TRIBUN-PANTURA.COM, SEMARANG - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Semarang tembus angka 231 kasus selama semester 1 tahun 2024.
Tiga diantaranya meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, Moh Abdul Hakam memaparkan, tiga kasus DBD yang meninggal dunia itu berada di Sendangmulyo, Semarang Utara, dan Sambiroto.
Sedangkan, wilayah dengan banyak kasus DBD antara lain di Tembalang, Pedurungan, Banyumanik, Semarang Barat, Genuk, Ngaliyan, dan Semarang Utara.
"Prinsipnya, kasus banyak di daerah dengan tingkat kepadatan tinggi sama ABJ (angka bebas jentik) turun dari angka normal," sebut Hakam, Senin (15/7/2024).
Namun demikian, sambung Hakam, angka kasus DBD di ibu kota Jateng cenderung turun di banding tahun sebelumnya.
Hal itu karena Dinkes gencar melakukan skrining dini di setiap wilayah yang menghasilkan angka demam dengue (DD) cukup tinggi namun tidak sampai mengalami DBD.
Angka DD di Kota Semarang mencapai 4.500.
"Demam dengue ini kasusnya naik. Ini karena kami lakukan skrining pemeriksaan NS1. Kalau ditemukan DD, mereka diobati sehingga tdak sampai DBD. Angka kematian bisa ditekan," jelasnya.
Hakam menyebut, diantara 35 kabupaten/kota di Jateng, Kota Semarang yang mengalami penurunan kasua DBD secara perlahan di trngah angka kasus daerah lain meningkat.
Tentunya, menurut dia, hal itu tidak lepas dari peran serta masyarakat.
Pihaknya terus mendorong masyarakay untuk melakukan pemberantasan jentik nyamuk (PJN) dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
"Ini harus dilakukan dua kali sepekan karena tiga hari saja nyamuk sudah bisa terbang. Kalau di wilayah merah bisa sampai tiga kali sepekan," urainya.
Menurutnya, Kota Semarang memiliki potensial dampak. Ini merupakan peta prediksi enam bulan hingga satu tahun ke depan.
Jika kapasitas adaptasi tidak dilakukan intervensi maka wilayah tersebut akan masuk zona merah. Oleh karena itu, perlu dilakukan intervensi meliputi PSN, PJN, PHBS, STBM, pemenuhan gizi masyarakat, dan lainnya. (*)