Insan sepak bola wanita di Asia mungkin sedang bergembira saat ini.
Sebab, musim depan AFC akan menggelar Liga Champions Wanita Asia untuk kali pertamanya.
Seri pertama Liga Champions Asia Wanita (Asian Women’s Champions League, AWCL) akan digelar musim ini.
Total akan ada 12 tim dari negara-negara Asia yang akan memperebutkan trofi intercontinental pertama di sepak bola Asia.
Saat ini, delapan tim sudah lolos otomatis ke putaran final AWCL 2024/25. Tersisa empat slot yang akan diperebutkan oleh 13 klub lainnya di dataran Asia.
Namun, di balik hingar bingar kabar tersebut dan megahnya rencana yang akan digulirkan oleh AFC, tersimpan sejumlah cerita pelik dari pesepak bola wanita Asia. Masalahnya beragam, dari minimnya upah hingga kalender kompetisi yang bentrok.
Masalah-masalah tersebut dialami oleh pemain saat mengikuti gelaran AFC Women's Club Championship musim lalu. Dalam laporan yang dirilis oleh FIFPro Asia, masih banyak problem yang dijumpai oleh pemain saat berlaga di turnamen kontinental.
FIFPro menilai turnamen undangan musim lalu itu menimbulkan tantangan bagi para pemain baik secara individu maupun kolektif. Antara lain:
Urawa Red Diamonds Ladies vs Hyundai Steel Red Angels di final AFC Women's Club Championship 2023. Foto: Dok AFC
Dalam laporan Impetus Football, ternyata masih banyak pemain yang mengambil pekerjaan sampingan di luar sepak bola untuk memenuhi kehidupan mereka. Bahkan, di Melbourne City yang notabene memberi rata-rata gaji yang tinggi, masih ada pemainnya yang harus bekerja sampingan.
Laporan yang sama juga menyebut separuh pemain Liga Australia Wanita memiliki pekerjaan sampingan di sepak bola. Pertandingan kontinental yang digelar pertengahan pekan tidak hanya mengganggu turnamen, tetapi juga menyebabkan efek berantai dari penjadwalan ulang di akhir musim.
Dikombinasikan dengan potensi pemanggilan internasional, penjadwalan ulang berpotensi menambah beban kerja dan risiko cedera bagi pemain.
FIFPro menyebut hanya 39 persen pemain saja yang siap secara fisik untuk turnamen tersebut, dan 23 persen lainnya menilai format grup yang padat memberikan tekanan berlebihan.
Perkembangan sepak bola wanita Asia memang tengah naik daun dalam beberapa tahun belakangan. Inisiatif AFC untuk menggelar Liga Champions Wanita juga sebenarnya patut diapresiasi untuk mengembangkan olahraga ini di Asia.
Jika dilakukan dengan benar, ada kemungkinan besar bahwa Liga Champions Wanita Asia akan meraih sukses besar. Namun, jika edisi-edisi mendatang turnamen ini terus berlanjut tanpa menyadari cara-cara yang harus ditingkatkan, para pemain akan menderita, dan persaingan dapat menjadi semakin sulit, berbahaya, atau bahkan tidak berkelanjutan bagi klub dan individu.
Hal itu yang disampaikan oleh Kathryn Grill, mantan penggawa Timnas Wanita Australia, yang mengapresiasi hadirnya Liga Champions Wanita untuk pemain di Asia.
Namun, ia juga ingin AFC memberikan format yang tepat bagi pemain wanita. Tidak hanya sekadar meniru gelaran yang telah ada di pria lalu diduplikasi ke sepak bola wanita.
"Hal ini hanya dapat terjadi melalui pembentukan kemitraan sejati antara AFC, liga, klub, dan pemain, dan bukan melalui penerapan regulasi sepihak yang sesuai untuk kompetisi pria ke kompetisi wanita," kata Gill dalam pernyataan FIFPro, dikutip dari Sportstar.
Baca Lebih Lanjut
Profil SSB Roket FC Putri, Sekolah Sepak Bola Wanita di Jakarta Selatan
KumparanBOLANITA
ASBWI Temukan Talenta Sepak Bola Wanita Berbakat di Cirebon, 80 Pelajar Ikut Coaching Clinic
Kemal Setia Permana
Target Sepak Bola Wanita DIY di PON Pertama: Lolos Grup, Syukur Bisa Medali
KumparanBOLANITA
Banyak Pemain Timnas, Bagaimana Tim Sepak Bola Wanita DKI Atur Persiapan PON?
KumparanBOLANITA
Gustavo Franca Ungkap Perbedaan Sepak Bola Indonesia dan Portugal
Mutiara Suci Erlanti
Lionel Messi Sulap Sepak Bola di Amerika Serikat Makin Diminati, Sempat Kalahkan Penonton Rugby
Torik Aqua
Digugat Mbappe Rp950 Miliar, PSG Terancam Tak Bisa Tampil di Liga Champions
Sindonews
Jadwal Drawing Liga Champions 2024/2025: Jalan Panjang Rebut Mahkota dari Real Madrid
Salma Fenty
Leverkusen Main di Liga Champions, Xhaka Jadi 'Kakak Pembimbing'
Detik
Kapten AC Milan Women: Kami Tak Perlu Bingung Lagi Pilih Anak atau Sepak Bola
KumparanBOLANITA