POSBELITUNG.CO - Kisah Indah pertama kali nonton syuting Film The Bell Panggilan untuk Mati mengaku ikut merasakan aura seram syuting film yang mengambil tempat di Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tersebut.

Ia menilai lokasi syuting film di Bukit Samak dan Pantai Teroping cocok dengan kisah yang akan diangkat sutradarai oleh Jay Sukmo tersebut.

"Saya pernah nonton sampai jam 2 pagi.

Seremnya dapat banget sih.

Apalagi di Bukit Samak ini memang tempat angker bagi warga sini.

Jadi film ini cocok banget melakukan syuting di sini," ungkap Indah Kecamatan Kelapa Kampit kepada Posbelitung.co, Rabu (4/9/2024).

Demi ingin menyaksikan proses syuting film tersebut, Indah bahkan rela menonton sampai dini hari.

Ini lantaran dirinya penasaran dengan akting dari para pemain. 

Indah mengaku sengaja datang pada malam hari agar bisa ikut merasakan aura (vibes) horornya.

Demikian juga dengan Dirga, warga Kelapa Kampit lainnya.

Ia sengaja datang jauh-jauh hanya untuk melihat proses syuting film horor tersebut. 

Menurutnya, ia ingin melihat langsung proses syuting sebuah film yang sering ditontonnya di bioskop.

Termasuk ingin melihat lebih dekat para aktris yang bermain dalam film tersebut.

"Penasaran sama artisnya juga.

Kan saya orang kampung. pengin juga melihat artis dari Jakarta," kata Dirga sambil tertawa.

Ia berharap Film The Bell Panggilan untuk Mati ini bisa mengikuti jejak Film Laskar Pelangi yang booming beberapa waktu lalu.

"Karena dulu saat Film Laskar Pelangi booming, manfaat untuk daerah sangat banyak.

Salah satunya wisatawan banyak berdatangan," kata Dirga.

Besarnya antusias masyarakat lokal menyaksikan proses syuting film ini diakui produser Film The Bell Panggilan untuk Mati, Rendy Gunawan.

Antusias masyarakat lokal melihat proses produksi sangat tinggi. 

Seperti pada malam Jumat lalu, jelasnya, warga masih menunggu di luar lokasi syuting hingga pukul 05.00 WIB pagi.

"Kita bersyukur proses syuting di Belitung Timur dapat sambutan hangat dari masyarakat.

Bayangkan sampai jam 5 pagi menonton kami syuting. Luar biasa," ungkap Rendy.

Ia pun mengapresiasi warga yang antusias melihat proses syuting dari adegan demi adegan. 

"Terima kasih dukungannya untuk Film The Bell Panggilan untuk Mati.

Kami senang sekali," kata Rendy.

Film The Bell Panggilan untuk Mati ini mengangkat kisah mengenai urban legend asal Manggar, Kabupaten Belitung Timur yaitu hantu Penebok. 

Hantu Penebok dalam film ini diwujudkan sebagai noni Belanda yang punya dendam karena dibunuh saat sedang membela kawannya sendiri. 

Kepalanya dipotong oleh kumpeni dan konon hingga kini noni Belanda itu sedang gentayangan mencari kepalanya yang hilang.

Hantu Penebok juga terkenal di kalangan masyarakat Pulau Belitung, dan dipakai oleh para orang tua untuk menakuti anak mereka jika ingin pergi bermain saat siang atau malam hari.

Hantu Penebok Figur Mistis

Kisah Film The Bell Panggilan untuk Mati yang syuting di Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengangkat urban legend di Negeri Laskar Pelangi.

Film yang isutradarai oleh Jay Sukmo ini mengisahkan hantu Penebok keturunan Belanda yang memiliki dendam terhadap sesama orang Belanda lantaran adanya konflik tertentu.

Sang hantu bergentayangan mencari tumbal untuk mengganti kepalanya yang hilang setelah dibunuh.

Rendy Gunawan, Produser Film The Bell Panggilan untuk Mati mengungkapkan Hantu Penebok merupakan figur mistis berasal dari Manggar, Kabupaten Belitung Timur yang tercipta di masa lampau.

Hantu ini diyakini oleh warga Pulau Belitung lantaran konon sedang mencari kepala manusia untuk dijadikan tumbal.

Hantu Penebok ini populer menjadi cerita di masa kanak-kanak para generasi boomer saat ini.

Pemilihan tempat-tempat syuting film ini memang cocok sebagai latar film tersebut.

Proses syuting saat ini sedang berlangsung di Belitung Timur.

Lokasi-lokasi yang dipilih menjadi lokasi syuting film horror romansa ini dikenal masyarakat sebagai tempat yang mempunyai nilai magis tinggi.

Kawasan Bukit Samak Manggar salah satu lokasi dari beberapa lokasi syuting film yang dipilih.

Di kawasan ini kebetulan terdapat rumah rumah bergaya kolonial.

Lokasi ini dinilai cocok menjadi lokasi utama film yang dibintangi Bhisma Mulia dan Ratu Sofya ini.

Diantaranya ada SMK Stannia Manggar.

Gedung sekolah yang dulunya bernama Ambacht Cursus (AC) ini merupakan salah satu bangunan yang didirikan pada masakolonial Belanda pada tahun 1928.

Bangunan bersejarah ini dikenal masyarakat setempat sebagai tempat menyeramkan karena sejarah panjangnya.

"Selain mengangkat urband legend hantu Penebok, kami juga ingin menciptakan lokasi-lokasi ini sebagai iconic horor di Belitung Timur berdasarkan true event yang pernah terjadi di sini," ungkap Rendy, Selasa (3/9/2024).

Ada juga lokasi-lokasi lain yang juga tak kalah menarik dan memiliki karakteristik sendiri secara kehororannya.

Seperti Pantai Teropong, Bendungan Pice Gantung, dan Pantai Punai di Kecamatan Dendang.

Setelah syuting film ini selesai, Rendy berharap lokasi-lokasi ini dirawat dan dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk pengembangan potensinya ke depan.

Kawasan ini bisa menjadi paket wisata napak tilas lokasi syuting The Bell di Belitung.

Lokasi-lokasi bisa dikemas dan dikembangkan sebagai wisata magis di Belitung Timur.

"Karena kami melihat Belitung Timur punya potensi wisata magis yang kuat untuk dikembangkan.

Bukan tidak mungkin nanti setelah Film The Bell, akan banyak film horor lain yang juga syuting di sini," ujar Rendy.

Terinspirasi Berita Penemuan Mayat di Belitung Timur

Kisah penemuan mayat tanpa kepala di wilayah Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung beberapa waktu lalu, ternyata menjadi inspirasi dari Film The Bell Panggilan untuk Mati.

Film yang dalam sepekan ini mengambil lokasi syuting di kawasan Bukit Samak dan Pantai Teropong, Kecamatan Manggar tersebut, ternyata terinspirasi dari pemberitaan Pos Belitung jejaring Grup Tribunnetwork Kompas Gramedia mengenai pemberitaan penemuan mayat di Belitung Timur beberapa waktu lalu.

"Tim kita saat riset menemukan fakta tersebut (berita Pos Belitung).

Jadi kita angkat ke layar lebar. Juga untuk mengenalkan hantu Penebok ke masyarakat Indonesia secara luas," jelas Arismuda, Produser Film The Bell Panggilan untuk Mati, Minggu (1/9/2024).

Kini syuting Film The Bell Panggilan untuk Mati ini sudah menjalani hari ke-6 pada Minggu (1/9/2024) kemarin.

Arismuda mengungkapkan Garapan Film The Bell Panggilan untuk Mati ini telah melalui proses riset film.

Salah satu inspirasi Film The Bell Panggilan untuk Mati ini diambil dari true event yang diangkat oleh Pos Belitung media jejaring Grup Tribunnetwork Kompas Gramedia.

Inspirasi film ini diangkat dari pemberitaan Pos Belitung mengenai penemuan mayat tanpa kepala beberapa tahun terakhir di Kabupaten Belitung Timur.

Menurut Arismuda, true event ini kemudian dikolaborasikan dengan urban legend setempat yaitu sosok Penebok.

Sosok penebok dalam cerita masyarakat Belitung merupakan hantu tanpa kepala yang gentayangan mencari kepalanya.

Hantu penebok seringkali diceritakan pada saat kecil yang dipercaya sebagai hantu yang ingin mencari kepalanya.

Arismuda sedikit mengungkapkan latar cerita film ini yakni tahun 1930.

Dikisahkan pada saat itu ada noni Belanda yang terbunuh dan kepalanya dipotong ketika melawan saat sejumlah pihak mau membuka area tambang baru di dekat tempat tinggalnya.

Lantaran peristiwa itu, noni Belanda ini menuntut dendam dan menjadi hantu penebok yang dikenal saat ini dalam cerita masyarakat Belitung.

"Seiring ceritanya nanti ada drama dan romansa yang tercipta dengan warga lokal.

Cerita lengkapnya nanti bisa disaksikan di bioskop," ungkap Aris sambil tertawa.

Diangkatnya hantu penebok ke film layar lebar, jelas Aris, dirinya ingin lingkaran hantu di Indonesia tidak hanya tentang pocong, kuntilanak, genderuwo.

Namun juga hantu-hantu lokal yang punya nilai budaya agar bisa dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Apalagi, lokasi syuting saat ini yaitu Belitung Timur bukan tempat baru lagi bagi dunia perfilman Indonesia.

Di sini pernah dijadikan tempat syuting film fenomenal Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan lainnya.

"Bukan tidak mungkin Belitung Timur dan Pulau Belitung secara keseluruhan menjadi studio alam bagi sineas perfilman nasional.

Karena banyak potensi yang tersimpan di sini, mulai dari alam hingga masyarakatnya," ujar Aris. 

Film ini diproduksi oleh Multi Buana Kreasindo (MBK) Productions, Sinemata Indonesia, dan Radepa Studio dimana 100 persen lokasi syuting berada di Belitung Timur.

(Posbelitung.co/Bryan Bimantoro)

Baca Lebih Lanjut
Masyarakat Belitung Timur Antusias Nonton Syuting Film The Bell, Rela Menunggu Sampai Jam 5 Pagi!
Novita
Antusias Masyarakat Beltim Nonton Syuting Film The Bell hingga Jam 5 Pagi, Randy: Luar biasa
Asmadi Pandapotan Siregar
Menguak Magis Belitung Timur Lewat Film Horor The Bell: Panggilan untuk Mati
Novita
Syuting Film Horor ''The Bell: Panggilan untuk Mati'', Ambacht Cursus Cocok untuk Wisata Mistis
Teddy Malaka
Sosok Ratu Sofya Pemeran di Film The Bell: Panggilan untuk Mati, Dijuluki The Next Ratu Film Horor
Novita
Breaking news: Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Belitung Timur, Ini Agenda yang akan Dihadiri
Novita
Kisah Rifqi Kru Film Meninggal Diduga Kelelahan Kerja Pulang Syuting, Sutradara hingga Artis Berduka
Hilda Rubiah
Sinopsis Film Kaka Boss, Kisah Hangat Keluarga Timur yang Bakal Bikin Kamu Ngakak dan Sedih
Array A Argus
Demi Moore terkena herpes zoster saat syuting ‘The Substance’
Antaranews
4 Rekomendasi Wisata Pegunungan Indah Instagramable di Banten untuk Liburan Akhir Pekan
Ahmad Haris