Era transformasi digital saat ini membawa berbagai perubahan, termasuk disrupsi teknologi. Telkomsel pun berusaha beradaptasi dengan perkembangan zaman agar tetap relevan dan berkibar sampai masa depan.
Direktur Utama Telkomsel, Nugroho, mencontohkan pendapatan per pelanggan yang saat ini tidak setinggi di masa lalu. "Dulu banyak teman-teman saya yang tagihannya Rp 2 juta, 1,5 juta, sekarang cuma jadi 500 ribu gara gara udah nggak pernah pakai lagi telepon yang berbayar," katanya dalam ajang Media Gathering Telkomsel, Rabu (7/8/2024).
Ia merujuk pada layanan over the top (OTT) yang memungkinkan pengguna melakukan beragam cara untuk berkomunikasi tanpa harus boros pulsa. Sejatinya, Nugroho mengaku senang bahwa layanan komunikasi saat ini menjadi semakin terjangkau terutama bagi warga yang kurang mampu, namun di sisi lain menurutnya perlu ada solusi win-win terhadap operator dan layanan OTT.
Untuk menghadapi berbagai macam perubahan digital yang cepat, perusahaan dinilai harus adaptif atau akan tertinggal. Nugroho mencontohkan mantan raksasa kamera Kodak yang akhirnya terpuruk karena tidak mampu berubah.
"Jadi prinsipnya itu you can never change the wind, kan nggak bisa, tapi yang bisa kita lakukan apa, kita bisa adjust the sail," cetusnya. Artinya jangan melawan arah angin karena akan sangat sulit, melainkan harus menyesuaikan layar kapal untuk menghadapinya.
"Kita sendiri yang kemudian harus beradaptasi dengan segala kemampuan yang kita miliki sehingga kita bisa sustainable, ayo kita sama-sama mengupayakan supaya kita bisa mendapatkan maksimal dan tidak menjadi korban," katanya lagi.
Ia pun menyebut Telkomsel yang baru diharapkan jadi leading digital telco dalam mendukung bangsa dan masyarakat Indonesia untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Jadi, Telkomsel bukan lagi hanya berkutat pada masalah pulsa dan data, tapi dapat melayani segala aspek kehidupan. Salah satu bentuknya adalah super app baru My Telkomsel, yang kini fungsinya jauh lebih banyak, dari urusan parkir, pembayaran, sampai hiburan.
"Kita ingin supaya keberadaan Telkomsel ini tidak melulu masalah connectivity walaupun core bisnis Telkomsel ya connectivity, tapi tren pertumbuhan connectivity sudah saturated," lanjutnya.
Kontribusi Telkomsel untuk ekonomi digital di Indonesia menurutnya 4,2% tapi masih ada potensi tumbuh karena di negara maju, kontribusi operator bisa sampai 10%.