Makanan beku atau frozen food banyak dikonsumsi karena praktis dan rasanya enak. Namun jangan terlalu sering memakannya karena bisa berefek buruk untuk kesehatan.
Di tengah gaya hidup yang kian cepat ritmenya, banyak orang mencari kepraktisan dalam segala hal, termasuk urusan makan. Mereka mencari bahan makanan yang praktis dan rasanya enak.
Makanan beku atau frozen food pun kerap jadi jawaban. Makanan ini ditawarkan dalam beragam jenis dan mudah didapat, baik di pasar tradisional maupun supermarket.
Mengolahnya praktis karena tinggal dilumerkan, digoreng, dikukus, atau dipanggang tergantung jenisnya. Namun sayangnya, mayoritas makanan beku tidak mengandung nutrisi menyehatkan. Konsumsinya justru bisa merugikan kesehatan.
Melansir Times of India (8/7/2024), inilah 7 efek negatif konsumsi makanan beku untuk kesehatan:
Salah satu kekhawatiran utama dari konsumsi buah dan sayuran beku adalah kehilangan asupan nutrisi penting. Walau memang proses pembekuan bisa mempertahankan sejumlah vitamin dan mineral penting, tapi proses blansir yang berlangsung sebelumnya bisa menyebabkan kehilangan nutrisi, seperti vtamin B dan C yang larut air.
Selain itu, sekalipun buah dan sayuran beku disimpan di suhu yang tepat bisa tetap mengalami penurunan nutrisi. Hal ini membuat buah maupun sayur beku tak sebagus buah dan sayur segar dalam beberapa kondisi.
![]() |
Makanan beku berupa nugget, sosis, ham, atau yang lainnya cenderung tinggi sodium.
American Heart Association merekomendasikan batas konsumsi sodium 2.300 miligram per hari. Sayangnya banyak makanan beku mengandung hampir atau lebih dari jumlah tersebut dalam tiap 1 porsi penyajiannya.
Untuk meningkatkan cita rasa, warna, dan masa simpannya, banyak makanan beku ditambahkan bahan aditif dan pengawet.
Misalnya, beberapa orang mengalami reaksi alergi dari bersinggungan dengan bahan aditif. Gejala umumnya berupa sakit kepala. Dalam jangka panjang, konsumsi dua bahan ini bisa menyebabkan hiperaktivitas pada anak dan meningkatkan risiko kanker.
![]() |
Makanan beku juga termasuk makanan siap saji yang tinggal dipanaskan di microwave.
Lemak trans yang terbentuk selama proses hidrogenasi untuk meningkatkan masa simpan produk, ternyata berbahaya untuk kesehatan. Lemak ini bisa meningkatkan kadar kolesterol buruk dalam darah dan menurunkan kadar kolesterol baik. Alhasil risiko sakit jantung, stroke, hingga diabetes tipe 2 meningkat.
Proses membekukan makanan memang bisa menghambat pertumbuhan sebagian besar bakteri, tapi tidak membunuh patogen. Proses penanganan, pelumeran, dan pembekuan kembali dari makanan beku bisa membuat bakteri berbahaya muncul. Contohnya Salmonella dan Listeria.
Dua jenis bakteri itu bisa menyebabkan keracunan makanan yang diiringi gejala mual, muntah, diare, dan pada kasus terparah harus dibawa ke rumah sakit. Karenanya penting juga memperhatikan cara menyimpan dan mengolah makanan beku jika ada.
![]() |
Efek negatif lain dari konsumsi makanan beku adalah asupan kalori harian meningkat. Sebab banyak makanan beku mengandung lemak, gula, dan pati yang sangat tinggi.
Jika dikonsumsi terlalu sering atau banyak akan memicu penambahan berat badan dan risiko obesitas. Kondisi ini semakin meningkatkan peluang seseorang alami penyakit serius seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan beberapa kanker.
Produksi, pengemasan, dan distribusi makanan beku bisa berdampak negatif pada lingkungan. Energi yang dibutuhkan untuk membekukan dan menyimpan makanan ini berkontribusi pada emisi gas rumah kaca yang meningkat.
Proses pengemasan juga biasanya menggunakan plastik sekali pakai yang menimbulkan limbah plastik. Lalu distribusinya bisa menghasilkan jejak karbon yang panjang.