TRIBUNMANADO.CO.ID - Kejadian jatuhnya pendaki asal Brazil di gunung Rinjadi menjadi ramai di media sosial.
Bule Brazil tersebut bernama Juliana Marins.
Jenazah korban sudah ditemukan dan posisinya sudah terlihat.
Tinggal dilakukan evakuasi saja.
Namun tim yang bertugas melalukan evakuasi menghadapi kendala perubahan cuaca.
Bermacam cara diupayakan agar jenazah dapat dievakuasi.
Sekretaris Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI), Imam Firmansyah, mengungkapkan bahwa proses evakuasi jenazah pendaki Gunung Rinjani asal Brasil, Juliana Marins, sampai saat ini masih terkendala cuaca.
Pasalnya, jarak antara titik tebing dan tempat ditemukannya korban lumayan jauh.
"Untuk proses evakuasinya, dari laporan temen-temen yang sekarang di atas sedikit ada kendala, karena memang kan titik tebing dan korban ini lumayan jauh dan harus estafet untuk rolling korban dari titik ditemukan ke titik aman," ungkapnya, dikutip dari YouTube Kompas TV, Rabu (25/6/2025).
Imam menjelaskan, proses evakuasi itu sudah berjalan sejak Selasa (24/6/2025) malam, tapi berhenti karena ada beberapa terkendala dan baru dilanjutkan pada hari ini, Rabu.
"Memang prosesnya mulai dievakuasi itu dari semalam, tapi karena jarak pandang dan beberapa kendala di lapangan, akhirnya malam itu distopkan evakuasi, jadi mulai evakuasi lagi tadi pagi dan sempat beberapa kali terkendala dengan perubahan cuaca," ujarnya.
Terkait dengan penambahan personel lapangan, dari APGI sendiri, Imam mengatakan pihaknya masih menunggu instruksi tim yang ada di atas, apakah membutuhkan atau tidak.
Namun, Imam mengingatkan bahwa penambahan tim itu juga menjadi pertimbangan karena dikhawatirkan justru akan menghambat proses evakuasi.
"Kita mengikuti instruksi dari teman-teman yang sekarang ada di lapangan, jika memang dibutuhkan penambahan personel, dari kami siap mengirimkan lagi personel tambahan."
"Tapi yang menjadi pertimbangan juga jangan sampai penambahan personel justru malah menghambat nanti, bukan mempercepat, jadi kita menunggu instruksi dari komandan lapangannya apakan butuh tambahan personel atau tidak," katanya.
Imam pun menjelaskan bahwa tim yang ada di atas sudah lumayan banyak, mulai dari gabungan TNI-Polri, Basarnas, bahkan hingga beberapa relawan.
Dua orang dari APGI yang dikirimkan pun, kata Imam, juga merupakan Unit SAR.
"Tim yang ada di atas sudah lumayan banyak, gabungan dari TNI-Polri, Basarnas, dan beberapa relawan, dan kebetulan 2 anggota kami yang terlibat itu bagian dari Unit SAR," ungkapnya.
Evakuasi Menggunakan Helikopter Masih Dipertimbangkan karena Cuaca Berubah
Mengenai evakuasi ini, Tim SAR Gabungan juga masih mempertimbangkan penggunaan helikopter.
“Hal yang perlu kita pertimbangkan juga, dinaikkan ke atas oleh tim, sampai di atas kalau memungkinkan kita coba,” kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Yarman, Rabu (25/6/2025), dikutip dari TribunLombok.com.
Observasi pun terus dilakukan untuk evakuasi dengan helikopter, jika tidak memungkinkan evakuasi secara manual melalui darat.
“Kalau tidak memungkinkan, ada alternatif kita bawa (evakuasi) lewat darat,” jelasnya.
TNGR juga telah mengumumkan penutupan pendakian menuju puncak untuk memastikan proses evakuasi berjalan kondusif.
Sebelumnya, Kepala Kantor SAR Mataram, Muhamad Hariyadi menerangkan, salah satu personel berhasil mencapai lokasi korban di jurang.
"Setelah pemeriksaan awal, tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan pada korban," terang Hariyadi.
Konfirmasi status meninggal dunia diperkuat setelah tiga personel lainnya, menyusul turun dan memastikan kondisi korban.
Setelah itu, jenazah langsung di-wrapping (dibungkus) untuk persiapan evakuasi.
"Menyusul temuan ini, tim SAR yang berada di Last Known Position (LKP) atau lokasi terakhir korban terlihat segera menyiapkan sistem evakuasi," katanya.
Ada sekitar tujuh orang personel melakukan flying camp atau menginap di sekitar lokasi.
Lalu, tiga orang di anchor point kedua di kedalaman 400 meter dan empat orang lainnya berada di samping korban pada kedalaman 600 meter.
(Rifqah) (TribunLombok.com/Toni)