-

Bermunculan kafe-kafe dengan pelayan dan barista berkebutuhan khusus seperti teman Tuli dan down syndrome. Gejala penerimaan yang memberdayakan.

"Saya sangat mengapresiasi kesempatan yang diberikan kepada individu dengan down syndrome. Saya melihatnya dengan konteks penerimaan. Adanya kafe ini memberikan kesempatan bagi individu dengan kebutuhan khusus juga bisa berkarya, berpartisipasi dan memberikan kontribusi untuk lingkungan sekitar. Kemudian, ini juga bisa jadi kesempatan untuk menunjukkan kemandirian yang bisa menghasilkan," ujar ahli Curriculum Implementation, Monitoring & Evaluation di Sekolah Cikal, Vitriani Sumarlis, SPsi, MSi Psikolog dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (18/6/2025).

Vitri mengajurkan perlunya apresiasi dan afirmasi dari masyarakat bahwa setiap individu dengan kebutuhan khusus patut diakui kompetensinya. Dia berharap bahwa kafe dengan barista dan pelayan disabilitas benar-benar menjadi kafe inklusif buat masyarakat umum, tak hanya didatangi oleh komunitas dan keluarga individu disabilitas.

"Dengan mengaitkannya dengan konteks menerima inklusivitas, adalah penting diingat bahwa kalau kita sudah menerima adanya peran barista yang diampu oleh individu dengan down syndrome, maka alangkah baiknya dan seharusnya masyarakat yang datang itu harusnya udah blending. Artinya tidak terbatas pada komunitas dan keluarga dari individu dengan down syndrome tersebut," ungkapnya.

Masyarakat, imbuh Vitri, harus mengakui kemampuan dari individu dengan kebutuhan khusus di peran yang dijalankannya. Dari sanalah, inklusivitas itu terpenuhi maknanya.

"Kalau kita mau bicara inklusif, kita nggak hanya ajak individu dengan down syndrome berpartisipasi, tapi kita perlu acknowledged. Acknowledge itu artinya kita akui kemampuannya. Misalnya, 'wah itu kafenya memang enak buat nongkrong, menu dan minumannya juga enak'," jelas dia.

Selanjutnya, diharapkan masyarakat umum mengunjungi kafe-kafe disabilitas itu secara reguler.

"Jadi, individu dengan kebutuhan khusus sudah dapat pengakuannya. Alangkah baiknya langkah kita sama seperti kita melakukan kunjungan kafe non-down syndrome. Semua bisa datang, semua bisa merasakan perannya." tandasnya tegas.

Dilansir dari detikFood, beberapa kafe disabilitas itu antara lain:

1. Kopi Kamu

Kopi Kamu di Jalan Wijaya I Nomor 62, Jakarta Selatan punya barista spesial yaitu para penyandang down syndrome

Pihak Kopi Kamu bekerja sama dengan Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS) untuk memberdayakan para penyandang down syndrome. Mereka diberikan pelatihan untuk menjadi barista, mulai dari meracik minuman sampai berkomunikasi dengan pelanggan.

2. Kopi Tutur Rasa

Kopi Tutur Rasa di Surabaya, Jatim mempekerjakan para teman tuli sebagai barista yang telah dilatih profesional. Pelatihan itu mencakup cara bikin kopi sekaligus bagaimana cara melayani pelanggan.

Kopi Tutur Rasa mempekerjakan teman tuli yang tersebar di 4 hotel, yaitu Midtown Hotel Surabaya, Hotel Midtown Residence Surabaya, Crown Prince Hotel Surabaya, dan Verwood Hotel & Serviced Residence Surabaya.

3. Sunyi Coffee

Sunyi Coffee adalah salah satu pelopor kedai kopi disabilitas, sejak 2019. Gerai pertamanya ada di bilangan Fatmawati, Jakarta Selatan.

Pemiliknya, Mario Gultom dkk telah mempekerjakan 3 barista teman tuli dan 2 barista tuna daksa. Tak cuma itu, kasir, cook hingga waiters pun memberdayakan para disabilitas.

4. Kopi Tuli

Lebih awal dari Sunyi Coffee, Kopi Tuli yang berlokasi di Jalan Raya Krukut No 10 Depok, Jabar ini sudah mempekerjakan teman tuli sejak 2018.

5. Inklusiv Warung

Di luar Jawa, ada Inklusiv Warung di Bali yang didirikan sejak 2022. Teman Tuli yang dipekerjakan saat awal buka adalah 11 orang.

Ada juga karyawan nondisabilitas namun dituntut harus paham bahasa isyarat.

Nah, kamu pernah mengunjungi kafe dengan pekerja disabilitas yang mana nih detikers?



Baca Lebih Lanjut
5 Minuman Matcha Populer di Kafe, Dirty Matcha hingga Coconut Matcha Cloud
Detik
Seperti Ini Gejala Serangan Jantung yang Bisa Muncul Sebulan Sebelumnya
Detik
7 Model Rambut Bondol Wanita yang Tren di 2025
KumparanWOMAN
India Masih 'Diamuk' COVID-19, Ini Gejala Baru yang Dikeluhkan Pasien
Detik
Istimewa! Quiche hingga Pain au Chocolat di Kafe Nicholas Saputra
Detik
Tren Rat People: Orang yang Hanya Makan, Tidur, dan Tidak Pernah Keluar Rumah
Detik
8 Gejala Diabetes 'Tak Biasa' yang Muncul di Anak Muda
Detik
Jangan Sepelekan Sariawan, Bisa Jadi Gejala Kanker Mulut
Detik
Upaya Lebih Maju dan Mandiri, Pelaku UMKM Disabilitas di Kota Madiun Rintis Kuber
Timesindonesia
Bukan Cuma Lesu dan Wajah Pucat, Waspadai Gejala Lain Anemia pada Anak!
KumparanMOM