TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Harley Davidson Sportster Forty Eight adalah salah satu model ikonik dari seri Sportster.
Dikenal dengan desainnya yang garang dan klasik, mengusung gaya bobber yang menjadi favorit para penggemar sepeda motor custom.
Selain desainnya, banyak orang memilih moge ini karena lincah untuk dibawa di jalan perkotaan.
Seperti halnya Christian Dwiki yang memilih Sportster sebagai tunggangannya untuk melibas jalan Kota Jogja.
Namun dibalik itu, ia juga memilih motor ini berdasarkan pengalaman masa kecilnya. Saat kecil ia kagum dengan suara keras dan menggelegar yang dikeluarkan moge ini.
“Saya nggak tahu dulu jenis harley apa yang saya lihat, tapi yang saya tahu itu motor harley. Kalau sekarang kenapa belinya sportster karena mampunya beli itu.
Ditenagai oleh mesin Evolution 1200cc V-Twin, Sportster 48 menawarkan performa yang bertenaga dan responsif, memberikan pengalaman berkendara yang memuaskan baik di jalan raya maupun dalam kota.
Ia mengungkapkan, Sportster ini termasuk Harley yang nyaman untuk melibas jalan-jalan perkotaan. Pasalnya, secara dimensi motor ini terbilang lebih kecil.
“Nyaman kalau buat di kota-kota. Enaknya karena kecil dan ramping, jadi masih bisa nyalip sana sini. Walaupun saat macet, mesinnya akan terasa panas juga. Yang agak disayangkan jenis Harley Sportster 48 ini tangkinya kecil, jadi terasa sering banget bolak balik ke pom bensin,” tuturnya.
Sportster 48 memiliki desain yang terinspirasi dari model Harley Davidson tahun 1948. Motor ini memiliki tangki bensin peanut dan jok single seat.
Knalpot pendek dirancang untuk menghasilkan suara khas moge HD.
Sportster standar saja sudah cukup mumpuni dari segi visual dan performa. Karakternya yang kecil dan ramping membuat tipe ini banyak digandrungi anak muda.
“Harley ini desainnya anak muda sekali, jadi cukup sejalan dengan saya yang masih muda ini, tapi sayangnya tangki motor ini kecil, jadi kalau riding dengan Harley Davidson yang type touring, kasihan karena bakal sering bolak balik ke pom bensin,” tuturnya.
Terkait perawatan, menurutnya Sportster juga hampir sama seperti motor biasa.
Misalnya rutin ganti oli sesuai waktu pemakaian, termasuk sering dipanasin agar aki tidak cepat soak.
Yang membedakan adalah biaya servis yang sedikit lebih mahal dari pada motor harian lainya.
Pun halnya dengan modifikasi. Sebelum ia memboyong Sportster, Dwiki meriset apa saja yang perlu dimodifikasi untuk motor ini, pasalnya ia mengakui tidak memiliki budget banyak untuk melakukan custom motor.
“Jadilah saya cari Harley yang dijual dengan keadaan yang sudah dimodifikasi oleh pemilik sebelumnya. Adapun yang sudah di anti partnya seperti knalpot, handgrip, serta tambahan-tambahan seperti boncengan belakang, engine guard, foot peg belakang,” bebernya
Bagi yang ingin membeli HD pertamanya, Ia berpesan agar pembeli dapat melakukan pengecekan sedetail mungkin dan jangan terburu-buru.
“Jangan tertipu oleh tampilan, saya juga masih baru banget, bisa dibilang awam, jadi sambil jalan sambil belajar mengenal motor ini. Rajin lihat referensi di internet, tanya teman-teman yang sudah punya motor Harley duluan, pokoknya banyakin riset saja,” tandasnya.(nto)