BANJARMASINPOST.CO.ID - Sejumlah dosen dan mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) melaksanakan kegiatan Program Dosen Wajib Mengabdi (PDWA).
Program PDWA ini diselenggarakan pada Jumat (30/8/2024) lalu di Desa Karang Indah, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Adapun tema yang diusung PDWA kali ini adalah “Pelatihan Manajemen Pembelajaran 4K (Kreatif, Komunikatif, Kritis, dan Kolaboratif) dalam Pembelajaran Abad 21 untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Inggris bagi Anak-anak di Desa Karang Indah,”.
Adapun tujuan dari diselenggarakannya kegiatan ini adalah guna memberdayakan anak-anak desa dalam menghadapi tantangan pendidikan modern.
Kegiatan ini diawali dengan sesi perkenalan antara dosen dan mahasiswa ULM, Pengurus Kampung Inggris Transmigrasi, perwakilan dari Balai Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Banjarmasin, serta perangkat desa setempat.
Semua pihak menyambut hangat kedatangan tim pengabdian dari ULM. Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi mengenai potensi kerja sama antara Kampung Inggris dan ULM, serta pentingnya berpikir kritis di abad ke-21. Materi ini disampaikan oleh Dr. Moh. Yamin, M.Pd., yang menekankan bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan keterampilan esensial yang harus dimiliki oleh generasi muda untuk bersaing di era globalisasi.
“Pendidikan abad ke-21 menuntut kita tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga keterampilan berpikir kritis untuk memecahkan masalah kompleks.
Setelah diskusi, Eka Puteri Elyani, M.Pd., memaparkan materi inti tentang Manajemen Pembelajaran 4K (Kreatif, Komunikatif, Kritis, dan Kolaboratif).
Menurut Eka, penerapan metode 4K dalam pembelajaran bahasa Inggris sangat penting untuk membuat proses belajar menjadi lebih menarik dan interaktif, terutama bagi anak-anak di daerah pedesaan yang mungkin belum terbiasa dengan metode pembelajaran modern.
“Kami ingin anak-anak di sini tidak hanya belajar bahasa Inggris, tetapi juga belajar bagaimana berpikir kreatif, berkomunikasi dengan baik, bekerja sama, dan menganalisis masalah dengan kritis.
Antusiasme anak-anak dalam mengikuti pelatihan terlihat jelas saat mereka diajak berpartisipasi dalam berbagai aktivitas yang dirancang untuk mengasah keterampilan 4K tersebut.
Tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran secara konvensional, acara ini juga memperkenalkan penggunaan media sosial sebagai sarana pembelajaran yang efektif.
Elsa Rosalina, M.Pd., memberikan presentasi tentang bagaimana konten TikTok dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran bahasa Inggris. Menurut Elsa, TikTok, yang saat ini sangat populer di kalangan anak muda, memiliki banyak konten edukatif yang bisa dimanfaatkan untuk belajar bahasa Inggris.
“Anak-anak saat ini sangat akrab dengan TikTok, jadi mengapa tidak memanfaatkannya sebagai alat belajar? Kami juga memberikan rekomendasi akun-akun TikTok yang menyediakan konten edukasi bahasa Inggris, sehingga mereka bisa belajar sambil bermain,” jelas Elsa.
Selain TikTok, Inayati Fitriyah Asrimawati, M.Pd., memperkenalkan Instagram sebagai platform pembelajaran.
Inayati menjelaskan bahwa banyak akun di Instagram yang menyediakan konten berharga mengenai kosa kata dan pronunciation bahasa Inggris.
“Instagram adalah platform yang banyak digunakan oleh generasi muda. Kami memilih beberapa akun yang memang fokus pada edukasi bahasa Inggris, sehingga anak-anak bisa belajar kapan saja dan di mana saja melalui konten-konten tersebut,” ujarnya.
Kegiatan ini tidak hanya berhenti pada penyampaian materi.
Untuk lebih memotivasi anak-anak, acara ditutup dengan permainan edukatif yang dirancang untuk menguji pemahaman mereka terhadap materi yang telah disampaikan.
Anak-anak tampak sangat menikmati permainan tersebut, yang sekaligus menjadi momen interaktif antara mereka dengan para dosen dan mahasiswa ULM.
“Kami ingin anak-anak merasa bahwa belajar bahasa Inggris bisa menyenangkan. Permainan ini dirancang untuk memperkuat apa yang sudah mereka pelajari dengan cara yang lebih santai,” tambah Eka.
Sesi foto bersama di balai pertemuan desa menjadi penutup acara yang sempurna, dengan senyuman lebar di wajah para peserta dan tim pengabdian.
Kegiatan ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek, tetapi juga membekas dalam ingatan anak-anak Desa Karang Indah sebagai pengalaman berharga yang akan membantu mereka dalam perjalanan pendidikan mereka di masa depan.
(Banjarmasinpost.co.id/Danti Ayu)