Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) melaporkan adanya varian baru yang mendominasi di Indonesia, yakni XFG atau disebut 'Stratus'. Laporan tersebut mencakup hasil pemantauan rutin terhadap penyakit pernapasan, termasuk influenza dan COVID-19, yang dilakukan di 39 Puskesmas, 35 rumah sakit, dan 14 Balai Karantina Kesehatan yang berfungsi sebagai sentinel site.
Pemantauan dilakukan untuk memonitor tren penyakit, tingkat keparahan gejala, hingga karakteristik molekuler virus yang beredar.
Pada bulan Juni, varian XFG menjadi varian dominan di Indonesia, terdeteksi pada 75 persen spesimen pada bulan Mei dan meningkat menjadi 100 persen pada Juni. Selain itu, varian XEN terdeteksi sebesar 25 persen pada Mei, namun tidak ditemukan pada bulan Juni.
Varian ini juga memicu peningkatan kasus di beberapa negara, termasuk Inggris, bahkan menjadi strain yang paling dominan di negara tersebut.
Adapun XFG adalah varian SARS-CoV-2 rekombinan dari subvarian LF.7 dan LP.8.1.2, dengan sampel pertama dikumpulkan pada 27 Januari 2025.
Pada bulan Mei, varian Stratus tercatat menyumbang 10 persen dari seluruh kasus COVID-19 di Inggris. Namun, pada pertengahan Juni, angkanya melonjak menjadi 40 persen. Saat ini, terdapat dua subvarian Stratus yang beredar, yaitu XFG dan XFG.3.
Gejala Tak Biasa Varian COVID 'Stratus'
Dokter umum di Harley Street sekaligus Pendiri Hannah London Clinic, dr Kaywaan Khan mengatakan Stratus memiliki mutasi spesifik pada protein spike (lonjakan) yang memungkinkannya menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya maupun vaksinasi, tidak seperti varian lainnya.
dr Khan menegaskan Stratus tidak tampak lebih berat atau lebih parah dibandingkan varian sebelumnya.
"Salah satu gejala paling mencolok dari varian Stratus adalah suara serak atau parau," ujarnya. Ia menambahkan bahwa secara umum, gejala Stratus tergolong ringan hingga sedang.
Ia juga menyarankan, apabila seseorang mendapatkan hasil tes positif, sebaiknya tetap tinggal di rumah dan menjalani isolasi, karena Stratus merupakan varian yang sangat mudah menular.