BANJARMASINPOST.CO.CO.ID, KANDANGAN- Selain kampung perajin dodol, Desa Telaga Bidadari, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Hulu Sungai Selatan juga menjadi kampung perajin camilan kerupuk dan kue bawang kue rangai, gincil serta jenis jajanan zaman dulu (Jadul) lainnya.
Setiap hari, perajin setempat memasak aneka camilan tersebut, lalu mengemasnya dan memasarkan ke toko-toko, kios serta pasar.
Untuk proses pengemasan makanan ke dalam plastic, setelah diberi merek, pekerja bagian pengemasan menutup plastic kemasan itu memakai api.
Uniknya, apinya dinyalakan menggunakan bahan bakar minyak jelantah, bukan dengan minyak gas atau jenis bahan bakar lainnya. Bagian atas kaleng ditumpahi minyak jelantah, lalu diletakkan sumbu yang dibalut kapas.
“Jika apinya mau padam, tinggal menambah minyak jelantah,”ungkap salah satu pekerja bagian pengemasan, di usaha dodol dan camilan Mama Alfi, Jumat (12/7/2024).
Alasan pengemasan menggunakan lampu minyak pun bikin kagum,, yakni ingin mempertahankan pekerja yang telah lama bekerja dengan mereka.
Di UMKM tersebut, ada enam pekerja. Mereka masih berusia muda, dan mengaku sudah 5 tahunan bekerja di usaha rumahan itu.
Tiap hari, mereka mengemas makanan, berupa kerupuk, kue bawang, dodol dengan cara tersebut. Bekerja sejak pukul 08.00 sampai 17.00, dengan waktu istirahat zuhur, makan siang dan asar, mereka bisa mengemas sampai 1000 bungkus camilan. Jika berhasil mengemas 1000 bungkus per orang, mereka menerima upah Rp 50 ribu per hari.
Mengenai cara mengemas yang masih tradisional, tidak menggunakan mesin press modern, pemilik usaha, Hamdanah mengatakan, mempertimbangkan tenaga kerja.
‘Kalau dikemas pakai alat modern, nanti malah mengurangi tenaga kerja. Mereka sudah lama bekerja di sini,”katanya. Diapun menyatakan, dia bisa saja membeli peralatan modern.
Termasuk untuk efesiensi proses pembuatan dodol, saya sengaja tak pakai alat mengaduk mesin, karena kasihan jika mereka kehilangan pekerjaan,”tuturnya.
Sehari bisa memproduksi 8 sampai 10 kawah dodol (satu kawah=50 kilogram) Hamdanah mempekerjakan 40 orang warga sekitar dengan gaji Rp 60 ribu per orang.
Sedangkan untuk usaha camilan, tiap hari membuat tarusan kilogram kerupuk dan ratusan kilogram kue bawang. Dengan pertimbangan memberdayakan warga sekitar sebagai tenaga kerja itulah,
Hamdanah mempertahankan cara tradisional dalam proses produksi dodl maupun camilan kerupuk dan ke bawang.
(banjarmasinpost.co.id/hanani)