Poin penting:
- Jam Kerja Molor: Karyawan mengeluhkan jam kerja yang tidak sesuai perjanjian. Meskipun seharusnya 8 jam, kenyataannya bisa molor 2-3 jam tanpa perhitungan yang jelas.
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori
TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI - Masalah mengenai sistem kerja di salah satu dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kabupaten Kediri viral di TikTok dengan narasi yang menyinggung suasana kerja di lokasi tersebut.
Video berdurasi 17 detik yang beredar menyebut adanya praktik kerja yang dinilai otoriter dan membuat sejumlah karyawan merasa kecewa hingga memilih keluar.
Dari sumber yang dihimpun, diketahui SPPG dalam video tersebut berlokasi di Desa Rembangkepuh Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri.
Dapur ini memasok sekitar 2.850 porsi makanan setiap harinya ke lima sekolah. Meski terbilang baru beroperasi sejak pertengahan September 2025, dapur ini telah mempekerjakan sekitar 47 orang karyawan.
Dari keterangan sumber yang enggan disebutkan identitasnya, ia membenarkan adanya video viral terkait sistem kerja.
Dia menyebut latar belakang pemilik usaha SPPG di Kediri ersebut sebelumnya bukan dari dunia kuliner, melainkan pengusaha counter pulsa.
Sumber ini mengungkapkan adanya ketidaksesuaian antara perjanjian awal dengan praktik di lapangan.
"Seharusnya 8 jam kerja, tapi kenyataannya ada tambahan waktu yang tidak jelas hitungannya. Misalnya jadwal kerja dari jam 12 malam sampai 8 pagi, tapi setelah itu masih disuruh bersih-bersih, bahkan dilakukan di sela-sela masak. Molor bisa sampai 2-3 jam," ucap sumber yang bekerja di dapur tersebut, Rabu (24/9/2025).
Selain masalah jam kerja, sejumlah pekerja juga mengeluhkan pola komunikasi yang dinilai kurang baik. Kritik kerap disampaikan mendadak tanpa koordinasi, meski sebelumnya sudah tertata dan baik .
"Di hari pertama justru sempat dipuji dari salah satu sekolah karena makanannya enak, tapi setelah dua hari langsung muncul kritik. Katanya masakan kurang, bahkan sempat ada wacana diganti pekerja lain.
Narasumber lain menambahkan bahwa gaji yang dijanjikan terbilang cukup, yaitu Rp 150 ribu per 8 jam sistem dengan pembayaran tidak langsung diterima harian, melainkan setiap 10 hingga 14 hari sekali.
"Saya belum sempat menerima gaji karena sudah terlanjur keluar duluan. Jadi saya tidak tahu pasti, hanya dijanjikan segitu," jelasnya.
Selain itu, sumber ini juga menyinggung persoalan pelatihan yang tidak dibarengi kompensasi.
"Saya ikut dari nol, mulai dari bersih-bersih, training, sampai masak. Saat pelatihan pun tidak digaji. Padahal waktu dan tenaga sudah banyak tersita," keluhnya.
Meski begitu, beberapa pekerja tetap mengakui kualitas masakan di SPPG cukup sesuai harga.
"Kalau soal rasa dan harga, menurut saya wajar.
Polemik internal ini pun memantik perhatian warganet, terlebih setelah video yang mengkritisi suasana kerja tersebar luas di TikTok. Narasi dalam unggahan tersebut bahkan menyinggung soal sistem kerja yang dianggap otoriter.
"Kalau saya menilai, sebenarnya kembali ke masing-masing orang. Kalau merasa cocok ya silakan (lanjut - red), tapi kalau tidak ya lebih baik berhenti. Yang penting kalau ada tambahan jam kerja, harus jelas apakah ada uang lemburnya atau tidak," tegasnya.
Saat Jurnalis Tribun Jatim Network mendatangi lokasi dapur SPPG di Rembangkepuh untuk bertemu sang pemilik Lailatul Komariyah dan Asrori, keduanya tidak berada di tempat.
Tim kemudian bertemu dengan Vivi, akuntan di SPPG tersebut. Saat dikonfirmasi terkait video yang sempat viral, Vivi mengaku belum mengetahui.
Pihak Tribun Jatim Network juga meminta nomor telepon Lailatul dan Asrori namun Vivi tidak langsung memberikan. Sebagai gantinya Vivi memberikan nomornya dan meminta Vivi untuk nanti dibantu disampaikan kepada Ibu Laila atau Pak Asrori.
"Untuk Ibu Ela dan Mas Asrori belum ada di sini sekarang. Biasanya kalau datang jamnya tidak menentu, bisa pagi, sore, atau malam. Nanti saya konfirmasikan kepada Ibu Ela dan Bapak Asrori ya," ucap Vivi.
Tim juga sempat menghubungi Koordinator SPPG Kediri, Ahmad Gunawan namum belum ada respon hingga saat ini.