Seorang ayah di Padukuhan Yapah, Kalurahan Sukoharjo, Ngaglik, Kabupaten Sleman, S (66) dianiaya hingga menghembus nafas terakhir oleh anak kandungnya. Pelaku dalam peristiwa memilukan tersebut adalah FPN (22), anak ketiga korban. Ia dikenal oleh warga kampung setempat sebagai sosok anak yang pendiam.
"Kalau sama warga diam. Ditanya tidak menjawab. Sama orang tuanya juga diam. Iya (dikenal pendiam). Tidak tahu kenapa bisa sampai seperti itu," kata Joni Pranata, Dukuh Yapah, Kalurahan Sukoharjo, ditemui Selasa (23/7/2024).
Joni, selaku Dukuh setempat, diberi tahu kejadian tragis di rumah korban pada Senin (22/7) malam.
Kala itu, Ia sedang berbincang di depan rumah, kemudian diberitahu warga kalau terjadi keributan di rumah korban.
Awalnya Ia mengira hanya keributan biasa.
Mendapat laporan, Joni langsung bergegas menuju ke lokasi kejadian.
"Belum sampai rumah lokasi di bilangin Pak RT, Bapaknya sudah meninggal. Saya konfirmasi ke Bhabinkamtibmas untuk meminta kesini. Saya menuju ke lokasi sudah meninggal dunia. Saya sampai sana keadaan sudah seperti itu," kata dia.
Joni bersama warga kampung setempat menjadi saksi pilu peristiwa itu.
Menurut Joni, berdasarkan temuan di lokasi, peristiwa dugaan penganiyaan hingga korban meninggal dunia itu diperkirakan sudah terjadi cukup lama.
Hanya baru diketahui pada Senin (22/7) malam.
Korban diduga dibunuh dengan cara dihantam menggunakan benda tumpul.
"Perkiraan pakai itu (benda tumpul). Bendanya masih, kayak palu," kata dia.
Keseharian Pelaku
Korban memiliki tiga orang anak.
Dua tinggal bersama korban di rumah.
Sedangkan satu orang lagi sudah berbeda rumah.
Adapun sang istri sudah meninggal dunia.
Pelaku FPN, yang merupakan anak bungsu dari korban, dikenal sosok pendiam bahkan terlihat seperti orang kelainan jiwa setelah ditinggal Ibu meninggal dunia pada tahun 2020 silam.
Menurut Joni, FPN semula terlihat seperti anak normal pada umumnya.
Bahkan menamatkan sekolah SMA. Kegiatan kepemudaan di kampung, awalnya juga sering ikut.
Tapi lama kelamaan tidak ikut. Terutama setelah ibunya meninggal.
"Kalaupun ikut cuma diam. Kayak orang linglung," kata dia.
Korban dimakamkan pada Selasa (23/7) siang, di pemakaman umum Dusun Yapah, Sukoharjo.
Di rumah korban, tenda duka didirikan. Sejumlah orang, terutama para tetangga terlihat berdatangan untuk berbelasungkawa atas peristiwa tersebut.
Peristiwa memilukan ini menjadi pembelajaran berharga bagi setiap keluarga dan tentunya menjadi perhatian serius.
Sebab, baik korban maupun pelaku, adalah ayah dan anak yang memiliki relasi yang sangat dekat.
"Kami akan koordinasi dengan Puskemas agar (pelaku) ini bisa kembali seperti semula. Kami juga lihat kondisi ke depannya," kata dia.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman, dr. Cahya Purnama mengungkapkan, pihaknya memiliki program mata hati atau masyarakat tangguh sehat jiwa.
Program ini memberikan akses pelayanan kesehatan jiwa komprehensif yang berkualitas setara, merata, berkeadilan dan terjangkau bagi seluruh masyarakat dengan prioritas kepada kelompok rentan.
Pelayan psikologi juga dilakukan dengan tim pelaksana kesehatan jiwa masyarakat.
"Ada pendampingan dengan program mata hati. Kemudian dengan tim TPKJM baik tingkat Kabupaten maupun Kapanewon," kata Cahya.
Peristiwa pembunuhan terhadap ayah kandung di Sukoharjo, Ngaglik ini diketahui pada Senin (22/7/2024) sekira pukul 20.25 WIB.
Kapolsek Ngaglik, Komisaris Polisi Mashuri menyampaikan, kronologi kejadian bermula ketika saksi HAR (35), anak korban bermaksud menjenguk sang ayah.
Ketika hendak masuk rumah, kondisi lampu di dalam rumah padam semua.
Saksi lalu masuk ke dalam rumah dengan membuka kunci dari jendela.
Kemudian menyalakan lampu ruang tamu dan kamar tidur korban.
"Saat itu saksi melihat darah di bawah tempat tidur dan melihat (tubuh) korban (ayahnya) ada di bawah tempat tidur," kata Mashuri.
Selanjutnya, saksi tiba-tiba dipukul dari belakang menggunakan palu besar oleh tersangka, yang tidak lain juga merupakan anak bungsu korban sehingga terjadi perkelahian.
Tersangka yang diduga mengalami gangguan kejiwaan ini akhirnya berhasil diamankan.
"Anak yang jadi tersangka ini infonya gangguan kejiwaan. Makanya ini kami bawa ke rumah sakit jiwa untuk pemeriksaan kejiwaan tersangka," kata Mashuri.
Pihak Kepolisian, untuk memproses perkara dugaan pembunuhan ini masih menunggu hasil observasi dan pemeriksaan ahli terkait kejiwaan tersangka.
Motif
Motif pembunuhan tersebut, diduga karena sang anak sakit hati.
"Tersangka yang membunuh korban ini anak kandung ketiga. Motifnya dia minta dibelikan playstation, tapi gak digubris sama bapaknya.
Selanjutnya, dia meminta dicarikan kerjaan sama bapaknya, tapi bapaknya belum bisa mendapatkan pekerjaan untuk dia. Jadi kan marah.
Sementara latar belakang yang bersangkutan juga selama ini (mengalami) depresi," kata Kapolresta Sleman, Kombes Pol Yuswanto Ardi, Selasa (23/7/2024).
Tersangka melakukan aksi pembunuhan terhadap ayak kandungnya dengan menggunakan palu pemecah batu.
Palu tersebut dipukulkan berkali-kali ke kepala korban. Terhadap tersangka, saat ini sedang dilakukan pemeriksaan intensif di Polsek Ngaglik.
Sembari menghadirkan psikiater untuk melakukan observasi dan pemeriksaan terhadap kondisi kejiwaannya pelaku.
"Tapi yang jelas, yang bersangkutan agak sulit diajak berkomunikasi. Tapi sudah bisa mengutarakan motif yang mendasari perbuatannya dia," kata Kombes Pol Ardi. (Tribunjogja.com/rif)