TRIBUNJAKARTA.COM - Pakar Hukum Tata Negara, Feri Amsari, melontarkan kritik keras ke YouTuber, Deddy Corbuzier, yang pernah berkomentar terhadap anak-anak penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Feri mengungkit kembali komentar itu setelah muncul kasus MBG yang bermasalah, mulai dari makanan beracun hingga berbelatung.
Dalam unggahan di media sosial X, Feri menyinggung ucapan lawas Deddy yang memaki anak-anak karena dianggap rewel menilai rasa makanan MBG.
"Dulu mas Letkol Deddy Corbuzier menghina respons anak-anak soal makan bergizi gratis. Sekarang setelah tahu selain tidak enak, MBG juga beracun dan berbelatung (ada juga yang berkaca). Gimana om ded? Mau minta maaf enggak sama itu anak-anak?" tulis Feri pada Jumat (26/9/2025).
Kritikan yang dilayangkan anak-anak itu seakan menjadi kenyataan.
Beberapa kasus MBG kini bermasalah dan kini bikin gempar publik.
Ia pun mendesak Deddy untuk meminta maaf.
"Mas Ded @mastercorbuzier harusnya minta maaf ketika dia sangat pea memaki-maki anak-anak soal MBG yang tidak enak, sudah relate om?" katanya.
Sebelumnya, Deddy Corbuzier sempat memberikan kritik keras terhadap banyaknya anak-anak yang memprotes menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) menghebohkan media sosial.
Deddy menghardik anak yang menyebut bahwa menu ayam yang diterima tidak enak.
"Kurang enak? Kurang enak kepala lo p*a," hardik Deddy dalam video yang diunggah pada Jumat (17/1/2025).
Dalam unggahan itu, ia mencontohkan sang putra, Azka yang tidak pernah komplain soal makanan yang diterima saat menemaninya syuting.
Lantaran kritik ini, banyak orang merasa geram.
Ucapan Deddy yang menghardik anak kecil dinilai kasar dan tidak pantas.
Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S. Deyang menduga, kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terjadi beberapa waktu terakhir karena ada prosedur operasional standar (SOP) yang tidak dipatuhi.
"Kejadian belakangan, 80 persen adalah karena SOP kita yang tidak dipatuhi, baik oleh mitra maupun oleh tim kami sendiri dari dalam," kata Nanik dalam jumpa ers di Gedung BGN, Jakarta Pusat, Jumat (26/9/2025).
"Tentu kalau tim kita ini di SPPG, ada kepala SPPG, ada ahli gizi dan juga ada akuntan," imbuhnya.
Meski begitu, ia menegaskan, pihaknya tidak bisa melimpahkan kesalahan kepada tim di bawah.
"Tetapi kesalahan juga terbesar adalah pada kami, dimana kami berarti masih kurang lagi pengawasannya. Jadi, ya sudahlah pokoknya kami mengaku salah," ucapnya.
"Kami mengaku salah atas apa yang terjadi," lanjut dia.
Ia menambahkan, insiden dalam pelaksanaan MBG di daerah tak hanya keracunan, tapi juga ada pula yang disebabkan oleh alergi dan penyebab lainnya.
Namun, ia tak merinci berapa jumlah masing-masing insiden tersebut.
"Tentu kami bertanggung jawab penuh atas semua kesalahan, baik bertanggung jawab hal yang sudah terjadi, pada seluruh biaya dari anak-anak dan juga kalau ada misalnya orang tuanya yang mungkin ikut makan, dan mengalami masalah kami bertanggung jawab penuh dan membiayai semuanya untuk atas apa yang terjadi," kata dia.
Selain itu, ia menegaskan, akan berupaya keras agar pelaksanaan SOP di dalam penyiapan MBG di lapangan tak lagi dilanggar oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur MBG.
"Lalu yang paling penting dari hati saya yang terdalam, saya mohon maaf atas nama BGN, atas nama seluruh SPPG di Indonesia, saya mohon maaf," ucapnya.
Sebagai informasi, sejak Januari hingga 25 September 2025, ada 5.914 penerima manfaat MBG yang mengalami insiden usai menyantap menu makanan.
Bahkan pada bulan September saja, setidaknya ada 2.210 orang yang menjadi korban, mulai dari siswa hingga guru.