SRIPOKU.COM – Di tengah hiruk pikuk tim evakuasi dan isak tangis keluarga di Pondok Pesantren Al Khoziny, Abdul Hanan memilih sudutnya sendiri.

Ia tidak berani mendekat ke pusat reruntuhan, tempat putranya, Alfatih Cakra Buana, mungkin terjebak. 

Hatinya hancur, namun imannya teguh. Satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah mengangkat tangan dan menyerahkan segalanya kepada Sang Pencipta.

Selama jam-jam penantian yang terasa seperti selamanya itu, bibir Hanan tak henti-hentinya merapal doa.

Bukan teriakan atau tangisan histeris, melainkan lantunan surat suci dan sholawat yang menjadi senjatanya melawan keputusasaan.

"Saya baca surat Al-Kahfi untuk minta kepada Allah SWT. Saya tak berani ke tempat. Saya diam saja di sana, sambil berdoa," cerita Hanan saat ditemui pada Jumat (3/10/2025), matanya masih menyiratkan sisa-sisa ketegangan.

Setiap kali terdengar kabar ada santri yang berhasil dievakuasi dalam keadaan hidup, seberkas cahaya harapan menerangi hatinya yang gundah.

"Setiap ada evakuasi hidup, Alhamdulillah, berarti ada yang hidup. Berarti anak saya semakin besar harapan hidupnya. Mudah-mudahan Alfatih hidup," ungkapnya, mengulang-ulang kalimat itu seolah meyakinkan dirinya sendiri.

Di antara semua doa, ada satu amalan yang terasa begitu personal baginya: Sholawat Al-Fatih. Nama itu sama dengan nama putra tercintanya.

Ia meyakini, ada sebuah ikatan takdir dan berkah di balik nama tersebut.

"Saya baca sholawat terus. Sampai munajat ke Allah, saya namai anak saya dengan Alfatih itu. Saya mengamalkan banyak Sholawat Al-Fatih, mudah-mudahan dapat berkahnya ini," tambahnya lirih.

Hingga akhirnya, keajaiban itu datang dalam wujud seorang petugas SAR yang menghampirinya.

Pria itu, yang ternyata adalah murid dari santri ayahnya, mengenalinya. Momen itu terukir abadi dalam benak Hanan.

"Dia tanya ke saya, 'Yai, nama anak Yai siapa?' Saya jawab, 'Alfatih Cakra Buana'. Seketika itu dia langsung menangis dan memeluk saya," kenang Hanan, suaranya bergetar.

Petugas SAR itu berkata, "'Saya yang menyelamatkan barusan, Yai. Alfatih Cakra Buana benar ada. Sekarang saya masuk lagi'. Saat itu juga saya menangis, langsung sujud syukur. Ya Allah," lanjutnya, tak mampu menahan haru.

Doanya telah terkabul. Sholawat yang ia lantunkan seolah menjadi penunjuk jalan bagi penyelamat untuk menemukan putranya.

Di tengah kebahagiaannya, Hanan tak lupa mengungkapkan rasa terima kasihnya yang tak terhingga kepada tim SAR.

Ia melihat mereka sebagai pahlawan sejati, para ahli yang mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan para santri.

"Saya mempercayakan sepenuhnya kepada tim SAR. Saya berterima kasih kepada beliau-beliau yang masuk, itu risiko semua. Saya saja orang tuanya tidak berkorban seperti mereka. Masuk gorong-gorong, saya tidak bisa. Saya percayakan mereka ahlinya," ungkapnya dengan penuh kerendahan hati.

Baca Lebih Lanjut
Harap dan Cemas di Balik Layar: Wali Santri Menunggu Kabar Evakuasi Ponpes Al Khoziny
Timesindonesia
Duka di Balik Reruntuhan: Mutamaddin Setia Menunggu Adiknya di Posko Ponpes Al Khoziny
Timesindonesia
Semangat Hidup Bikin Taufan Selamat selama 3 Hari di Bawah Puing Ponpes Al Khoziny: Sadar Terus
Sudarma Adi
Santri Menangis di Depan Reruntuhan Musala Ponpes Al Khoziny: Teman-Teman Kami Masih di Dalam
Timesindonesia
Di Balik Semangat Pemain Spensa Ada Doa untuk Korban Ponpes Al Khoziny
Ndaru Wijayanto
Kronologi Musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk saat Ratusan Santri Salat Asar, 1 Orang Dinyatakan Tewas!
Widy Hastuti Chasanah
Grand Syekh Al Azhar sampaikan duka atas tragedi di Ponpes Al Khoziny
Antaranews
BNPB: Identifikasi Korban Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo Tidak Bisa Instan
Timesindonesia
Keluarga Korban Santri Ponpes Al-Khoziny Berharap Ada Keajaiban
Timesindonesia
Pemkab Sidoarjo Bantu Netralisir Aroma Tak Sedap di Reruntuhan Ponpes Al-Khoziny
Timesindonesia