TRIBUNSUMSEL.COM - Inilah contoh jawaban untuk Studi Kasus PPG 2025 tentang Strategi Pembelajaran.
Saat ini pembuatan Studi Kasus dalam Uji Kompetensi Pendidikan Profesi Guru (PPG) Daljab 2025 dibagi menjadi empat spesifikasi, dimana salah satunya membahas tentang Strategi Pembelajaran.
Dalam pembuatan Studi Kasus PPG 2025 Masalah LKPD terdapat empat point utama yang harus diperhatikan oleh Ibu/Bapak Guru, diantaranya:
Berikut adalah contoh Studi Kasus PPG 2025 tentang Strategi Pembelajaran yang bisa Ibu/Bapak Guru gunakan sebagai panduan.
________
Sebagai seorang guru kelas III di SD Harapan Bangsa pada awal tahun ajaran 2024/2025, saya dihadapkan pada tantangan umum namun krusial: bagaimana mempertahankan minat dan keaktifan belajar siswa sepanjang hari.
Terutama setelah transisi dari pembelajaran daring ke luring penuh, saya mengamati bahwa siswa saya menunjukkan rentang perhatian yang lebih pendek, mudah bosan, dan cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran, terutama pada mata pelajaran tematik yang mengintegrasikan berbagai muatan pelajaran.
Permasalahan utama yang saya hadapi adalah strategi pembelajaran yang monoton dan belum efektif dalam membangkitkan keaktifan serta mempertahankan fokus siswa kelas III.
Beberapa siswa tampak mengantuk, sebagian lagi asyik dengan dunia sendiri (mencoret-coret buku, berbicara dengan teman di luar topik), dan hanya sedikit yang aktif bertanya atau berpendapat. Hal ini berdampak pada pemahaman materi yang kurang mendalam, terutama pada konsep-konsep abstrak atau yang memerlukan eksplorasi langsung. Lingkungan kelas terasa kurang dinamis dan interaktif, sehingga potensi setiap anak untuk belajar secara optimal belum sepenuhnya tergali.
Melihat bahwa strategi yang ada kurang optimal, saya berkomitmen untuk melakukan perubahan fundamental dalam pendekatan mengajar saya. Saya memutuskan untuk mengadopsi strategi pembelajaran yang lebih variatif, partisipatif, dan menyenangkan, disesuaikan dengan karakteristik usia siswa kelas III. Langkah-langkah yang saya ambil meliputi:
Hasil dari perubahan strategi ini sungguh luar biasa. Antusiasme dan keaktifan belajar siswa meningkat drastis. Suasana kelas menjadi lebih hidup, ceria, dan interaktif. Siswa tidak lagi pasif; mereka berlomba-lomba menjawab, bertanya, dan berpartisipasi dalam setiap permainan atau proyek.
Rentang perhatian mereka juga membaik, terbukti dari minimnya siswa yang mengantuk atau terdistraksi. Nilai rata-rata pada evaluasi harian dan proyek-proyek kecil menunjukkan pemahaman konsep yang lebih baik dan kemampuan aplikasi yang meningkat. Mereka juga terlihat lebih percaya diri dalam berinteraksi dan berkolaborasi.
Pengalaman berharga yang saya petik adalah bahwa strategi pembelajaran yang efektif bagi siswa SD haruslah berpusat pada pengalaman, partisipasi aktif, dan bersifat menyenangkan. Saya belajar bahwa anak-anak di usia ini belajar paling baik melalui doing, playing, dan exploring.
Guru harus menjadi fasilitator yang kreatif dan adaptif, tidak takut mencoba hal-hal baru, dan senantiasa berinovasi untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa yang beragam. Keterlibatan emosional dan fisik siswa dalam pembelajaran ternyata menjadi kunci utama dalam menjaga motivasi dan menciptakan lingkungan belajar yang inspiratif. Sebuah strategi yang efektif bukan hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga tentang menciptakan kecintaan terhadap proses belajar itu sendiri.
______
*)Disclaimer: Artikel ini hanya ditujukan sebagai panduan bagi Ibu/Bapak Guru dalam PPG 2025. Mengingat Studi Kasus merupakan pertanyaan terbuka, maka kemungkinan akan ada jawaban yang berbeda bagi setiap guru.
***
Ikuti dan bergabung disaluran WhatsApp Tribunsumsel.