Nakita.id - Apa itu trauma bonding yang sering dialami oleh korban kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT?

Trauma bonding adalah fenomena psikologis di mana korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merasa terikat secara emosional dengan pelaku kekerasan.'

Ikatan ini sangat kuat sehingga korban sering kali sulit untuk meninggalkan hubungan yang merusak tersebut, meskipun mereka menyadari bahwa situasi tersebut berbahaya bagi mereka.

Trauma bonding bukanlah hubungan yang sehat, dan pemahaman tentang dinamika ini dapat membantu korban KDRT untuk keluar dari lingkaran kekerasan.

Bagaimana Trauma Bonding Terbentuk?

Trauma bonding terbentuk melalui beberapa tahap yang melibatkan siklus kekerasan. Berikut adalah proses terbentuknya trauma bonding:

- Siklus Kekerasan: Pelaku melakukan kekerasan fisik, verbal, atau emosional terhadap korban. Setelah kejadian ini, biasanya diikuti dengan fase rekonsiliasi di mana pelaku meminta maaf, berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya, dan menunjukkan perhatian yang berlebihan.

- Fase "Bulan Madu": Pada fase ini, pelaku mungkin menunjukkan perilaku yang sangat positif, seperti memberikan hadiah, perhatian, dan rasa cinta yang intens. Korban merasa diistimewakan dan mungkin percaya bahwa pelaku benar-benar berubah.

- Ketergantungan Emosional: Korban mulai merasa bahwa mereka membutuhkan pelaku, baik karena kasih sayang yang diberikan selama fase "bulan madu" atau karena mereka percaya bahwa mereka tidak dapat hidup tanpa pelaku.

- Pengulangan Siklus: Sayangnya, fase "bulan madu" ini sering kali berakhir, dan kekerasan kembali terjadi. Korban merasa terjebak dalam siklus ini, dan setiap kali mereka mengalami kekerasan, mereka berharap pelaku akan kembali menjadi penuh perhatian seperti pada fase "bulan madu".

Mengapa Korban Sulit Meninggalkan Hubungan?

Trauma bonding membuat korban merasa sangat sulit untuk meninggalkan hubungan yang berbahaya.

Ada beberapa alasan mengapa korban tetap bertahan, meskipun mereka sadar bahwa hubungan tersebut tidak sehat:

- Ketergantungan Emosional dan Psikologis

Ketergantungan ini membuat korban merasa bahwa mereka membutuhkan pelaku untuk bertahan hidup.

Mereka mungkin percaya bahwa tanpa pelaku, mereka tidak akan dapat menghadapi kehidupan atau merasa takut akan konsekuensi yang mungkin mereka hadapi jika meninggalkan pelaku.

- Rasa Bersalah dan Malu

Pelaku sering kali memanipulasi korban untuk merasa bahwa mereka bertanggung jawab atas kekerasan yang terjadi.

Korban mungkin merasa bahwa mereka pantas menerima kekerasan tersebut atau malu untuk mengakui kepada orang lain bahwa mereka berada dalam hubungan yang abusif.

- Harapan untuk Perubahan

Fase "bulan madu" memberi korban harapan bahwa pelaku akan berubah dan bahwa kekerasan akan berakhir. Harapan ini sering kali membuat korban kembali kepada pelaku setiap kali mereka mencoba untuk pergi.

- Isolasi SosiaL

Pelaku sering kali mencoba untuk mengisolasi korban dari keluarga dan teman-teman mereka, membuat korban merasa bahwa mereka tidak memiliki dukungan eksternal yang dapat membantu mereka keluar dari hubungan tersebut.

Cara Mengatasi Trauma Bonding

Mengatasi trauma bonding membutuhkan waktu, dukungan, dan kadang-kadang intervensi profesional. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

- Menyadari dan Menerima

Langkah pertama adalah menyadari bahwa Moms berada dalam situasi trauma bonding dan menerima bahwa hubungan tersebut tidak sehat.

- Mencari Dukungan

Cari dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok pendukung. Berbicara dengan orang-orang yang Moms percayai dapat membantu Moms mendapatkan perspektif baru tentang situasi Moms.

- Terapi dan Konseling

Mengikuti terapi atau konseling dapat membantu Moms memproses pengalaman dan memahami dinamika trauma bonding. Terapis juga dapat membantu Moms mengembangkan strategi untuk keluar dari hubungan tersebut.

- Membuat Rencana Keluar

Jika Moms merasa aman untuk melakukannya, buat rencana untuk meninggalkan hubungan tersebut. Rencana ini harus mencakup tempat tinggal, keuangan, dan dukungan hukum jika diperlukan.

- Membangun Kembali Kepercayaan Diri

Setelah keluar dari hubungan abusif, penting untuk membangun kembali kepercayaan diri dan identitas diri Moms. Ini bisa dilakukan melalui terapi, aktivitas yang Moms nikmati, atau melibatkan diri dalam komunitas yang mendukung.

Trauma bonding adalah fenomena yang kompleks dan berbahaya yang sering dialami oleh korban KDRT.

Meskipun ikatan ini sulit diputus, pemahaman tentang bagaimana trauma bonding terbentuk dan cara mengatasinya dapat membantu korban untuk keluar dari lingkaran kekerasan dan memulai proses pemulihan.

Dukungan dari keluarga, teman, dan profesional sangat penting dalam membantu korban mengatasi trauma bonding dan menemukan jalan menuju kehidupan yang lebih sehat dan aman.

Baca Lebih Lanjut
Dengar Kisah KDRT yang Dialami Cut Intan Nabila, Thalita Latief Menangis: Bikin Trauma
Damanhuri
Bukan Cuma Kekerasan Fisik, Ini Jenis KDRT yang Harus Moms Tahu
Diah Puspita Ningrum
Tangani Kasus KDRT Cut Intan Nabila, KPAI Bakal Berikan Pendampingan Psikososial untuk Anak Korban
Ardhi Sanjaya
Terbongkar! Cut Intan Nabila Harus Bolak-balik ke Rumah Sakit Usai Jadi Korban KDRT: Masih Banyak Bekas Luka dan Memar
Ines Noviadzani
Bukti Lain KDRT Armor Toreador, Cut Intan Nabila Kesakitan Disiksa di Depan Anak yang Minum Susu
Arie Noer Rachmawati
Update Kasus KDRT yang Dialami Cut Intan, Berkas Sudah Dilimpahkan ke Kejaksaan
Ravianto
Anak-anak korban KDRT di Bogor dipastikan kondisinya aman
Antaranews
Viral Kasus KDRT Cut Intan Nabila, Mulan Jameela Harap Komnas Perempuan dan Anak Turun Tangan
Devi Agustiana
Polda Metro Jaya: Kasus Dugaan KDRT oleh Pegawai Ditjen Pajak Ditangani Polres Bekasi
Sindonews
Kunci Jawaban Modul 2, Sikap yang Tepat saat Korban Menceritakan Perundungan yang Dialami
Vega Dhini