TRIBUNSORONG.COM, SORONG - Kala Toson merupakan kawasan daratan dan perairan seluas sekitar 2.000 hektare.

Area tersebut berada di Kampung Malaumkarta Raya, Distrik Makbon, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya.

Kala Toson menyimpan berbagai potensi wisata alam maupun sejarah peninggalan Perang Dunia II.

Masyarakat setempat telah membuka kawasan tersebut sebagai destinasi wisata yang diawali prosesi adat yang disebut “benfie”.

Tradisi turun temurun tersebut digelar sebagai wujud penghormatan sekaligus meminta restu para leluhur ketika akan membuka suatu tempat baru, semisal berkebun dan aktivitas lainnya.

TribunSorong.com sempat merasakan suasana alam Kala Toson saat menyaksikan prosesi “benfie”.

Kicau burung terdengar bersahutan di antara lebatnya pepohonan nan rindang.

Satu tempat eksotis yang sempat dikunjungi adalah Gunung Maswa.

Menjangkau spot tersebut membutuhkan energi lebih, namun lelah itu terbayar tatkala sudah tiba di puncak.

Dari atas ketinggian, bisa menyaksikan hamparan savana serta birunya laut yang membentang.

Di Gunung Maswa, bila beruntung bisa melihat kasuari, burung endemik yang menjadi ikon Papua Barat Daya.

Di sekitarnya juga banyak dijumpai tumbuh-tumbuhan lainnya seperti kantong semar.

Torianus Kalami (46), tokoh muda yang juga pemangku adat mengatakan, Kala Toson akan menjadi alternatif tujuan wisata selain spot di Kampung Malagufuk.

Potensi wisatanya di antaranya pengamatan cenderawasih, walabi, landak, goa, hamparan anggrek, savana, hingga air terjun.

Selain itu, ada juga spot diving, snorkeling hingga wisata edukasi berupa bangkai pesawat di laut dan darat.

"Kami berencana mengemas sarana pendukung wisata di Kala Toson sehingga para wisatawan nyaman berkunjung di spot-spot tersebut," kata Torianus Kalami kepada TribunSorong.com.

Tak sekadar pemandangan alam, ke depan akan dikemas juga wisata edukasi sebagai upaya mengenalkan lebih luas budaya Suku Moi.

Konsep destinasi menyatu dengan alam dan budaya bisa menjadi pengalaman lebih untuk para wisatawan.

Menurut Torianus Kalami, sudah saatnya areal hutan adat dijadikan wisata berbasis adat, sehingga warga lokal fokus menjaga kawasan.

Hutan diibaratkan air susu ibu yang senantiasa membawa kehidupan bagi para generasi muda, sehingga harus dijaga sepenuhnya.

"Wisata berbasis adat ini baik, hutan terjaga, di sisi lain masyarakat dapat pemasukan," ucap Torianus Kalami. (tribunsorong.com/safwan ashari)

Konsep destinasi menyatu dengan alam dan budaya bisa menjadi pengalaman lebih untuk para wisatawan.

Menurut Torianus Kalami, sudah saatnya areal hutan adat dijadikan wisata berbasis adat, sehingga warga lokal fokus menjaga kawasan.

Hutan diibaratkan air susu ibu yang senantiasa membawa kehidupan bagi para generasi muda, sehingga harus dijaga sepenuhnya.

"Wisata berbasis adat ini baik, hutan terjaga, di sisi lain masyarakat dapat pemasukan," ucap Torianus Kalami. (tribunsorong.com/safwan ashari)

Baca Lebih Lanjut
Pembukaan Trek Wisata Alam di Malaumkarta Raya Sorong Diawali Ritual "Benfie" Suku Moi
Jariyanto
Kebun Cokelat Lombok Timur, Sensasi Wisata Edukasi yang Banyak Diburu Wisatawan Mancanegara
Idham Khalid
5 Tempat Wisata Alam dengan Pemandangan Indah di Surabaya, Nomor 4 Mirip di Amazon
Sindonews
Jaga Warisan Budaya, Destinasi Wisata Kampung Songket di Sawahlunto Dikembangkan
Edukasi Lewat Talkshow, Kemkominfo Tegaskan Pentingnya Dunia Digital Promosikan Budaya Lokal
Sindonews
Pemkab Kudus: Objek wisata alam siap tarik wisatawan selama liburan
Antaranews
Adaro kembangkan Desa Liyu Kalsel sebagai tujuan wisata budaya
Antaranews
Charming Guangdong 2024 Sukses Pukau Penonton dengan Warisan Budaya dan Keindahan Alam
Sindonews
WISATA KALSEL - Berkunjung ke Danau Hatiwin Tapin, Nikmati Pesona Alam Nan Sejuk
Irfani Rahman
Kisah Hutan Kota Arwinas Siak, Dimasuki Hewan Buas Hingga Direncanakan Jadi Destinasi Wisata Edukasi
M Iqbal