SURYA.co.id, NGANJUK - Sosok Mbah Sanuri jadi sorotan gara-gara nekat bersepeda dari Nganjuk, Jawa Timur ke Lampung demi menemui cucunya.
Ia mengayuh sepedanya selama 10 hari perjalanan.
Kenekatannya itu menjadi perhatian tetangga hingga beberapa youtuber.
Pria warga Desa Pacikulon, Kecamatan Pace, Nganjuk tersebut mengaku ada keinginan mengunjungi cucunya di Desa Durian, Kecamatan Padang Cermin, Pesawaran, Lampung.
Keinginannya ini bermula saat memulai perjalanan dari rumah mengendarai sepeda pada 24 Juli 2024.
Sebelum berangkat, Sanuri meminta izin ibunya untuk pergi ke Lampung dengan sepeda.
"Saya ditanya oleh ibu saya, kok bisa naik sepeda, apa bisa? Gitu kata beliau,” papar Sanuri saat diwawancarai, Senin (5/8/2024), melansir dari Tribun Lampung.
Sanuri mencoba menjelaskan, sekaligus memberi pengertian. Hingga akhirnya sang ibunda luluh dah mengizinkannya berangkat.
"Kalau ibu saya tidak izinkan saya enggak akan berangkat, restu ibu lebih dari apapun,” ucapnya.
Karena sudah diizinkan, dirinya tak lupa minta doa kepada sang istri tercinta.
Mengulang memberi pengertian yang sama.
“Hingga akhirnya saya berangkat di 24 Juli, niat berangkat pukul tujuh,” jelasnya.
Aksi nekatnya bersepeda ke Lampung sontak diketahui oleh kerabat dan tetangga sekitar rumah.
Sanuri yang tahu keberangkatannya akan dilepas oleh banyak orang, dia bahkan harus menyalaminya satu-satu kepada yang memberikan doa-doa keselamatan.
“Bahkan ada youtuber yang kontenin saya ketika keberangkatan,” jelasnya.
Dia bercerita, hari pertama ia bersepeda dengan santai. Hari-hari selanjutnya banyak suasana berbeda yang ia jalani.
Sanuri hanya menggowes sepeda dari pagi hingga petang. Sementara saat malam ia lebih memilih beristirahat dan tidur.
"Tidur saya di masjid, koramil dan polsek, lebih aman di sana,” sambungnya.
Kendala di perjalanan, Sanuri juga tak risau, beberapa peralatan emergensi dibawanya bila ada sesuatu dengan sepeda berwarna kuning dengan merek United yang dibeli beberapa tahun lalu.
“Ada pompa dan kunci-kunci yang saya bawa, digantungkan di belakang sepeda,” jawabnya.
Menurut Sanuri, keinginannya bertemu cucu terkadang muncul di pikirannya.
Hal ini menjadi alasannya rela gowes 20 km per jam, dan akhirnya pada tanggal 5 Agustus sampai di rumah anak dan cucunya.
"Sejujurnya saya tak pernah cerita ke anak kalau mau kesini, apalagi dengan sepeda,” pungkasnya.
Sebelumnya, juga ada eorang kakek berusia 65 tahun bernama Slamet Wardoyo rela menempuh ribuan kilometer, demi memperingati Hari Pahlawan pada 10 November.
Ia menempuh perjalanan panjang itu menggunakan sepeda tua yang dihias dengan bendera merah putih.
Di bagian belakang sepeda tersemat papan bertulis, "Ngontel Hari Pahlawan 10 Nopember Surabaya-Jakarta, Monas-PP."
Kisah Slamet Wardoyo pertama kali terekam dalam video di akun TikTok @@ncepbillal_gematv
Saat itu pemilik akun TikTok @ncepbillal_gematv bertemu kakek Slamet Wardoyo di daerah Ciamis, Jawa Barat.
Ia kemudian mengajak kakek Slamet untuk beristirahat sejenak.
"Sudah makan Pak?" tanya Tiktokers tersebut.
"Sudah, tadi makan di sana," jawab Slamet.
Rupanya, momen pertemuan itu adalah hari ke delapan perjalanan Kakek Slamet dari Surabaya menuju ke Jakarta.
Slamet bercerita, akan menempuh jarak yang cukup jauh dengan perjalanan dari kota ke kota menjelang momen 10 November.
Ia memulai perjalanannya dengan mengarungi jarak sekitar 780 kilometer dari Surabaya ke Jakarta.
Setelah itu, perjalanannya akan dilanjutkan dengan jarak yang sama pada rute sebaliknya yakni dari Monas Jakarta, menuju ke Tugu Pahlawan Surabaya.
"Diperkirakan kembali tanggal 10 November," ungkap Slamet.
Slamet mengaku, telah membawa sedikit perbekalan untuk dirinya selama diperjalanan.
Sementara dalam video lain, Kakek Slamet menyebutkan tidak mengharapkan apa-apa dari perjuangannya di masa kini.
Menurut Kakek Slamet, apa yang ia lakukan saat ini hanyalah semata-mata untuk menyebarkan semangat perjuangan.
Sebab, dulu masyarakat Indonesia harus bertumpah darah demi kemerdekaan Indonesia.
"Nggak cari apa-apa, agar anak cucunya nggak mengalami seperti yang dialami, itu saja. Saya tidak mengharap apa-apa," kata Slamet.
"Makanya saya jalan sejauh ini," paparnya.
Di sisi lain, ia pun menyayangkan sulitnya menemukan bendera merah putih berkibar di rumah-rumah warga saat ini.
Padahal untuk membuat bendera Merah Putih berkibar, dulu butuh perjuangan para pahlawan yang luar biasa.
Slamet pun menyebut, saat ini dirinya jarang sekali melihat rumah di Surabaya khususnya memasang bendera Merah Putih.
Padahal sebagai kota Pahlawan, seharusnya banyak masyarakat yang bisa lebih menghargai jasa para pahlawan Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan.
"Surabaya itu kota Pahlawan, bendera di setiap semua itu nyaris nggak ada," kata Slamet.
Apa yang dilakukan kakek Slamet berhasil membuat warganet bangga.
"Masyaallah saking beliau pernah merasakan betul bagaimana memperjuangkan kemerdekaan tanah air kita Indonesia ,sehat sllu pak..sehat slmat smpe Jakarta," tulis akun Tiktok @dputri58.
"sehat2; nggeh pak, semoga di lancarkan rezekinya dan perjalanannya, smoga selamat sampai tujuan," tulis @matchal0vee.
"Masyaallah psti bnyk crita yg di dpt sma kake wktu kcilnya. sehat sllu kake pahlawnku," tulis @aikamu9779
"Bapak nya tdk lupa selalu cinta tanah air dan pengorbanan pahlawan yg tlah berjuang tuk kemerdeka'an bangsa Indonesia, semoga bpk sehat slalu," bunyi komentar @shaareena37.