TRIBUNNEWS.COM - Satu dekade terakhir, Paris Saint-Germain (PSG) seperti aktor bintang Hollywood yang terbiasa diejek pada ajang penghargaan film bergengsi di dunia, yakni Oscar.
Aktor kaya, berkuasa, berbakat, dan penuh dengan ambisi. Namun hanya menempati peringkat terbaik kedua daripada yang lebih baik.
Hal itu tercermin pada tubuh PSG yang hampir dalam satu dekade terakhir menjadi penguasa di Ligue 1 Prancis, namun tak cukup mampu bertaji di kompetisi Eropa.
Padahal, tim yang bergelimang harta itu diperkuat oleh sosok Kylian Mbappe, Lionel Messi, dan Neymar sebelum akhirnya benar-benar buyar pada tahun 2024.
Mbappe menjadi pemain terakhir, dari tiga bintang hebat dunia yang dimiliki PSG untuk pergi.
Ia memilih Real Madrid sebagai rumah barunya karena kontraknya habis dengan Les Parisiens dan enggan memperpanjangnya.
Pada masa yang bersamaan, satu tahun sebelum kepergian Mbappe, PSG telah menunjuk sosok yang sangat berpengaruh dalam kekuatan tim saat ini, yakni Luis Enrique.
Kepergian Mbappe seakan berkah bagi PSG, Luis Enrique lebih leluasa mengelola pemainnya yang mayoritas pemain muda tanpa label bintang.
Luis Enrique memilih pemain muda ke dalam skuadnya. Joao Neves (19), Desire Doure (19), William Pacho (22), dan Kvaratskhelia (23) datang menjadi pelengkap.
Hingga akhirnya, PSG mampu menjadi yang terkuat di Eropa dengan memenangkan Liga Champions pada musim 2024/2025. Satu tahun setelah kepergian Mbappe.
The Athletic mengumpamakan, PSG layaknya aktor Leonardo Di Caprio yang memenangkan Piala Oscar pertamanya pada tahun 2016 setelah bertahun-tahun hanya mendengar nama aktor lain yang diumumkan sebagai pemenang.
Sosok Leonardo Di Caprio-nya sepak bola Eropa menghancurkan Inter Milan dengan skor 5-0 di rumah kebanggaan Bayern Munchen, Allianz Arena.
Salah satu hasil pertandingan final terbesar yang pernah terjadi di laga puncak Liga Champions.
Perlu diketahui, Leonardo Di Caprio meraih Piala Oscar pertamanya setelah penampilan dalam film drama bografi kejahatan Amerika Serikat yang tayang perdana pada tahun 2015.
Di Caprio memerankan tokoh utama sebagai Hugh Glass yang tangguh. Lagi-lagi sosok yang saat ini layak dinobatkan untuk PSG di sepak bola Eropa.
Ketangguhan itu tampak ketika PSG mengarungi Piala Dunia Antarklub 2025 di padang gurun Amerika Serikat.
"Kami telah berbicara banyak tentang ketangguhan dan kami adalah tim yang tangguh," ucap Enrique, dikutip dari The Athletic.
"Kami siap untuk bersaing dalam situasi apa pun. Hasilnya tidak penting. Kami sangat menderita selama musim lalu. Tapi kami menderita bersama-sama," sambungnya.
"Kami tidak seefisien yang seharusnya, baik di liga maupun di Liga Champions. Tetapi kami menunjukkan semangat tim kami. Kami berjuang bersama-sama," tambahnya.
Setelah kesuksesan menghampiri, meraih trofi yang selama ini diidamkan oleh publik Paris. PSG mempunyai tugas yang tak kalah penting untuk mempertahankan kesuksesan mereka di masa depan.
Ajang Piala Dunia Antarklub yang dianggap sebagai salah satu ajang gangguan setelah musim kompetisi dinilai layak menjadi panggung bagi skuad Enrique untuk meneruskan sejarah mereka dalam sepak bola Eropa.
Babak fase gugur dilalui tanpa hambatan, hingga mampu melaju ke babak 16 besar. Namun ujian tiba saat menghadapi Bayern Munchen di babak perempat final Piala Dunia Antarklub 2025.
Selama 45 menit pertama, PSG harus kuat menghadapi agresi yang ditunjukkan oleh anak asuh Vincent Kompany.
Terlebih dalam 10 menit terakhir babak pertama, Bayern Munchen menghasilkan sejumlah peluang yang membahayakan gawang Donnarumma.
Beruntungnya, mereka masih terbebas dari kebobolan.
Di babak kedua, PSG berusaha untuk mendapatkan gol lebih dulu, dan berhasil lahir dari tendangan Doue di luar kotak penalti. Tendangan mendatarnya yang mengincar tiang dekat sisi kiri salah antisipasi oleh Neuer.
Hanya selang 4 menit setelah gol Doue (78), PSG mendapat ujian dengan kartu merah yang diterima William Pacho.
tak berhenti di situ, Lucas Hernandez juga menerima kartu merah sehingga membuat PSG bermain dengan 9 pemain di tengah gempuran serangan Bayern Munchen.
Alih-alih kebobolan, ketangguhan jawara Eropa memberikan bukti. PSG justru menghasilkan gol tambahan sari serangan balik cepat yang dilesakkan oleh Dembele.
Kemenangan itu berarti banyak bagi PSG yang tersentuh sedikit rasa dendam setelah kekalahan di babak penyisihan Liga Champions akhir tahun 2024.
PSG kalah tipis dari Bayern Munchen, namun kekalahan tersebut menjadi titik balik Les Parisiens untuk menjadi yang terbaik.
"Balas dendam" Mungkin sedikit," beber Barcola sebelum bertanding melawan Munchen.
"Itu adalah sumber motivasi terbesar kami saat ini," sambungnya.
Kepercayaan diri mengalir deras di ruang ganti PSG. Bukan kesombongan, melainkan tekad untuk membuktikan setelah satu dekade terakhir hanya menjadi tim terbaik kedua di Eropa.
"Benar-benar perasaan balas dendam karena kami kalah di tempat mereka," lanjut Barcola.
"Itu sangat sulit bagi kami, bahkan setelah itu, tetapi kami memiliki keinginan untuk menang. Saya pikir itulah yang menyakiti kami. Kami sadar bahwa pada saat itu kami tidak memiliki banyak peluang untuk melanjutkan Liga Champions, dan itu semakin memotivasi kami untuk berusaha lebih keras lagi," jelasnya.
Kesabaran PSG perlahan membuahkan hasil manis dari sentuhan Enrique.
Pertandingan demi pertandingan, musim yang silih berganti membawa mereka belajar untuk keluar dari zona nyaman dan berusaha lebih keras.
"Pelatih kami, dia membawa filosofinya, pola pikirnya, dan dia mempersiapkan tim dengan sangat baik sejak hari pertama dia tiba," beber Marquinhos soal kepelatihan Enrique.
"Dia memulai dari awal bagaimana dia ingin kami bermain. Dia bekerja meningkatkan mentalitas tim sehingga kami siap menghadapi apa pun yang bisa terjadi selama pertandingan," tambahnya.
Marquinhos telah melihat video pidato Enrique berkali-kali, termasuk saat pelatih asal Spanyol itu memberikan nasihat kepada Mbappe. Ia harus lebih klinis di lini depan, menekan pertahanan lawan, dan harus mau membantu pertahanan.
Layaknya Michael Jordan, pemain NBA yang diidolakan Mbappe, Enrique memandu anak asuhnya agar bisa menjadi pemain seperti idola mereka. Namun apa yang dituntut Enrique butuh waktu.
Hingga akhirnya Mbappe pergi ke Real Madrid, dan PSG harus menata ulang komitmen mereka terhadap kolektivitas permainan. Salah satunya dengan memberikan 'kebebasan' terhadap Ousmane Dembele.
Mantan pemain Barcelona yang berandil besar dalam kesuksesan PSG musim lalu.
"Jika orang-orang ingin menyebutnya kebebasan, maka kebebasan adalah berjuang untuk rekan setim Anda," komentar Enrique.
"Kebebasan bermain sepak bola, dan itulah ang menjadi tujuan. Ini bukan hanya tentang bermain dengan baik atau melakukan peran Anda, tetapi itu harus bermanfaat bagi tim," tegasnya.
Kini, dengan kekuatan baru, mentalitas yang teruji dari cerminan laga melawan Bayern Munchen, PSG menghadapi ujian selanjutnya melawan Real Madrid.
Reuni kecil antara PSG dengan mantan bintang yang selalu menjadi andalan, Kylian Mbappe.
Setidaknya, secuil dendam ingin mengalahkan Mbappe. Membuktikan tim yang ia tinggalkan saat ini adalah yang terkuat di Eropa, meskipun PSG sudah membuktikannya dengan menjuarai Liga Champions. Tapi ini adalah kisah baru lainnya.
Pertandingan PSG vs Real Madrid semifinal Piala Dunia Antarklub 2025 akan berlangsung di MetLife Stadium pada Kamis (10/7/2025) pukul 02.00 WIB.
(Sina)