SURYA.CO.ID, SURABAYA- Ratusan bongkahan batu alam nan artistik memukau pengunjung Mall Ciputra World Surabaya. Batu-batu tersebut adalah suiseki.
Suiseki bagi sebagian orang akan terdengar awam, namun memiliki tempat tersendiri bagi para penyuka bahkan kolektornya.
Chairman of The Organizing Committee Bonsai and Suiseki Convention Andre Sutanto mengungkapkan, suiseki adalah istilah dalam bahasa Jepang yang merujuk pada tradisi mengumpulkan dan mengapresiasi batu karena nilai estetik atau dekoratifnya.
Memiliki arti ‘batu air’, sebagai salah satu seni estetika tradisional Jepang yang juga menjadi sebutan bagi koleksi batu itu sendiri.
Batu-batu suiseki disebut tidak dipahat atau dibentuk oleh manusia, melainkan terbentuk oleh alam.
Sebab suiseki ditujukan untuk menghargai batu hasil bentuk alam yang tanpa campur tangan manusia.
“Batu ini menjadi bernilai karena bentuk, warna dan detail estetikanya, contohnya batu yang secara perlahan dibentuk alam hingga menyerupai objek tertentu,” ucapnya di sela Pameran Bonsai dan Suiseki Internasional di Mall Ciputra World Surabaya, belum lama ini.
Kepopuleran seni tradisional Jepang ini disebut semakin meningkat dan menjadi pilihan untuk menghiasi rumah, kebun dan museum.
Batu-batu yang terbentuk secara alami itu memiliki beragam bentuk seperti menyerupai bentuk hewan, tumbuhan, tebing, gunung dan masih banyak lainnya.
“Ada 444 batu suiseki dari negara seluruh Asian, terbanyak tentunya dari Indonesia. Ini pameran rekor terbanyak,” sebut Andre.
Batu-batu suiseki ini dikelompokan berdasarkan jenisnya, seperti lanscape yakni batu sungai dan batu gunung.
Batu suiseki sungai disebut lebih banyak berasal dari Padang, sedang batu suiseki Kebumen cenderung batu gunung.
Para kolektor pun memburu batu alam yang terkikis sekitar ratusan tahun bahkan ribuan tahun hingga menghasilkan keindahan simbolik maupun landscape secara alami.
“Selain Indonesia misal Vietnam dan Fillipina. Untuk ikut pameran suiseki ini harus melalui tiga kurator, harus sealami mungkin tidak boleh ada campur tangan manusia,” ungkapnya.
Andre menyebut nilai dari batu suiseki tergantung pada interpretasi masing-masing. Sudut pandang dari yang memaknai tampilan batu tersebut.
Beberapa hal dari penilaian batu ini adalah dari keindahan, corak, warna dan kekerasan tampilannya.
Menurut Andre, pameran ini berhasil mengundang antusias para penyuka suiseki bahkan kolektor.
Terbukti dengan target awal pameran 200 batu, dapat mencapai lebih dari 400 batu suiseki.
“Dengan adanya pameran ini diharapkan pertumbuhan suiseki tumbuh pesat,” ucapnya.
Luki, pengunjung pameran mengatakan takjub dengan bentuk-bentuk dari batu suiseki. Menurutnya, setiap batu memiliki interpretasi dan keunikan yang tidak ada duanya.
“Saya pikir sangat tidak mudah dapat batu-batu ini. Ada yang bentuk kura-kura, gunung, buah, semuanya unik dan tidak akan sama satu sama lain,” ucap Luki.
Tahun ini Ciputra World Surabaya terpilih menjadi tuan rumah Pameran dan Konvensi Bonsai & Suiseki Internasional Terbesar di Dunia yang dibuka untuk umum di Linear East Atrium dan area parkir Outdoor East, hingga hingga Rabu (10/7/2024).