Laporan Kontributor Adim Mubaroq
TRIBUNCIREBON, MAJALENGKA - Ada aroma yang tak tergantikan dari dapur masa lalu: wangi hawu yang menyatu dengan harumnya nasi pulen, gemeretak ulekan sambal katel, dan bisik-bisik ibu yang sedang “ngakeul” nasi dengan telaten.
Semua itu kini tak hanya hidup dalam ingatan--ia nyata kembali di sebuah sudut Majalengka, di rumah makan bernama Sangu Akeul Cigaleuh.
Warung ini bukan tempat makan biasa. Ia adalah rumah bagi rasa yang nyaris punah, dan jendela yang membuka kembali kenangan tentang cara orang Majalengka menghargai makanan: sederhana, tapi penuh cinta.
“Menu utama kami dari makanan khas Majalengka. Ada Pencok Katel, Oncom Cigaleuh, Tahu Samara Talaga, sampai Ampas Kecap,” kata Manajer Marketing, Moza Anggraini.
Menurut Moza, semua bahan berasal dari tanah Majalengka sendiri, dari dapur para ibu, dari kebun, dari pasar rakyat. Dari seluruh sajian, Pencok Katel tetap jadi bintang. Terbuat dari terung kecil yang dicampur sambal kacang dan sedikit perasan jeruk, rasanya mewakili keseharian orang kampung: pedas, jujur, dan membumi.
Tapi belakangan, ada satu menu baru yang ikut menyedot perhatian: Kembang Simet.
“Ini bunga yang dulu sering dipakai orang tua zaman dulu. Dinamakan ‘simet’ karena katanya mirip teksturnya sama belalang. Sekarang justru banyak yang penasaran, sampai antrean nggak kebagian," ungkap Moza sambil tersenyum.
Rasa yang Menyatu dengan Tradisi
Keunikan lainnya terletak pada metode memasak yang masih mempertahankan teknik tradisional.
“Inilah salah satu keunikan kami. Rasanya jadi beda karena cara masaknya pun mengikuti tradisi orang tua dulu,” ujar Moza.
Tradisi tak berhenti di dapur. Pengunjung pun disambut dengan brem kaca khas Bantrangsana, tipis, rapuh, dan lumer di lidah, serta segelas teh tawar panas. Gratis. Bukan soal harga, tapi soal rasa dihargai.
Ruang makannya luas, terbuka, dan sejuk. Di akhir pekan, warung ini bisa menampung hingga 150 orang. Banyak keluarga yang datang bersama: dari kakek hingga cucu. Bukan hanya karena lapar, tapi karena ingin menyatu dalam momen kebersamaan yang jarang.
Harga makanan di sini memang bersahabat: mulai dari Rp8.000 untuk Pencok Katel, sampai sekitar Rp25.000-an untuk Cocobek Ikan. Dan yang lebih penting, tiap rupiah terbayar lunas dengan pengalaman makan yang membawa pulang ke dalam memori.
Sejak buka, Sangu Akeul Cigaleuh telah menjadi magnet baru wisata kuliner Majalengka. Banyak pengunjung datang dari Bandung, Jakarta, Cirebon, Kuningan, sampai Tasikmalaya.
“Mereka penasaran karena belum pernah dengar makanan seperti ini. Bahkan beberapa artis juga pernah mampir setelah tampil di Majalengka,” kata Moza.
Menu yang dulu hanya hidup di meja makan rumah warga, kini tampil di hadapan pengunjung dari luar kota--dengan wujud yang tetap sederhana, tapi maknanya mendalam.
Di tengah arus modernisasi dan restoran cepat saji, Sangu Akeul Cigaleuh berdiri sebagai pengingat: bahwa kekuatan makanan bukan hanya pada rasa, tapi juga cerita.
“Orang datang ke sini bukan cuma karena lapar, tapi karena rindu. Rindu pada rasa yang tidak bisa mereka temukan di tempat lain," ucap Moza.
Salah satu pengunjung setia Sangu Akeul Cigaleuh adalah Wulan, warga Rajagaluh, yang kerap datang bersama keluarga besarnya.
“Saya sering ke sini sama keluarga. Anak, ibu. Kalau Minggu suka padat, jadi pindah ke Sabtu,” ujarnya sambil tersenyum.
Baginya, akhir pekan adalah momen berkumpul yang hangat, dan warung ini menjadi tempat yang pas untuk melepas rindu pada masakan rumahan khas Majalengka.
Menu favorit Wulan mencerminkan selera tradisional yang membumi: sayur asem, goreng ayam kampung, oncom, dan tentu saja Pencok Katel.
“Katelnya sekarang nggak terlalu pedas. Dulu pedas sekali, tapi saya udah nggak kuat pedas. Sekarang pas, lambung aman,” ucapnya.
Ia memuji cita rasa yang konsisten dan harga yang tetap terjangkau. Bagi Wulan, Sangu Akeul bukan hanya tempat makan, tapi ruang yang menyatukan keluarga lewat rasa yang akrab dan menenangkan.
Sangu Akeul Cigaleuh terletak di Jalan Letkol Abdul Gani, Kelurahan Majalengka Wetan. Kec. Majalengka. Sekitar 400 meter dari Alun-Alun Majalengka. Rumah makan yang berdiri sejak 2023 ini tidak menerima reservasi dan buka setiap hari: pukul 10.00 – 21.00 WIB. Karyawan disini sekitar 30 orang.
4 La