TIMESINDONESIA, JAKARTA – Literasi finansial di sekolah bukan sekadar pengetahuan tentang uang, melainkan pemahaman yang mendalam tentang pengelolaan keuangan secara efektif dan efisien. Pemahaman ini tercermin dalam berbagai aspek kehidupan sekolah, mulai dari tingkat kepemimpinan hingga siswa itu sendiri.
Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tonggak Utama Literasi Finansial
Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi memiliki peran penting dalam mendorong literasi finansial di sekolah. Pemahaman literasi finansial kepala sekolah terlihat dari:
Pertama, adanya kebijakan yang inovatif. Kepala sekolah yang memiliki literasi finansial yang baik akan merumuskan kebijakan yang tidak hanya menghemat anggaran, tetapi juga mendorong pertumbuhan finansial sekolah.
Misalnya, menginisiasi program usaha kecil-kecilan siswa, bekerja sama dengan lembaga keuangan untuk mendapatkan program tabungan khusus siswa, atau mengalokasikan anggaran untuk pengembangan sumber daya manusia yang berkaitan dengan keuangan.
Kedua, adanya transparansi dan akuntabilitas. Kepala sekolah yang memiliki literasi finansial yang tinggi akan menciptakan lingkungan sekolah yang transparan dan akuntabel. Informasi mengenai anggaran sekolah, pengeluaran, dan pendapatan akan dipublikasikan secara terbuka dan mudah diakses oleh seluruh warga sekolah.
Ketiga, adanya budaya hemat dan efisien. Kepala sekolah akan menanamkan budaya hemat dan efisien dalam setiap kegiatan sekolah. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti penggunaan energi yang hemat, pemilihan vendor yang tepat, dan optimalisasi penggunaan sumber daya yang ada.
Bendahara Sekolah sebagai Juru Kunci Keuangan Sekolah
Bendahara sekolah adalah ujung tombak dalam pengelolaan keuangan sekolah. Kualitas literasi finansial bendahara dapat dilihat dari:
Pertama, penyusunan anggaran yang komprehensif. Anggaran yang disusun oleh bendahara tidak hanya mencakup pos-pos pengeluaran rutin, tetapi juga memperhitungkan potensi pendapatan tambahan dan risiko-risiko keuangan yang mungkin terjadi. Anggaran yang baik akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan keuangan.
Kedua, realisasi anggaran yang efektif. Bendahara yang memiliki literasi finansial yang baik akan mampu merealisasikan anggaran sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Selain itu, bendahara juga akan melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan anggaran.
Ketiga, inovasi dalam pengelolaan keuangan. Bendahara yang kreatif akan terus mencari cara-cara baru untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan sekolah.
Misalnya, memanfaatkan teknologi untuk mempermudah proses pencatatan dan pelaporan keuangan, atau menjalin kerja sama dengan pihak ketiga untuk mendapatkan layanan keuangan yang lebih menguntungkan.
Guru dan Tenaga Kependidikan sebagai Agen Perubahan
Guru dan tenaga kependidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai literasi finansial pada siswa. Hal ini dapat dilakukan melalui:
Pertama, konsep literasi finansial dapat diintegrasikan dalam berbagai mata pelajaran, seperti matematika, IPS, dan bahasa Indonesia. Misalnya, dalam pelajaran matematika siswa dapat belajar menghitung bunga bank, sedangkan dalam pelajaran IPS siswa dapat belajar tentang pengelolaan keuangan negara.
Kedua, guru dapat memberikan tugas proyek yang berkaitan dengan keuangan, seperti membuat rencana anggaran untuk kegiatan ekstrakurikuler atau mensimulasikan pengelolaan keuangan keluarga.
Ketiga, guru dan tenaga kependidikan perlu menjadi contoh yang baik dalam mengelola keuangan. Dengan demikian, siswa akan terinspirasi untuk menerapkan nilai-nilai literasi finansial dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa sebagai Penerus Generasi Cerdas Finansial
Siswa sebagai generasi penerus bangsa perlu memiliki pemahaman yang baik tentang literasi finansial. Indikator pemahaman literasi finansial pada siswa antara lain:
Pertama, keterampilan mengelola uang saku. Siswa mampu membuat anggaran untuk uang saku, menabung secara teratur, dan membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
Kedua, pemahaman tentang produk keuangan. Siswa memiliki pengetahuan dasar tentang berbagai produk keuangan, seperti tabungan, deposito, dan investasi.
Ketiga, sikap yang bijak terhadap uang. Siswa memiliki sikap yang bijak terhadap uang, yaitu tidak boros, menghargai hasil kerja orang tua, dan memiliki kesadaran untuk menabung untuk masa depan.
Literasi finansial di sekolah adalah investasi jangka panjang yang akan memberikan manfaat bagi siswa, sekolah, dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan menanamkan pemahaman yang baik tentang keuangan sejak dini, kita dapat mencetak generasi muda yang cerdas secara finansial dan siap menghadapi tantangan masa depan.
***
*) Oleh : Astatik Bestari, Ketua 2 Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Tutor Pendidikan Kesetaraan Nasional.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.