BATAM, TRIBUNBATAM.id - Harapan Ansel, warga Batam membangun rumah impian bersama keluarganya dengan membeli kaveling di Sagulung sirna, setelah tahu kaveling yang dibelinya itu bodong.
Uang puluhan juta yang ditabungnya bertahun-tahun untuk membeli lahan itu pun terancam tak kembali.
Kini Ansel sedih dengan nasibnya sekeluarga.
"Suami saya sekarang sakit-sakitan mikirin uang tabungan yang sudah habis kami gunakan untuk membeli lahan di belakang Merapi Subur, Kelurahan Tembesi, Kecamatan Sagulung. Ternyata kavelingnya bodong," kata Ansel, Minggu (6/7/2025).
Dengan suara bergetar, Ansel menceritakan dirinya membeli kaveling dari PT Era Cipta Karya Sejati setelah seorang marketing menawarkan kepada dirinya.
"Katanya ada lahan yang akan dikavelingkan di daerah belakang Perumahan Merapi Subur. Luas satu kaveling itu 8x12 meter persegi, makanya saya sangat tertarik," kata Ansel.
Ia lantas memberitahu suaminya. Sang suami pun setuju untuk membeli kaveling itu.
"Jadi kami berusaha untuk mengumpulkan uang, karena saat itu yakni tahun 2022 harganya Rp45 juta cash keras," ujarnya.
Dia mengatakan mereka mengambil semua tabungan dan langsung membayar secara tunai kaveling yang mereka inginkan.
"Waktu itu kami dibawa ke lokasi, dan ditunjukkan lahan bakau yang akan ditimbun," kata Ansel.
Dari perjanjian yang mereka terima, lahan bakau tersebut akan dilakukan penimbunan segera. Setelah itu mereka bisa langsung membangun rumah di atasnya.
"Jadi kami sangat yakin dan sangat senang, karena kami akan memiliki lahan untuk membangun rumah," katanya.
Namun seiring berjalannya waktu, lahan yang dijanjikan tidak kunjung ditimbun.
"Kami sudah beberapa kali tanyakan ke perusahaan. Namun katanya sedang proses, dan pada akhirnya perusahaan tutup dan orang-orang perusahaan pun sudah tidak bisa dihubungi," kata Ansel.
Bahkan setelah kantor pemasaran tutup, banyak konsumen yang datang dan dirinya bertemu dengan konsumen lain yang juga senasib dengan dirinya.
"Itulah sejak tahun kavelingnya tidak ada. Suami saya sering jatuh sakit dan sudah sering keluar masuk rumah sakit," katanya.
Kehidupan rumah tangga suami istri itu pun terganggu. Mereka sering ribut. Apalagi awalnya informasi penjualan kaveling itu Ansel sendiri yang menyampaikan kepada suaminya.
"Ya begitulah, kaveling inilah selalu bahan berantam di rumah. Kita juga jadi sering berantam," kata Ansel.
"Saya tidak tahu lagi mau berbuat apa, semua sudah terjadi. Harapannya pemilik perusahaan bertanggung jawab, kalau tidak bisa mengadakan lahan, agar uang kami bisa kembali," kata Ansel. (Tribunbatam.id/Pertanian Sitanggang)