Keju identik dengan produk olahan susu dari negara Barat. Ternyata di Indonesia ada juga keju unik yang dibuat secara tradisional yang tak kalah enak rasanya.
Ada banyak jenis keju yang populer di pasaran dan dinikmati orang Indonesia. Tetapi mayoritas keju yang dijual adalah keju-keju yang diimpor dan didatangkan dari Eropa dan negara sekitarnya.
Padahal tak banyak yang mengetahui bahwa Indonesia juga memiliki olahan keju tradisional yang asli. Akibat datangnya beberapa bangsa Eropa di masa lampau sehingga ada sentuhan budaya kuliner yang memengaruhi daerah-daerah di Indonesia.
Salah satu buktinya tampak pada olahan keju yang tersebar di beberapa daerah dan suku. Secara kasat mata penampilannya mirip dengan keju-keju di Eropa tetapi setiap jenisnya memiliki karakter masing-masing.
Baca juga: Unik! Pasangan Ini Pilih Menikah di Restoran Burger Cepat Saji di Depok
![]() |
Dangke atau keju yang berasal dari Enrekang, Sulawesi Selatan memiliki ciri khas yang unik. Warnanya putih menyerupai tahu putih seperti umumnya ditemukan.
Keju ini memiliki tekstur yang padat dengan kandungan air yang tinggi. Dangke dibuat dengan susu kerbau maupun susu sapi yang akan disaring untuk direbus pada suhu minimal 70 derajat celcius.
Keunikan lainnya adalah pada penggunaan getah pepaya atau daun pepaya sebagai penggumpal keju dan garam sebagai bahan pengawetnya. Kata 'dangke' sendiri berasal dari orang Eropa yang berterima kasih saat memberikan keju kepada pribumi sambil menyebut 'danke'.
Di Sumatera Utara tak hanya bisa ditemukan BPK atau Babi Panggang Karo tetapi ada juga keju tradisionalnya. Khususnya di daerah Tapanuli ada keju lokal yang disebut dengan dali ni horbo atau keju Batak.
Dalam proses pembuatannya keju ini tidak menggunakan campuran bahan kimia sama sekali.
Rasanya cenderung gurih dengan sentuhan asam yang lembut ketika menyentuh lidah. Biasanya bagi orang Batak keju ini akan dinikmati bersama naniura atau ikan mentah dan berbagai macam sayuran.
Dadiah menjadi salah satu keju tradisional yang paling populer dan banyak diketahui. Keju asal Bukittinggi, Sumatera Barat ini memiliki perbedaan dengan keju-keju tradisional lainnya.
Untuk bahan dasarnya tak jauh beda, keju ini juga menggunakan susu kerbau sebagai bahan utamanya. Tetapi penggunaan batang bambu sebagai wadah dan daun pisang sebagai penutupnya menjadi pembeda yang kontras.
Menurut penikmatnya, dadiah memiliki rasa yang asam. Biasanya untuk menikmati keju ini masyarakat lokal kerap memadukannya dengan nasi, sambal, sirih, hingga bawang.
![]() |
Jika bosan dengan oleh-oleh atau penganan khas Jawa Tengah, olahan keju tradisional ini dapat menjadi alternatifnya. Namanya Indrakila, keju yang dibuat oleh masyarakat Boyolali dengan proses tradisional.
Keju ini pertama kali dibuat sekitar tahun 2009. Tak kalah dengan keju Eropa, keju indrakila punya banyak jenis yang diproduksi hanya dengan satu bahan utama yang sama.
Mulai dari keju feta, mozzarella, mountain, feta olive lain, dan masih banyak lainnya. Bahkan penghasil keju di Boyolali juga terinspirasi dari keju camembert untuk menghasilkan keju robert.
Jika biasanya keju terbuat dari susu sapi dan untuk yang tradisional didominasi oleh penggunaan susu kerbau, berbeda dengan keju yang satu ini. Di Lumajang ada sebuah keju tradisional yang dihasilkan dari susu kambing.
Namanya keju senduro yang diolah melalui proses tradisional yang panjang untuk menghasilkan keju berkualitas. Keju Senduro tidak hanya memiliki satu jenis saja tetapi dihidangkan dalam dua varian.
Ada varian keju soft cheese dan mozzarella. Untuk keju soft cheese teksturnya lembut seperti tahu. Sementara varian mozarella sangat kenyal dan mudah meleleh jika terkena panas.
Baca juga: 5 Makanan Ekstrem Ini Jarang Diketahui Orang, Dubur Kuda hingga Cacing