Nakita.id -Menyusui adalah fase penting dalam kehidupan seorang ibu dan bayi, penuh dengan momen keintiman dan kehangatan.
Namun, bagi banyak ibu, masa menyusui juga bisa menjadi waktu yang penuh tantangan, terutama secara emosional.
Salah satu hal yang sering dibicarakan adalah apakah ibu menyusui lebih sensitif perasaannya.
Artikel ini akan membahas faktor-faktor yang membuat ibu menyusui mungkin merasa lebih sensitif, serta cara mengelola perasaan tersebut dengan baik, melansir dari berbagai sumber.
Setelah melahirkan, kadar hormon seperti estrogen dan progesteron menurun drastis, sementara hormon oksitosin (yang juga dikenal sebagai "hormon cinta") meningkat selama menyusui.
Oksitosin membantu memperkuat ikatan antara ibu dan bayi, namun juga dapat membuat ibu lebih peka secara emosional.
Selain itu, hormon prolaktin, yang merangsang produksi ASI, juga dapat mempengaruhi suasana hati.
Kurangnya tidur dapat berdampak signifikan pada kondisi emosional ibu, membuatnya lebih mudah merasa lelah, stres, dan emosional.
Kurang tidur sering kali dikaitkan dengan meningkatnya sensitivitas perasaan dan reaksi yang lebih cepat terhadap stres.
Peran ini membawa tanggung jawab baru yang besar, dan tekanan untuk memberikan yang terbaik bagi bayi bisa membuat seorang ibu merasa kewalahan dan sensitif.
Perasaan seperti khawatir apakah ASI cukup, apakah bayi tumbuh dengan baik, dan tekanan untuk menjadi ibu yang sempurna bisa memengaruhi keseimbangan emosional.
Kurangnya interaksi sosial dan dukungan dari lingkungan sekitar dapat memperburuk perasaan kesepian dan meningkatkan sensitivitas emosional.
Terkadang, ibu menyusui merasa bahwa identitas pribadi mereka telah berubah atau bahkan hilang.
Perasaan ini dapat memicu emosi yang lebih mendalam dan membuat ibu lebih mudah merasa tersinggung atau emosional.
Berikut beberapa cara untuk mengelola perasaan tersebut:
Dukungan dari orang-orang terdekat sering kali bisa membantu mengurangi beban emosional dan memberikan perspektif baru yang positif.
Lakukan aktivitas yang menyenangkan seperti membaca, mandi hangat, atau sekadar duduk santai dengan secangkir teh.
Self-care penting untuk menjaga keseimbangan emosional.
Istirahat yang cukup dapat membantu mengurangi tingkat stres dan meningkatkan suasana hati.
Dukungan praktis dari orang lain bisa sangat membantu meringankan beban dan memberikan waktu bagi ibu untuk mengelola emosinya.
Kadang-kadang, perubahan emosional yang terjadi selama menyusui bisa menjadi tanda dari kondisi seperti postpartum depression, yang memerlukan perhatian dan penanganan profesional.
Perubahan hormon, kurang tidur, dan tuntutan peran baru sebagai ibu semuanya berkontribusi pada peningkatan sensitivitas emosional.
Mengelola perasaan ini dengan dukungan dari orang-orang terdekat, praktik self-care, dan istirahat yang cukup dapat membantu ibu menyusui menjalani masa ini dengan lebih tenang dan bahagia.
Ingatlah bahwa menjadi sensitif bukanlah kelemahan, tetapi bagian dari proses adaptasi tubuh dan pikiran terhadap peran baru yang luar biasa ini.