BANGKAPOS.COM, BANGKA --Tragedi memilukan mengguncang dunia pendidikan di Bangka Belitung.
Seorang siswa kelas V SDN 22 Toboali, Desa Rias, Kabupaten Bangka Selatan, dilaporkan meninggal dunia usai menjalani perawatan intensif di rumah sakit, diduga akibat menjadi korban perundungan (bullying) oleh teman sebayanya di sekolah.
Kabar duka ini mencuat ke publik setelah unggahan viral di media sosial milik keluarga korban menyebut bocah 10 tahun itu meninggal dunia akibat dikeroyok di lingkungan sekolah.
Dalam unggahan akun bernama Dhony Dinata, tampak foto korban yang terbaring lemah dengan perban di kepala dan selang medis di mulut.
"Ini keponakan saya, siswa kelas 5 SDN 22 Rias. Menjadi korban bully oleh teman-temannya. Hari ini telah meninggal dunia di RSUD pada pukul 08.12 WIB," tulis Dhony dalam unggahan tersebut, yang juga menandai akun Bupati Bangka Selatan.
Kronologi Versi Keluarga
Kepada media, pihak keluarga mengaku korban sempat mengeluh dipukul teman sekelasnya di bagian kepala dan perut.
Setelah kejadian itu, korban mengalami muntah-muntah dan tidak masuk sekolah selama beberapa hari.
Ia kemudian dilarikan ke RSUD Junjung Besaoh, di mana dokter menemukan pembengkakan di kepala dan luka dalam di lambung.
Korban sempat menjalani operasi pada Jumat (25/7/2025), namun nyawanya tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia pada Minggu pagi.
Ia juga menyayangkan sikap pihak sekolah yang dinilai tidak tanggap, meski korban sempat mengadu ke guru.
"Perundungan ini bukan sekali. Ada saksi teman korban yang melihat langsung dia dikeroyok. Bahkan korban sempat tidak berani ke sekolah selama empat hari," tutur Dhony.
Terkait kasus ini, keluarga menyatakan akan menempuh jalur hukum.
Dhony berencana melapor ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka Selatan pada Senin (28/7/2025), guna meminta pendampingan dan kejelasan hukum.
Saat ini, pihak keluarga masih menunggu hasil resmi rekam medis dari rumah sakit guna memperkuat laporan dan langkah hukum yang akan diambil.
Dinas Pendidikan dan Kepolisian Bergerak
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bangka Selatan, Anshori, menyatakan pihaknya telah memanggil kepala sekolah dan guru-guru untuk mengklarifikasi informasi yang beredar.
Ia menegaskan bahwa klarifikasi masih berlangsung dan konferensi pers akan digelar pada Senin (28/7/2025) guna menjelaskan posisi resmi dinas terhadap dugaan perundungan yang menelan korban jiwa tersebut.
“Kami belum bisa menyimpulkan sebelum semua informasi digali. Besok akan kami sampaikan secara terbuka,” kata Anshori.
Sementara itu, Polres Bangka Selatan menyatakan akan menindaklanjuti informasi ini meskipun hingga saat ini belum menerima laporan resmi dari pihak keluarga.
“Lingkungan pendidikan harus terbebas dari kekerasan dalam bentuk apa pun, termasuk bullying. Kami akan menyelidiki dan menunggu laporan resmi dari keluarga,” tegas Kasat Reskrim Polres Basel, AKP Raja Taufik Ikrar Bintani.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa perlindungan terhadap anak dan pencegahan terhadap tindakan perundungan bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga semua elemen masyarakat, termasuk aparat penegak hukum.
“Perundungan bukan hal sepele. Ini menyangkut keselamatan, tumbuh kembang, dan masa depan anak-anak. Kita semua punya peran penting dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan mendukung perkembangan mereka,” tambahnya.
Pihak kepolisian berharap masyarakat, khususnya keluarga korban, dapat segera melaporkan kejadian secara resmi agar proses hukum dapat berjalan sesuai prosedur dan transparan.
Sejauh ini, tim Reskrim Polres Bangka Selatan telah mulai mengumpulkan informasi awal untuk mendalami keterangan dan kronologi yang beredar di publik.
Pihak Rumah Sakit: Diduga Infeksi Usus
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Junjung Besaoh, dr Helen Sukendy mengaku pihaknya sempat merawat pasien yang disebut sebagai korban perundungan atau bullying.
Namun, pihak rumah sakit tidak mengetahui bahwa pasien tersebut merupakan korban kasus perundungan alias bullying.
Helen mengatakan pasien berusia 10 tahun itu masuk RSUD Junjung Besaoh, Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pada Kamis (24/7/2025).
Kemudian Jumat (25/7/2025) korban menjalani operasi pada bagian perut. Dokter yang menangani mendiagnosis korban mengalami infeksi usus atau kondisi peradangan pada saluran pencernaan.
“Berdasarkan hasil pemeriksaan, korban ini mengalami infeksi usus,” ujar Helen kepada Bangkapos.com, Minggu (27/7/2025).
Dia juga mengakui jika pasien tersebut meninggal dunia pada Minggu (27/7/2025) pagi.
Peristiwa ini mengingatkan kembali bahwa bullying bukan sekadar kenakalan anak-anak. Ia bisa berujung pada luka fisik, trauma psikologis, bahkan kehilangan nyawa.
Tragedi di SDN 22 Toboali menjadi bukti bahwa masih banyak pekerjaan rumah dalam mewujudkan sekolah yang benar-benar aman bagi setiap anak.
Kini, masyarakat Bangka Selatan menanti, siapa yang akan bertanggung jawab?
Dan yang lebih penting apa langkah nyata untuk mencegah tragedi serupa kembali terjadi
(Bangkapos.com/Cepi Marlianto)