Hal ini disampaikan oleh Anggota Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi Kelompok Riset Recycle Baterai Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Didik Gumelar. Ia menyampaikan bahwa masa pakai baterai pasti akan berpengaruh terhadap penurunan performa.
Di sisi lain, Didik mengatakan bahwa proses daur ulang alias recycling diperlukan agar baterai tidak berakhir menjadi limbah. "Kemudian tadi, mengenai kenapa penting untuk recycle, jadi kalau pak Widi bilang mungkin 3 tahun 8 tahun ke depan itu adalah akhir masa pakai baterai dari tahun sekarang, mungkin nanti akan istilahnya akan menggunung limbah baterai. limbah baterai kan masuk ke kategori B3, ada elektrolit, cobalt, logam-logam berat, dan kalau tidak di-treatment secara khusus bakal jadi masalah sendiri," kata Didik dalam agenda Talkshow 'Dukungan Standarisasi Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik Baterai' Festival LIKE 2 di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (8/8/2024).
Di sisi lain, Didik menjelaskan bahwa baterai kendaraan listrik juga bisa menciptakan nilai tambah alias ekonomi sirkuler lewat proses daur ulang. Bahan-bahan material di dalam baterai seperti nikel, kobalt, dan lithium bisa diambil untuk menciptakan kembali baterai lewat metode ekstraksi. Namun, ia mengatakan bahwa selama proses riset yang dilakukan pihaknya, ada kesulitan dalam proses tersebut.
Kendala itu adalah mengkategorikan baterai yang sudah berakhir jadi limbah. Sebab, setiap jenis baterai memiliki perlakuan berbeda untuk bisa mengekstraksi logam yang terkandung di dalamnya. Menurutnya, harus ada regulasi yang kelak bisa mewajibkan agar setiap limbah baterai diberi label untuk bisa digunakan kembali.
"Jadi kalau dibuat standar pelabelan baterai-baterai bekas yang masuk, itu bisa dipakai kembali," jelas dia.
Sementara perwakilan Direktorat Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementerian KLHK, Rosliana, menjelaskan bahwa prospek untuk mendaur ulang baterai kendaraan listrik memang besar. Berdasarkan data yang ditampilkannya, bakal semakin banyak jenis alat elektronik yang akan menggunakan baterai khususnya jenis lithium. Estimasi permintaan dunia terhadap baterai tersebut juga akan semakin tinggi seiring penggunaan baterai tersebut untuk kendaraan listrik, jumlahnya mencapai 400 ribu ton per tahun pada 2050.