TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Pekojan di Semarang dulu dikenal sebagai kawasan sepi.

Orang hanya melintas, sekadar jalan tembus. Kini suasananya berubah. 

Ini hal yang positif kami menyambut baik adanya kanal-kanal anak muda yang membuat lokasi yang mati jadi hidup.

Hysteria juga sempat mantau di area Pekojan yang mendadak ramai untuk aktivitas ngopi anak-anak muda Skena.

Aktivasi ruang mati seperti yang kini terjadi di Pekojan menunjukkan kekuatan komunitas. 

Semakin banyak anak muda yang mengaktivasi ruang-ruang yang mati itu akan menjadi lebih baik. 

Ada ekonomi yang besar, ada aktivitas teman-teman, terus mungkin juga bisa memunculkan ide-ide yang lain. 

Yang bisa saja memberi inspirasi tempat-tempat lain untuk berkembang.

Yang menentukan bukanlah tempatnya, melainkan manusianya. 

Setiap tempat punya potensi sendiri untuk dikembangkan, butuh seorang atau kelompok yang bergerak untuk mengkreasikan dan menghidupkan tempat yang mati.

Meski tren kopi street di Pekojan sedang naik, tantangan utamanya adalah menjaga eksistensi. 

Biasanya hal-hal yang baru yang hype akan lebih mudah terserap. 

Hanya saja titik jenuhnya yang sulit untuk diperkirakan sejauh mana eksistensi bisa bertahan dan berakhir kapan.

Jika berbicara soal food and beverage atau coffee shop di Semarang, trennya naik dan turun karena perilaku market yang gampang bosan.

Namun satu hal yang menarik disini adalah ekspresi anak muda yang nongkrong di street kopi Pekojan.

Pembeli dan pedagang kompak mengenakan pakaian ala-ala anak skena kalcer (culture) seperti pakaian hip-hop dengan khas baju kedodoran.

Sehingga pelaku usaha dan marketnya berada pada gerbong yang sama.

Saya jadi teringat pada Citayam Fashion Week. 

Meskipun Citayamnya sudah selesai tapi dengan hal tersebut, setidaknya semangat berbusana anak muda bisa menonjol.

Sehingga mewajarkan bahwa berpakaian yang ala-ala Skena atau stylish itu bagian keseharian, enggak cuma domainnya para fashion design.

Soal street coffee sendiri, Semarang sudah punya banyak contoh. 

Dari Jalan Pahlawan, Imam Bonjol, hingga sekitar Undip, nongkrong di trotoar dengan kopi sudah jadi tren.

Sebenarnya ini melanjutkan tren aja bahwa memang tren untuk nongkrong di pinggir jalan itu memang terjadi di mana-mana.

Tapi kalau spesifik lokasi tersebut secara natural menjadi tempat ngopi, itu yang baru kelihatan hari ini memang di Pekojan. (Rad)

Tapi kalau spesifik lokasi tersebut secara natural menjadi tempat ngopi, itu yang baru kelihatan hari ini memang di Pekojan. (Rad)

Baca Lebih Lanjut
GIIAS Semarang 2025 Jadi Ruang Berkumpul Komunitas Mobil
Deni setiawan
EIGERIAN Tasikmalaya, Magnet Ruang Ide Perubahan Positif Komunitas di Priangan Timur
Timesindonesia
Prakiraan Cuaca Kota Semarang Jumat, 3 Oktober 2025: Didominasi Berawan
Whiesa Daniswara
BREAKING NEWS: PSIS Semarang Pecat Pelatih Kahudi Wahyu, Ini Sosok Penggantinya.
Rival al manaf
Kota Semarang Berawan, Berikut Prakiraan Cuaca BMKG Hari Ini Jumat 3 Oktober 2025
M Syofri Kurniawan
BRI Finance Jalin Sinergi dengan Kejaksaan Negeri Kota Semarang, Wujudkan Kepastian Hukum
M Zainal Arifin
Prakiraan Cuaca Kota Semarang Sabtu 4 Oktober 2025: Cerah Sepanjang Hari
Muslimah
Anak-Anak Ikuti Pengenalan Kebencanaan Dini, Kuatkan Pondasi Kota Mojokerto Tangguh Bencana
Deddy Humana
Festival Cerita Anak “Fantasia” Perlima: Menumbuhkan Generasi Melek Literasi Sejak Dini
Timesindonesia
Peringatan Hari Batik di Harris Hotel Semarang, Apriliani Tertarik Bikin Gambar Motif Manuk Blekok
M Syofri Kurniawan