TIMESINDONESIA, MOROTAI – Muhammad Sofyan Tomagola alias Opan (43) memiliki latar belakang pekerjaan sebagai tukang mebel di Daruba, Ibu Kota Kabupaten Pulau Morotai. Sudah 11 tahun dia menekuninya, namun terpaksa meninggalkan pekerjaan utamanya karena prospek yang dirasakan kurang menjanjikan. 

Setelah Covid-19, awal tahun 2021, Opan harus menapaki terjalnya kehidupan yang baru demi memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya dengan menjadi petani tanaman pangan. Di tahun tersebut, demi mempertahankan keberlangsungan hidup, Opan harus menanam padi ladang untuk kebutuhan makanan sehari hari.

Namun, pada Mei 2021, suami dari Susi Anisa Indra Pratiwi ini mencoba keberuntungannya sebagai petani Hortikultura dengan memanfaatkan lahan tidur di Desa Pilowo, Morotai Selatan.

Bermodal bibit gratis dari Dinas Pertanian setempat, dia mengawali dengan menanam 1000 pohon cabe keriting, dan ratusan pohon tomat, diluar dugaan hasilnya cukup menggiurkan.

Melihat peluang usaha di sektor pertanian tanaman hortikultura pendapatannya begitu menjanjikan, Opan pun menseriusinya. Keahliannya sebagai tukang mebel seolah terlupakan, lagian dibenaknya bila kembali sebagai tukang mebel harus membutuhkan modal yang cukup besar, duitnya dari mana? ah bikin puyeng, pikirnya. 

"Masyarakat Morotai pada umumnya tahu saya adalah tukang mebel, karena memang itu keahlian utama saya. Namun setelah usaha mebel terpuruk karena kondisi Covid-19 saat itu, saya kemudian mencoba usaha lain, menjadi petani hortikultura, ternyata hasilnya jauh lebih baik dari usaha mebel," kenang Opan, Sabtu (3/8/2024).

"Cuan yang di dapat pertama dari penanaman 1000 pohon cabe keriting, itu per tiga hari panen Rp 1.800.000. Saya hitung-hitungan, tanam 1000 pohon saja bisa menghasilkan segitu besar tiap tiga hari panen. Nah, saya coba kalkulasi dan tingkatkan penanamannya di angka 3.000 pohon, hasilnya sangat menggembirakan," timpalnya. 

Keberhasilan tersebut membuat putra Haji Amir Tomagola ini lebih termotivasi untuk terus meningkat jumlah penanaman pohon cabe keritingnya. Saat telah menanam 4000 pohon kembali, dia sempat kena apes, karena perubahan cuaca dengan curah hujan yang cukup tinggi mengancam keberadaan ribuan pohon cabenya. 

Dari 4000 pohon yang dihantam curah hujan intensitas tinggi, sempat membuat lelaki lulusan SMA ini frustasi sambil berpikir lebih keras bagaimana mencari solusinya agar tidak gagal panen.

Koordinasi dengan Kadis Pertanian dan Kadis PUPR pun dilakukan, walhasil, dibangunkan saluran sepanjang 400 meter untuk mengalirkan air demi menyelamatkan cabenya. 

"Alhamdulillah, atas bantuan Pemda Morotai melalui dinas terkait itu, cabe sebanyak 4000 pohon yang seharusnya gagal panen bila terlambat menanganinya, tetapi kita mampu selamatkan 2000 pohon. Dari 2000 pohon yang berhasil diselamatkan itu, kita panen masih dapat 2,6 ton yang di jual, ini sangat luar biasa," ujarnya. 

Putra Darpant ini tidak menyerah atas kegagalan itu, malah di jadikan motivasi dengan menanam kembali cabe keriting sebanyak 5000 pohon pada 2022, usaha kerasnya pun membuahkan hasil yang semakin memuaskan.  Setelah panen, Opan kembali menanam 30.000 pohon di tahun 2023, dan kerja keras serta kesungguhan telah mengantarnya menjadi jutawan. 

"Sementara tahun ini, 15 ribu pohon tomat jenis Servo F1 siap panen bersumber dari dana desa melalui program ketahanan pangan Kemendes RI. Panen raya dan penanaman kembali sebanyak 9000 pohon secara simbolis telah dilakukan Pj Bupati Morotai, Burnawan bersama Ketua TP-PKK serta pejabat Pemda Morotai lainnya. Saya juga segera menambah lahan, untuk menanam 50 ribu pohon cabe keriting yang sudah siap bibitnya," tegasnya. 

Menurut Muhammed Sofyan Tomagola, setiap panen saat ini, dirinya telah mempekerjakan tenaga kerja di desa setempat sebanyak kurang lebih 100 orang. Dengan upah buruh, kalau panen tomat Rp 5 ribu per kilogram, dan cabe keriting Rp 7 ribu per kilogram. 

Selain itu, pembelinya langsung datang di lokasi saat panen dengan harga beli sangat kompetitif. Dari hasil tani tersebut, pendapatan kelompok taninya hingga saat ini sudah menyentuh Rp 3 ratusan juta, sehingga berkeinginan kuat kedepan membuat Pertanian terintegrasi, ada hortikultura, padi dan budidaya ikan air tawar. (*) 
 

Baca Lebih Lanjut
Kisah Tania Zeng, Wanita 58 Tahun Penjual Mebel yang Jadi Atlet Olimpiade
Detik
Wujudkan Ketahanan Pangan, Pj Bupati Morotai Burnawan Gelar Panen Raya dan Penanaman Kembali
Timesindonesia
Kisah Inspiratif Damar, Anak Tukang Bengkel yang Lolos Kedokteran UGM
Detik
Warga Binaan Rutan Baturaja Produksi Mebel Berkualitas, Inovasi Kreatif di Balik Jeruji Besi
Pairat
Anak Tukang Bengkel Bisa Kuliah Kedokteran Gratis di UGM, Ini Kisahnya
Sindonews
Bey dapati kreativitas petani saat tinjau potensi kekeringan di Bogor
Antaranews
Rempah Jadi Pupuk Tanaman, Ini Inovasi Mahasiswa ULM untuk Petani di Desa Jejangkit Muara Batola
Edi Nugroho
Momen Rihanna Jadi 'Tukang Foto' Fans Sepakbola Cilik
Detik
Petani di Bogor Curhat Soal Ancaman Kemarau Panjang, Bey Machmudin Cari Langkah Antisipasi
Seli Andina Miranti
Petani di Lembang Bandung Barat Biarkan Tomat Busuk di Pohon, Modal Rp 100 Juta Hasilkan Rp 4 Juta
Giri