TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Mahasiswa Program Studi Ilmu Keolahragaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY), Muntoha Sururi terlibat dalam penggarapan film bergenre horor yaitu ‘Kampung Jabang Mayit’.
Muntoha nama sapaan akrabnya berkesempatan menjadi crew tim choreo fighting sekaligus mengisi Workshop Choreo Fighting bagi aktor dan aktris yang berperan dalam film tersebut. Workshop Choreo Fighting dilaksanakan selama 7 hari mulai 1 hingga 7 Agustus 2024 di Jakarta. Lalu dilanjutkan kegiatan shooting film pada 16-30 Agustus 2024 di Yogyakarta.
Muntoho merasa bersyukur karena mendapatkan kesempatan menjadi pelatih dan memberikan kontribusi dalam film yang di Sutradarai oleh Wisnu Surya Pratama dan Produser Ajish Dibyo.
“Kesempatan yang sangat berharga ketika dipercaya memberikan pelatihan bagi aktor dan aktris ternama di Indonesia. Saya dapat mengembangkan bakat dan minat serta tetap akan mendapatkan rekognisi nilai karena termasuk dalam program MBKM,” ungkap Muntoha.
Muntoha menjelaskan bahwa terdapat banyak tantangan untuk menjadi tim choreo fighting karena ketika membuat choreo fighting harus memahami script serta harus membuat video bord fighting terlebih dulu supaya dapat dilihat dan diterima oleh tim Director.
“Untung saya memiliki basic kemampuan beladiri dan saya kembangkan keilmuan beladiri menjadi mahasiswa Program Studi Ilmu Keolahragaan FKIP – Universitas Mercu Buana Yogyakarta melalui proses perkuliahan. Sehingga saya mampu beradaptasi dan memberikan yang terbaik untuk penggarapan film Kampung Jabang Mayit,” urai Muntoha.
Pada workshop ini, fokus pertama adalah memberikan pelatihan pada aksi reaksi dan safety pemain di saat terkena pukulan, tendangan, bertahan dan jatuh agar mengatahui cara mengatasi impact atau safety pemain. Selanjutnya masuk pada tahap choreo fighting. Pada tahap ini diajarkan berbagai macam gerakan yang dikombinasikan dengan tuntutan memiliki basic beladiri Pencak Silat.
“Peran Pencak Silat pada pembuatan film yang terdapat atraksi laga yaitu untuk menciptakan adegan pertarungan yang otentik sehingga adegan pertarungan dalam film terkesan lebih realistis dan khas,” jelas Muntoha.
Keterlibatan Muntoha dalam film ini termasuk dalam program kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Studi Independen Bersertifikat. Program ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas di luar kelas perkuliahan, namun tetap diakui sebagai bagian dari perkuliahan.
Kaprodi Ilmu Keolahragaan sekaligus dosen mata kuliah Pencak Silat, Ginanjar Nugraheningsih, M.Or, menerangkan MBKM pada Program studi Ilmu Keolahragaan membuka jalan bagi inovasi dan kreativitas mahasiswa.
“Gunakan kebebasan ini untuk mengejar passion, mengembangkan kemampuan, dan menciptakan dampak positif dalam bidang yang digeluti untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan.