Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian optimistis Indonesia mampu menduduki posisi sebagai ekonomi terbesar ke-4 di dunia pada tahun 2045 mendatang. Ia turut menyingung kisah perkembangan China yang kini menjadi ekonomi ke-2 terbesar setelah Amerika Serikat (AS).

Tito teringat pada kisahnya saat mengemban ilmu di New Zeland di 1998 silam. Pada kala itu, mahasiswa yang mayoritas berasal dari negara sekutu seperti AS, Inggris, dan Kanada sering membicarakan tentang The Rise of China dan The Trade of China. Diproyeksikan China akan menyamai AS di 2023.

"Saya juga penasaran kenapa ketakutan dengan China, berangkat lah kita studi banding 1998, pangkat mayor saya waktu itu, ke Beijing dan Shanghai. Begitu liat Beijing jujur apa yang ditakuti dengan negara ini? Orang di jalan naik sepeda semua, mobil jarang, pemukiman kumuh banyak, sungai kotor," kata Tito, dalam paparannya di acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XVI Apkasi Tahun 2024, di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (10/7/2024).

Begitu pula dengan kondisi Shanghai yang pada kala itu hanya sedikit lebih baik dibandingkan dengan Beijing. Namun alangkah terkejutnya ia, dua tahun kemudian kondisinya berubah dan kedua kota itu makin maju dengan lalu lintas kendaraam bermotor dan gedung-gedung tinggi.

"Terakhir 2018 ke sana saya betul-betul shock, kenapa? Karena underground, mereka sudah punya kereta cepat, flyover kita 4 layer sedangkan mereka 7-8 layer. Highest building ada di mana-mana, Beijing sudah hampir sama dengan Washington. Shanghai sudah hampir sama dengan New York, bahkan makin maju, New York turun," ujarnya.

Titik paling penting dari cerita yang disampaikannya ialah bahwa The Rise of China yang menurutnya pada 1998 tidak mungkin terjadi ternyata benar-benar terwujud 25 tahun kemudian. Saat ini China pun berhasil menduduki posisi kedua sebelum AS di ekonomi dunia.

Kondisi ini serupa dengan Indonesia yang dalam dua tahun terakhir diramalkan oleh lembaga-lembaga dunia akan menduduki posisi ke-4 di ekonomi dunia. Dalam hal ini, menurutnya prediksi tersebut bukan tidak mungkin terwujud.

"China menjadi kekuatan ekonomi No. 2 setelah AS, luar biasa dan mereka maju. Ekonomi makin berkuasa dan pengaruh mereka sampai ke mana-mana. Ini hanya menggambarkan, kita bicara tahun-tahun ini dan 2 tahun belakangan tentang Indonesia No. 4 dunia," kata dia.

"Saya hanya menyampaikan, 2045 atau 2040, the next 20 years. Tahun 1998 saya mendengar isu sama untuk 2023 dan 25 tahun kemudian it happened di China. Nah saya melihat sekali lagi sangat bisa terjadi (Indonesia naik ke posisi keempat dunia)," sambungnya.

Tito menilai, kunci utama agar Indonesia mampu mewujudkan posisi itu ialah dengan menggenjot kualitas sumber daya manusia (SDM). Pandangan ini disampaikannya dengan melihat sejarah Singapura dan Dubai yang berfokus pada program edukasinya.

Berdasarkan buku 'Why Dubai Able to Develop So Quickly' yang dibacanya, Dubai sendiri pada tahun 70-an hanya sebuah hamparan padang pasir dengan sumber daya alam yang minim. Namun ia berhasil memanfaatkan potensinya sebagai tempat transit penerbangan Timur-Barat dan menghimpun banyak investor. Hasilnya pun digunakan untuk menggenjot pendidikan.

"Setelah itu mereka ambik pajak royalti, uangnya dipakai sekolahkan anak-anaknya, sekolah ke negara-negara lebih maju, Inggris, AS, terutama sampai S2, S3. Setelah kembali anak-anaknya, dia buat kebijakan harus diakomodir. Sama dengan Singapura maju, bukan karena SDA, education 30%. SDM anak-anak sekolahnya SD, SMP, SMA, subsidi sampai sekarang," paparnya.

Menurutnya hal ini terbalik dengan Indonesia yang justru memiliki potensi besar namun tantangannya dari sisi SDM itu sendiri. Secara keseluruhan, Indonesia memenuhi 3 persyaratan untuk mendominasi pasar dunia, antara lain punya angkatan kerja yang besar, SDA yang melimpah, hingga bentang wilayah yang luas.

Ia percaya, ekonomi menjadi 'senjata' utama untuk menduduki posisis dominan di dunia dan hal ini dimotori oleh produksi. Tito bilang, siapapun yang bisa memproduksi secara massif hingga membanjiri pasar dunia, negara itulah yang akan naik ke puncak. Menurutnya, Indonesia perlu memanfaatkan dengan baik waktunya 20 tahun ke depan hingga tahun 2045 untuk mengoptimalkan potensinya itu.

"Saya meyakini Indonesia bisa menjadi negara dominan karena memenuhi 3 persyaratan itu," pungkasnya.

Baca Lebih Lanjut
Royale Inspiring Woman Awards 2024, Apresiasi Perempuan Inspiratif Indonesia Menuju Kesuksesan di Bidangnya
Poetri Hanzani
Alumni Polbangtan Malang Bagikan Rahasia Kesuksesan
Timesindonesia
Alasan Joan Mir Bertahan di Honda, Singgung Prestasi Marc Marquez
Detik
China buka kunjungan publik ke kapal pemecah es kutub di Qingdao
Antaranews
Peta Warisan Dunia Selama Lima Tahun, Situs Arkeologi Liangzhu di China Bersinar dengan Pesona Peradaban yang Unik
Antaranews
Salip Kanada, Rusia Pengekspor Utama Kacang Polong ke China
Sindonews
Pembalap dunia jadwalkan jumpa penggemar MotoGP di Canggu Bali
Antaranews
Timnas Indonesia Nothing to Lose di Ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026
Detik
Peneliti: Gen milenial dan Z bisa berkontribusi di ekonomi digital
Antaranews
Pertama di RI! Kapal Tanker 'Disulap' Jadi Fasilitas Migas di Laut Natuna
Detik