Pakar Pertanian UB kembangkan inovasi jagung di NTT
Antaranews
Universitas Brawijaya Malang dan Undana Praktik Teknologi Mulsa Organik Bersama Petani di Malaka NTT
Dyan Rekohadi
Gelar Konferensi Internasional, FEB UB Malang Bahas Masa Depan Transformasi Ekonomi Global
Timesindonesia
FT UB × Lions Club Malang Indah Bebersih Sungai di Kota Malang
Timesindonesia
Summer Course FTP UB Diikuti 123 Mahasiswa dari 6 Negara
Timesindonesia
Tim UB Ajarkan Siswa SMA di Malang Membuat Tepung Maggot
Timesindonesia
Soal Pertunjukan Musik Dugem di Open House Raja Brawijaya, Ini Kata Kampus UB
Sindonews
Universitas Negeri Malang dan Universitas Brawijaya Target Masuk Tiga Besar di Pimnas 2024
Eko Darmoko
Minat Anak Muda jadi Petani Minim, Menkop UKM Bakal Kembangkan Model Bisnis Baru untuk Petani
Seli Andina Miranti
Bersih-bersih Sungai, Mahasiswa UB dan Lions Club Malang Indah Tanamkan Peduli Lingkungan
Timesindonesia