Indonesia sebagai salah satu produsen utama lidi nipah dan lidi sawit memiliki potensi besar untuk ekspor. Selama lima tahun terakhir, neraca perdagangan produk tersebut selalu mencatatkan surplus dengan nilai mencapai US$ 29,14 juta di 2023.

Senior Economist Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), Donda Sarah Hutabarat mengatakan era suku bunga tinggi di 2024 melemahkan sektor properti global hingga mengurangi permintaan produk furnitur dan home decor. Kondisi ini membuat konsumen cenderung memilih produk esensial.

"Melihat realisasi nilai ekspor Semester I-2024, maka nilai ekspor menunjukkan penurunan hingga akhir 2024 terutama ke India, Jepang dan Tiongkok," kata Donda dalam keterangan tertulis, Rabu (7/8/2024).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor lidi sawit dan lidi nipah periode Januari-Juni 2024 mencapai US$ 10,18 juta, turun 27,59% year on year (yoy) dari US$ 14,06 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Hal ini sejalan dengan penurunan di sisi volume yang hanya mencapai 26,6 ribu ton, turun 18,91% yoy dari 32,8 ton pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan ekspor paling dalam dicatatkan ke India yang turun 51,85%, diikuti Jepang 17,82% dan Tiongkok 34,93%. Di sisi lain, ke sejumlah negara masih mencatatkan peningkatan seperti ke Pakistan naik 11,05%, ke Filipina naik 20,03% dan ke Vietnam naik 194,59%.

Jika dibandingkan dengan kondisi 2023, nilai ekspor lidi nipah dan lidi sawit Indonesia saat itu meningkat 11,44% yoy mencapai US$ 29,32 juta, dari US$ 26,31 juta pada 2022. Sejalan dengan nilai, volume ekspor juga meningkat 15,97% yoy mencapai 70,08 ribu ton dari 60,43 ribu ton di tahun sebelumnya.

Berdasarkan data yang dirilis oleh International Trade Centre (ITC) melalui trademap, pada 2023 Indonesia berada di peringkat kedua sebagai negara eksportir utama lidi nipah dan lidi sawit di dunia dengan porsi 12,42% terhadap total ekspor dunia setelah Tiongkok (20,90%). Negara eksportir terbesar berikutnya adalah Sri Lanka (11,95%), Belanda (5,31%) dan Meksiko (5,29%).

Menurut Donda, ada peluang ekspor ke negara dengan permintaan meningkat seperti Pakistan, Filipina, Vietnam, Korea Selatan dan Iran. Indonesia sebagai salah satu produsen utama diharapkan dapat memanfaatkan peluang ini dengan memperluas jaringan distribusi dan meningkatkan kualitas produk di pasar non-tradisional.

"Berdasarkan data ITC Export Potential Map, juga masih terdapat potensi ekspor lidi nipah dan lidi sawit Indonesia dengan negara-negara dengan potensi pasar tinggi untuk produk lidi antara lain Amerika Serikat, Malaysia, Filipina, Inggris, Belanda, Taiwan, dan Prancis," bebernya.

Sebagai informasi, lidi nipah dan lidi sawit berasal dari tulang daun yang menghubungkan daun dengan pelepah. Lidi sawit yang berasal dari pohon kelapa sawit memiliki tekstur agak keras, ringan dan lentur pada bagian ujungnya serta berwarna cokelat muda.

Standar kualitas lidi nipah dan lidi sawit memiliki tingkat kekeringan 50% dengan panjang sapu lidi minimal 90 sentimeter. Selain menjadi sapu, lidi dapat diolah menjadi berbagai kerajinan tangan seperti piring, keranjang, vas dan kotak tisu.

Produk turunan lidi nipah dan lidi sawit yang paling banyak diekspor Indonesia adalah sapu dari ranting atau bahan nabati diikat, dengan porsi sebesar 98,24% atau setara US$ 28,80 juta.

Baca Lebih Lanjut
Kemenkeu pusatkan pameran produk UKMK Sawit di Makassar
Antaranews
Ekspor Kimchi Korsel Tembus 23.900 Ton, Ini Negara Pembeli Terbanyak
Detik
Menkeu bakal investigasi pemicu melemahnya PMI manufaktur RI
Antaranews
IPB kolaborasi gelar ICBB ke-9, promosikan sawit baik
Antaranews
Bumbu Rempah RI Laku hingga Australia, Wanita Ini Raup Omzet Ratusan Juta
Detik
Industri Makanan & Minuman RI Moncer, Menperin Sebut Ekspor Tembus Rp 237 T
Detik
17 Agustus 2024 HUT RI ke Berapa dan Hari Apa? Ini Jawabannya
Detik
Inovasi Kamera Jaga Privasi, Visualmu Digantikan Gambar Orang Lidi
Detik
Indonesia penuhi 22 persen permintaan minyak nabati dunia
Antaranews
Kemarau Panjang Sebabkan Penurunan Produksi Petani Sawit di Rohil
M Iqbal