TIMESINDONESIA, MALANG – Mahasiswa Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) mengenalkan hasil hutan bukan kayu (HHBK) guna meningkatkan kesadaran pelestarian lingkungan kepada warga Desa Banturejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.

Acara yang dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapangan,  Arif Delviawan, S.Hut., M.Agr., Ph.D, ini diikuti oleh perangkat desa, Karang Taruna, dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) setempat.

Dalam kegiatan yang berlangsung pada 23 Juli 2024 ini, Arif Delviawan memberikan materi tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan pengelolaan HHBK. Tujuan dari pemberian materi ini adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat HHBK dan jenis-jenisnya yang ada di Desa Banturejo.

Untuk mencapai tujuan tersebut, mahasiswa UB mengembangkan tiga program kerja. Yang pertama, Optimalisasi Nilai Ekonomi Serasah Bunga dan Daun Pinus melalui pembuatan biopestisida dan pemasaran via e-commerce. Hasil program ini termasuk alat peraga, buku saku, akun e-commerce, produk biopestisida, dan desain logo.

Yang kedua, Pemetaan dan Pengembangan Potensi HHBK melalui website Desa Banturejo, dengan hasil berupa peta sebaran potensi HHBK, pengembangan website desa, modul potensi HHBK, dan website KKN FP UB Desa Banturejo.

Yang ketiga, Strategi Pengawetan Bambu melalui penanaman dan pemanfaatan seresah daun bambu untuk pengomposan guna meningkatkan kesuburan tanah. Hasil program ini meliputi desain kemasan, desain logo, flyer, produk, akun e-commerce, dan infrastruktur.

Sekretaris Desa Banturejo, Ibu Yenta Melia, dalam sambutannya, mengapresiasi inisiatif mahasiswa. “Kami berharap kegiatan ini dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian serta memetakan potensi hasil hutan selain kayu. Dengan pemanfaatan optimal sumber daya alam, masyarakat dapat semakin sejahtera,” ujarnya.

Winardi, salah satu warga yang hadir, menyampaikan harapannya agar kegiatan serupa terus berlanjut. “Kami sangat menghargai ilmu yang disampaikan dan berharap Universitas Brawijaya terus berbagi ilmu yang bermanfaat di masa mendatang,” katanya.

Setelah pemaparan materi, kegiatan dilanjutkan dengan diseminasi hasil pemetaan potensi HHBK yang melibatkan inventarisasi selama tiga pekan. Komoditas utama yang ditemukan antara lain durian, nangka, bambu, serta beberapa jenis anggrek hutan dan tanaman obat. Hasil inventarisasi ini dipetakan dan diserahkan kepada desa sebagai salah satu hasil program kerja.

Irfan Rosyidi, Kepala Desa Banturejo, mengapresiasi inovasi mahasiswa dan berharap program ini berkelanjutan. “Kami menyambut dengan tangan terbuka dan berharap program ini berdampak pada masyarakat Desa Banturejo,” ujarnya.

Mahasiswa juga melakukan praktek pembuatan kompos dari seresah daun bambu kering bersama perwakilan Gapoktan. Praktik ini mengajarkan masyarakat cara sederhana membuat kompos yang bernilai jual tinggi. Masyarakat menyarankan penggunaan molase dari tetes tebu sebagai pengganti gula jawa untuk efisiensi biaya. (*)

 

Baca Lebih Lanjut
Mahasiswa KKN Fakultas Pertanian UB Latih Petani Membuat Pupuk Cair Organik
Timesindonesia
KKN Fakultas Pertanian UB Kembangkan Potensi Lokal Dusun Payan
Timesindonesia
KKN Fakultas Pertanian UB Ajarkan SIkap Peduli Lingkungan kepada Siswa SMPN 2 Wajak
Timesindonesia
Konsultasi Prosedur PNBP Sektor Hutan-SINERGI di Festival LIKE 2, Gratis!
Detik
Terancam Kehilangan Hutan Mangrove, Ini Tantangan yang Dihadapi Indonesia
Willem Jonata
Dispar DIY petakan potensi ekonomi kreatif di wilayah desa wisata
Antaranews
Dosen UB Kembangkan Pasta Gigi dari Propolis Madu
Timesindonesia
KKN Ilmu Komunikasi ULM Sosialisasikan Eco Enzym di Desa Sukaramah
R Hari Tri Widodo
KKN Unikama, Bupati Malang Pesan untuk Memajukan Desa
Timesindonesia
KLHK segel 15 hektare lahan HPK Desa Karya Indah Riau yang terbakar
Antaranews