Peningkatan hasrat seksual adalah hal umum yang dapat terjadi pada semua orang, termasuk wanita. Berbagai faktor termasuk perubahan hormonal dan lingkungan ternyata dapat mempengaruhi tingginya libido pada wanita.
Dikutip dari Medical News Today, wanita memiliki waktu-waktu tertentu di mana hasrat seksual mereka cenderung meningkat. Berikut beberapa waktu di mana hasrat seksual wanita bisa meningkat.
Menurut sebuah tinjauan pada tahun 2015, wanita cenderung lebih sering memulai aktivitas seksual dan menunjukkan minat yang lebih besar terhadap seks tepat sebelum ovulasi. Diperkirakan bahwa puncak kadar estrogen di pertengahan siklus terjadi sekitar 24 jam setelah ovulasi, dan dapat meningkatkan gairah seksual.
Estradiol, salah satu dari tiga jenis hormon estrogen, dianggap sebagai pemicu utama yang dapat meningkatkan hasrat seksual pada wanita. Hal tersebut didukung dengan laporan dari beberapa wanita pascamenopause yang melaporkan adanya penurunan hasrat seksual mereka dan terbukti memiliki kadar estradiol yang lebih rendah.
Selama kehamilan, perubahan hormon yang drastis dapat menyebabkan variasi dalam tingkat hasrat seksual. Menurut sebuah studi pada tahun 2020, perubahan hormonal di awal kehamilan dapat membuat wanita menginginkan lebih banyak perhatian dan kasih sayang dari pasangan mereka. Namun, ini tidak selalu berarti peningkatan hasrat seksual, karena mereka mungkin mengalami mual dan ketidaknyamanan lainnya.
Pada trimester kedua, hasrat seksual sering meningkat seiring wanita semakin terbiasa dengan kehamilannya dan merasa lebih nyaman. Namun, pada trimester ketiga, hasrat seksual biasanya menurun kembali seiring dengan perkembangan kehamilan yang membuat aktivitas seksual menjadi kurang nyaman.
Penelitian menunjukkan bahwa waktu dalam seminggu dapat mempengaruhi hasrat seksual. Pada akhir pekan, kemungkinan wanita muda untuk terlibat dalam kontak seksual meningkat dua hingga tiga kali lipat dibandingkan hari kerja.
Rata-rata, probabilitas wanita untuk berhubungan seks adalah 22 persen pada hari-hari akhir pekan dibandingkan dengan 9 persen di hari kerja. Jadwal kegiatan yang lebih fleksibel dan waktu luang yang lebih banyak mungkin juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi peningkatan ini.
Penelitian menunjukkan bahwa baik testosteron maupun estradiol dapat mempengaruhi tingkat gairah seksual. Namun, lebih banyak penelitian diperlukan untuk memahami sepenuhnya efek testosteron terhadap hasrat seksual pada wanita.
Sebuah studi pada tahun 2013 menemukan bahwa kadar progesteron yang tinggi dapat menurunkan hasrat seksual, sementara kadar estradiol yang tinggi dapat meningkatkannya. Testosteron tidak ditemukan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku seksual.
Hasrat seksual wanita dapat bervariasi sepanjang siklus menstruasi. Sebuah studi pada tahun 2019 yang menganalisis lebih dari 600.000 siklus menstruasi menemukan bahwa mayoritas wanita tidak ovulasi pada hari ke-14. Durasi fase luteal juga bervariasi, dengan rata-rata 12,4 hari, bukan 14 hari.
Hasrat seksual yang tinggi terus-menerus mungkin dapat membawa risiko, seperti meningkatnya kemungkinan infeksi menular seksual (IMS), sehingga ada manfaat dari penurunan libido selama fase kurang subur dari siklus menstruasi.
Tidak ada yang salah dengan memiliki hasrat seksual yang tinggi atau rendah, kecuali jika hal tersebut menjadi masalah atau mengganggu. Setiap orang memiliki tingkat libido yang berbeda dan tidak ada yang dianggap "normal" atau "tidak normal".
Jika seseorang merasa khawatir atau terganggu dengan tingkat libidonya, disarankan untuk berbicara dengan dokter atau menghubungi layanan kesehatan dan berkonsultasi.