TRIBUNJATENG.COM, SUKABUMI - Di tubuh mungil bocah empat tahun asal Sukabumi, Jawa Barat, itu terdapat ribuan cacing.
Raya akhirnya meninggal dunia digerogoti cacing dalam tubuhnya.
Kematian Raya menjadi sorotan, bahkan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi menyampaikan permohonan maaf sekaligus marah.
Kenapa hal itu bisa terjadi.
Humas RSUD R Syamsudin SH Sukabumi, dr Irfanugraha Triputra mengungkap bahwa cacing yang dikeluarkan dari tubuh bocah bernama Raya itu diprediksi mencapai sekira 1 kilogram.
"Barusan saya confirm, tidak pernah ada penimbangan secara formal berat cacingnya berapa."
"Namun berdasarkan prediksi tim dokter, ada sekira 1 kilogram, bahkan mungkin lebih."
"Untuk berat pastinya tidak diketahui berapa," kata dr Irfanugraha seperti dilansir dari Kompas.com, Rabu (20/8/2025).
dr Irfanugraha melanjutkan bahwa Raya pertama kali datang ke RSUD R Syamsudin SH pada 13 Juli 2025 dengan kondisi tak sadarkan diri.
Awalnya, Raya tak sadarkan diri diduga karena penyakit TBC yang diidapnya.
Selang beberapa observasi dan perawatan di rumah sakit, dalam tubuh bocah berusia tiga tahun itu ditemukan cacing yang pertama kali keluar dari hidungnya.
"Awal mula sekali itu ketahuan dari hidung."
"Selanjutnya saat perawatan tampak juga melalui BAB," jelasnya.
"Kami menduga berarti kemungkinan (faktor Raya) tidak sadarnya ada dua."
"Antara faktor risiko tertular dari TBC, juga karena infeksi cacing."
"Jadi, kami koreksi dulu dilakukan penanganan awal infus cairan diperketat," jelas dr Irfanugraha.
Setelah mendapat perawatan di rumah sakit tersebut, kemudian Raya meninggal pada 22 Juli 2025.
Raya ternyata tinggal di rumah dengan sanitasi yang sangat buruk.
Rumah Raya berada di Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi.
Ia menempati rumah sederhana di Kampung Padangenyang Kadusanan Lemah Duhur.
Rumah panggung sederhan berukuran 4x7 meter .
Raya adalah anak dari pasangan Udin (32 tahun) dan Endah (38 tahun), serta memiliki seorang kakak bernama Risna (7 tahun).
Dikutip dari Kompas.com yang mengunjungi kediaman Raya, akses menuju rumah tersebut cukup terjal.
Kendaraan roda empat harus diparkir di pinggir jalan atau area lahan kosong, dan pengunjung harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melalui jalan berbatu kerikil.
Rumah Raya, yang dicat putih dengan atap asbes, memiliki dinding dari tripleks dan lantai kayu.
Di sekitar rumah, ayam dan domba terlihat beraktivitas, sementara kandang ayam berdiri hanya tiga meter dari pintu masuk rumah.
Suara riuh ayam dan domba cukup terdengar, disertai aroma tak sedap dari kotoran hewan.
Kondisi sanitasi rumah ini sangat memprihatinkan.
Untuk memenuhi kebutuhan mandi, mencuci, dan buang air, mereka hanya mengandalkan MCK sederhana yang tidak layak.
Toilet yang terletak di luar rumah, dibuat tanpa penghalang, sehingga bisa dilihat jelas oleh umum.
Kepala Dusun 03 Lemah Duhur, Arif Rahman, mengonfirmasi bahwa keluarga Raya menggunakan toilet yang tidak layak tersebut.
"Sumber air untuk kebutuhan rumah tangga diambil dari sungai terdekat. Air dari kolam yang berasal dari sungai Cianaga dimasukkan ke drum untuk keperluan sehari-hari, seperti buang air," jelas Arif saat ditemui di rumah orang tua Raya pada Kamis (21/8/2025) pagi.
Saat ini, kedua orang tua Raya sedang dirawat di Bandung untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan penyakit yang mereka derita.
Sementara itu, kakak Raya, Risna, tinggal sementara dengan bibinya.
"Kakak Raya (Risna) hari ini tinggal dengan bibinya. Keluarga Udin yang lain juga ada di sini," tutup Arif.
Kondisi ini menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat di daerah terpencil, terutama dalam hal akses kesehatan dan sanitasi yang layak.