Tidak semua hewan yang bernama cacing termasuk ke dalam Opisthopora. Buktinya, ada hewan yang bernama cacing tapi ternyata termasuk jenis amfibi.
Cacing tersebut adalah caecilian atau cacing sesilia. Hewan ini adalah amfibi tropis yang bentuknya mirip seperti ular licin atau cacing besar. Cacing sesilia tersebar di berbagai wilayah di Asia Tenggara, Afrika Tengah, Meksiko selatan hingga Argentina.
Apa yang membedakan sesilia dengan cacing atau ular pada umumnya?
Cacing ini berbeda dari cacing biasanya. Dapat dilihat dari ciri-ciri khas yang dimiliki cacing sesilia berikut ini.
- Tidak punya lengan maupun kaki
- Kulit mengkilap dikelilingi lipatan kulit disebut annuli
- Memiliki tentakel yang terletak di antara lubang hidung dan mata
- Biasanya berwarna cokelat, hitam, abu-abu, oranye atau kuning
- Beberapa memiliki sisik kecil seperti ikan di dalam cincinnya
- Mempunyai tengkorak yang keras, tebal, dan runcing
- Umumnya memiliki berat 1 kilogram (tergantung spesiesnya)
Cacing ini memiliki gigi yang tampak lunak dari luar, padahal di dalam mulutnya terdapat puluhan gigi setajam jarum. Gigi-gigi tajam ini dapat mencengkeram cacing sesilia lainnya, kepompong kumbang, ular kecil, katak, kadal, dan rayap.
Tentakel yang dimiliki cacing sesilia berfungsi membantu sesilia menemukan makanan atau jalan mereka selama di dalam tanah. Selain itu, ia memiliki kelenjar beracun di kulitnya yang terlindungi itu sehingga mereka tidak akan dimakan predator.
Fakta unik lain tentang cacing ini adalah ukurannya yang begitu bervariasi. Dilansir dari Animals Sandiegozoo, cacing sesilia terpanjang adalah Caecilia thompsoni yaitu 2,4 meter. Sementara yang terpendek adalah Idiocranium russelli dengan panjang 90 milimeter.
Sama seperti jenis cacing, caecilian adalah hewan penggali, yang hidup di dalam jaringan terowongan di bawah tanah. Mereka menyukai tanah yang gembur dan serasah daun di hutan tropis atau dekat sungai dan anak sungai.
Dengan gaya hidup di bawah tanah ini, cacing sesilia tidak perlu banyak melihat atau mendengar. Jadi mereka cukup mengandalkan mata kecil di beberapa bagian atau tersembunyi di bawah kulit atau tengkorak di bagian lain.
Mata pada sesilia hanya mampu mendeteksi perbedaan antara gelap dan terang. Namun, berkat wajah sesilia yang memiliki zat kimia, ia dapat mendeteksi makanan dan mungkin membantu hewan berpindah tempat.
Selain itu, sesilia memiliki organ di telinga mereka untuk membantu menangkap getaran dari tanah, sehingga mereka dapat mendeteksi predator dan mangsa.
Dengan ciri-ciri yang dimiliki dan gaya hidupnya, sesilia dapat bereproduksi dengan dua cara.
Cara pertama adalah bertelur di air atau tanah lembap, mirip dengan cara katak dan salamander bereproduksi. Sejumlah sesilia betina bertelur di lubang lembap dekat air. Ketika larva menetas, mereka memiliki insang dan ekor pendek bersirip untuk membantu mereka berenang di air sambil memakan plankton.
Dikutip dari National Geographic, cacing sesilia tidak merawat anak-anaknya setelah mereka menetas. Sesilia tidak menyediakan susu atau memberikan makanan ke sarang untuk anak mereka. Kulit sesilia kecil akan mengikis kemudian lapisan kulit tersebut menjadi makanan bagi anak-anak tersebut.
Sesilia muda juga dilengkapi seperangkat gigi sementara yang khusus untuk menggores dan mengangkat lapisan epidermis induknya dari tubuhnya tanpa membuat dirinya sendiri terluka.
Cara kedua reproduksi cacing sesilia adalah dengan melahirkan anak. Di beberapa anak cacing sesilia, disebutkan akan mulai memakan induknya sebelum dilahirkan, dengan cara menggerogoti lapisan oviduk yang membengkak. Para ilmuwan menyebut ini sebagai matriphagy.