TRIBUNSORONG.COM, SORONGĀ - Aktivitas Mama Susana Fadan (48) terhenti gegara banjir menggenangi hutan sagu di Kampung Ninjemur, Distrik Moisegen, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya, Senin (13/8/2024).
Perempuan asal Suku Moi Sigin itu menyebut, banjir merendam sebagian besar area kebun miliknya sehingga tidak bisa memproduksi sagu.
Menurutnya, pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit di dekat Kampung Ninjemur, menjadi pemicu banjir yang berdampak pada terganggunya mata pencaharian masyarakat yang bergantung pada sagu.
"Kami usaha sagu pakai mesin parut, jadi kalau banjir kami tidak bisa beraktivitas," ujar Mama Susana kepada TribunSorong.com di Kampung Ninjemur.
Ia menambahkan, sejak Minggu (11/8/2024), dirinya tak bisa beraktivitas, sebab area produksi sagu dan mesin masih terendam air.
Luapan air di kebun sagu miliknya pada kali ini adalah yang paling parah dari banjir-banjir sebelumnya.
Hal itu diduga akibat aktivitas pembukaan lahan besar-besaran buat perkebunan kelapa sawit sehingg resapan air berkurang drastis.
"Saya usaha sagu di sini sejak masih gadis dan terhitung sudah puluhan tahun tapi tidak ada banjir seperti sekarang," katanya.
Susana pun hanya bisa pasrah, sebab hutan sagu yang luasnya sekitar tiga kali lapangan sepak bola kaki itu sudah dikebung kebun sawait.
Usik tempat keramat
Selain berdampak pada produksi sagu, menurut Susana banjir kali ini bisa jadi ada hubungannya dengan tempat keramat Suku Moi yang diusik.
"Menurut kepercayaan kami Suku Moi juga kalau bencana seperti ini biasanya karena ada aktivitas yang mengganggu tempat tertentu," ucapnya.
Susana menyebut, sejak masih gadis, kondisi hutan Kampung Ninjemur masih tetap asri.
Ia berharap, pembukaan lahan buat perkebunan sawit di wilayah Ninjemur dibatasi sehingga pohon di hutan-hutan tetap hijau serta tak mengusik daerah keramat Suku Moi. (tribunsorong.com/safwan ashari)