Kriminolog Universitas Budi Luhur (UBL), Lucky Nurhadianto, memandang kasus kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri RI (Kemenlu) Arya Daru Pangayunan sebagai anomali.

Dikutip dari baritokualakab.go.id, anomali adalah sesuatu yang menyimpang dari keadaan normal atau yang diharapkan, seperti pola umum, aturan, atau tren yang berlaku.

Biasanya, anomali merujuk pada keadaan yang berbeda atau tidak sesuai dengan keadaan biasa atau apa yang biasanya terjadi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), anomali berarti ketidaknormalan, penyimpangan dari normal, atau kelainan. 

Sehingga, di mata Lucky Nurhadianto, kasus kematian Arya berbeda dari kasus kematian pada umumnya.

Adapun Arya ditemukan tewas di atas tempat tidur kamar kosnya yang terletak di Jalan Gondangdia Kecil Nomor 22, Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa (8/7/2025) pagi.

Saat ditemukan, kondisi wajah dan kepala Arya terlilit plastik dan lakban, serta tubuh tertutup selimut, dengan pintu kamar terkunci dari dalam.

Kasus kematian Arya menuai sorotan besar karena kondisi kematian yang dinilai tidak wajar, banyaknya spekulasi, dan profesi sekaligus reputasinya sebagai Diplomat Muda Kemenlu RI yang memiliki tugas penting sebagai representasi negara di dunia internasional.

Lucky Nurhadiyanto, yang juga dosen di Program Studi Kriminologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Studi Global Universitas Budi Luhur itu menyebut, salah satu aspek yang ia soroti tentang mengapa kasus ini dipandang sebagai anomali adalah adanya indikasi kelelahan mental (burnout) yang dialami oleh Arya.

Mengutip laman dictionary.cambridge.org, burnout dalam bahasa Inggris artinya extreme tiredness or mental or physical illness caused by working too hard or trying to do too much.

Jika diterjemahkan, burnout bermakna kelelahan mental atau penyakit fisik ekstrem yang disebabkan oleh bekerja terlalu keras atau melakukan sesuatu secara berlebihan.

Menurut Lucky, jika ada indikasi burnout, maka instansi tempat Arya bekerja, yakni Kementerian Luar Negeri RI (Kemenlu) akan mendapat perhatian besar.

Lucky menambahkan, jika Arya sampai benar mengalami burnout, maka kinerja Kemenlu RI dalam mengelola sumber daya manusianya dipertanyakan.

Hal tersebut, dapat merugikan nama Indonesia tak hanya di dunia internasional, tetapi juga di ranah nasional.

"Jika memang misalnya dalam konteks burnout, stres, maka perhatian terbesar pada Kementerian Luar Negeri, maka tekanannya bagaimana mengelola sumber daya," papar Lucky, dikutip dari tayangan Apa Kabar Indonesia Pagi yang diunggah di kanal YouTube tvOneNews, Kamis (31/7/2025).

"Dan ini akan sangat merugikan juga tidak hanya di mata kita di dunia internasional, tapi dalam konteks nasional pun keberadaankeberadaan diplomat ini kemudian menjadi pertanyaan lebih lanjut," tambahnya.

Penyelidikan kasus kematian Arya telah berlangsung selama tiga minggu.

Terkait kasus Arya, pemeriksaan psikologi forensik dilibatkan oleh Direktorat Reskrimum Polda Metro Jaya untuk mendukung proses penyelidikan.

Sebelumnya, psikolog forensik yang tergabung dalam Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (APSIFOR), Nathanael E.

J. Sumampouw mengungkapkan, Arya mengalami dua jenis kelelahan psikologis.

Yakni, burnout atau kelelahan emosional dan compassion fatigue atau kelelahan karena kepedulian.

Sebab, tugas Arya sebagai diplomat yang menuntut tanggung jawab besar sebagai pelindung warga negara Indonesia (WNI) yang berada di luar negeri, terutama mereka yang terlibat krisis.

Hal ini disampaikan dalam konferensi pers yang digelar digelar di Aula Satya Harprabu, Gedung Ditreskrimum PMJ, Jakarta Selatan, Selasa (29/7/2025).

"Yang ketiga, kami pikir penting untuk memahami bahwa di masamasa akhir kehidupannya sebagai diplomat, almarhum menjalankan tugas yang sangat mulia: melakukan perlindungan terhadap warga negara Indonesia," papar Nathanael.

"Almarhum adalah pekerja kemanusiaan. Beliau memikul berbagai tanggung jawab dalam menjalankan tugas profesional sekaligus peranperan humanistik sebagai pelindung, pendengar, penyelamat bagi WNI yang terjebak dalam situasi krisis, demi memastikan bahwa negara hadir bagi WNI yang berada di luar negeri," jelasnya.

Tugas yang diemban Arya tersebut, memang menuntut empati dan kepekaan yang tinggi.

"Peran tersebut tentu menuntut empati yang tinggi, kepekaan emosional yang mendalam, ketahanan psikologis, dan sensitivitas sosial," kata Nathanael.

"Hal ini tentu dapat menimbulkan dampak seperti kelelahan emosional (burnout), kelelahan karena kepedulian (compassion fatigue), dan terusmenerus terpapar pengalamanpengalaman penderitaan dan trauma. Dinamika psikologis tersebut kami temukan di masa akhir kehidupannya," ujarnya.

Terkait kondisi mendiang Arya yang disebut mengalami burnout, Kemenlu RI sendiri mengaku memberikan layanan konseling psikologi dan psikiatri untuk staf dan keluarganya.

"Secara umum, Kemlu juga selama ini memberikan berbagai dukungan kepada seluruh staf dan keluarga Kemlu yang membutuhkan, termasuk layanan konseling psikologi dan psikiatri," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Rolliansyah Soemirat dalam keterangannya, Rabu (30/7/2025).

Hal itu dilakukan agar staf Kemenlu maupun keluarganya tak mengalami tingkat depresi berlebihan khususnya soal kedinasan.

"Layanan inhouse ini telah disediakan Kemlu untuk membantu staf Kemlu dan keluarganya apabila terdampak dari aktivitas dan penugasan kedinasan," jelasnya.

Di sisi lain, Rolliansyah menyebut sosok Arya Daru dikenal sebagai orang yang mempunyai dedikasi tinggi.

Sehingga, membuat staf Kemlu terpukul ketika mendengar kematian Arya Daru.

"Kepergian Almarhum ADP (Arya Daru) meninggalkan duka mendalam bagi Kemlu. Almarhum dikenal sebagai pribadi yang baik dan ramah, rekan kerja yang berdedikasi, serta senior yang mengayomi. Kepergian almarhum juga memberikan dampak emosional terhadap rekan kerja dan keluarga besar Kemlu lainnya," ucapnya.

Rolliansyah mengatakan Kemenlu tetap berkomitmen akan mendampingi keluarga Arya yang tengah mengalami masamasa sulit saat ini

Selain itu, Kemenlu juga sejak awal mendukung proses penyelidikan kasus tersebut dengan terbuka atas semua akses yang diperlukan.

"Kemlu menyampaikan apresiasi atas upaya yang telah dilakukan oleh tim penyelidik Polda Metro Jaya dan para ahli yang dilibatkan selama pelaksanaan penyelidikan. Kemlu juga menghargai atensi serta berbagai masukan yang telah disampaikan oleh semua pihak terkait dengan wafatnya Saudara ADP," tuturnya.

Baca Lebih Lanjut
Alasan Polisi Baru Rilis Aktivitas Arya Daru di Atap Gedung Kemlu Dipertanyakan Kriminolog UI
Kharisma Tri Saputra
Jawaban Kemlu Soal Hasil Penyelidikan Kematian Arya Daru hingga Disebut Alami Lelah Mental
Weni Wahyuny
Kriminolog UI Pertanyakan Alasan Polisi Baru Rilis Aktivitas Arya Daru di Atap Gedung Kemlu
Bobby Wiratama
2 Saksi Kasus Kematian Arya Daru Tidak Hadir Pemeriksaan Polda Metro Jaya, Alasannya Tidak Jelas
Khistian Tauqid
Ini harapan keluarga terkait proses penyelidikan kematian Arya Daru
Antaranews
Apsifor Sebut Ada Dinamika Komplek Terkait Kondisi Mental Diplomat Arya Daru Sebelum Ditemukan Tewas
Kharisma Tri Saputra
Dugaan Polisi Alasan Diplomat Arya Daru di Lantai 12 Gedung Kemenlu RI Sebelum Ditemukan Meninggal
Frida Anjani
Inilah 8 Poin Penting Soal Kematian Arya Daru Diungkap Polda Metro Jaya, Gejala Depresi Berat
Moch Krisna
Apsifor ungkap temuan bermakna terkait kematian Arya Daru
Antaranews
Penyebab Kematian Arya Daru Terungkap, Polisi Sebut Sidik Jari Almarhum Ada di Lakban
Ramadhan Aji