TRIBUNJATIM.COM - Tak tahan tekanan bekerja di kota besar, pria satu ini memilih tinggal di dalam goa.

Ia menghabiskan sisa waktunya 4 tahun untuk menjadi penghuni goa dan menjalani kehidupan tak biasa.

Pria ini menjalani hidup sederhana dan jauh dari kesibukan kota besar.

Ia mencari ketenangan dan kesendirian di dalam goa meskipun punya penghasilan lebih dari Rp 22 juta dalam satu bulan.

Pria tersebut berusia 35 tahun dari China, memilih menjalani kehidupan yang tak biasa yakni menetap di sebuah goa selama empat tahun.

Keputusan ini lahir dari keyakinannya bahwa pekerjaan dan pernikahan adalah konsep yang terlalu dilebih-lebihkan dalam kehidupan modern.

Dilansir TribunJatim.com dari South China Morning Post, Minggu (15/6/2025), pria bernama Min Hengcai itu berasal dari Provinsi Sichuan di China barat daya.

Kini ia tinggal di sebuah goa yang telah dimodifikasi. Tempat sederhana itu kini menjadi simbol pelariannya dari tekanan hidup di kota.

Pada akhir 2021, Min memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai sopir taksi daring yang memberinya penghasilan sekitar 10.000 yuan (Rp 22,7 juta) per bulan.

Ia memilih kembali ke kampung halamannya untuk menjalani kehidupan yang lebih tenang dan menyendiri.

Min mengungkapkan bahwa ia merasa pekerjaannya sia-sia.

Sebelumnya, ia menghabiskan waktu hingga 10 jam setiap hari hanya untuk melunasi utang kepada anggota keluarganya.

Tak hanya itu, ia juga masih memiliki utang sebesar 300.000 yuan (Rp 682 juta) kepada bank dan sejumlah perusahaan peminjam.

Kondisi tersebut membuatnya merasa putus asa untuk bisa melunasinya.

Viral seorang pria di China lelah kerja banting tulang di kota, kini pilih tinggal di sebuah goa.
Viral seorang pria di China lelah kerja banting tulang di kota, kini pilih tinggal di sebuah goa. (Tribunnews.com)

Ia bahkan mengungkapkan bahwa keluarganya telah menjual aset pribadi yang sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk melunasi sebagian utang tersebut.

Untuk mendapatkan tempat tinggal yang lebih tenang, Min menukar tanah miliknya dengan sebidang tanah milik warga desa lain yang ukurannya hanya seperempat dari tanah aslinya.

Langkah ini diambil agar ia bisa memanfaatkan goa yang berada di area tersebut.

Min kemudian mengeluarkan sekitar 40.000 yuan (Rp 9 juta) untuk merenovasi gua berukuran 50 meter persegi itu menjadi tempat tinggal yang layak huni.

Setiap harinya Min bangun pukul 8 pagi dan menghabiskan sepanjang hari dengan membaca, berjalan-jalan, dan bekerja di ladang.

Ia tidur pukul 10 malam dan seringkali makan sayur-sayuran yang ditanamnya.

Min mengatakan gaya hidup seperti itu adalah satu-satunya yang ia impikan selama bekerja di kota.

Ia juga memposting tentang kehidupannya di media sosial, di mana ia memiliki 40.000 pengikut dan dapat memperoleh penghasilan dari siaran langsung.

Min mengatakan kepada Televisi Sichuan bahwa ia menolak pernikahan karena hal itu merupakan “pemborosan waktu dan uang”.

"Kemungkinan menemukan cinta sejati sangat rendah. Mengapa saya harus bekerja keras untuk sesuatu yang sangat langka?" katanya.

Kisah hidupnya memicu diskusi hangat di dunia maya.

“Ini adalah kehidupan di surga,” kata seorang netizen.

Beberapa orang juga mempertanyakan apakah Min benar-benar hidup menyendiri.

“Dia masih melakukan siaran langsung dan menerima wawancara,” ujar netizen lain.

Pria di China tinggalkan kehidupan di kota, pilih tinggal di sebuah goa.
Pria di China tinggalkan kehidupan di kota, pilih tinggal di sebuah goa. (scmp.com)

Kisah lainnya yang serupa adalah yang dialami mantan TKI di Korea Selatan ini.

Perjalanan hidup seorang mantan TKI di Korea Selatan bisa jadi inspirasi untuk anda semua.

Tidak semua orang bisa memaknai perjalanan hidupnya sebagai kesempatan kedua.

Namun bagi seorang purna migran asal Desa Kebonturi, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon ini, kisah perjuangannya justru dimulai ketika pulang kampung dari Korea Selatan.

Mantan TKI bernama Didi Kusnadi ini menceritakan perjuangannya setelah pulang dari Korea Selatan.

Sudah sukses mengumpulkan modal untuk usaha, Didi yang awalnya mengikuti temannya berakhir sukses.

Namanya mulai dikenal di lingkungan sekitar sebagai pelaku usaha konveksi yang cukup sukses.

Ia adalah Didi Kusnadi, pendiri Mawar Fashion, sebuah konveksi yang kini fokus memproduksi busana muslim anak dan remaja.

“Saya ini sebenarnya sudah melewati tiga fase. Dari calon pekerja migran (CPMI), lalu menjadi PMI di Korea Selatan dan sekarang jadi PPMI (Purna Pekerja Migran Indonesia),” ujarnya saat ditemui di rumah sekaligus lokasi usahanya, Sabtu (17/5/2025), seperti dikutip TribunJatim.com dari TribunJabar.ID, Minggu (18/5/2025).

Perjalanan panjang itu dimulai pada 2008, ketika ia memutuskan bekerja ke Korea Selatan.

Menurutnya, saat itu, bekerja ke luar negeri adalah satu-satunya jalan untuk meningkatkan taraf hidup bagi sebagian warga di wilayah barat Cirebon.

“Gajinya di sana lumayan besar, jadi ketika pulang bisa untuk modal usaha,” ucapnya.

Namun, ia tidak langsung membuka usaha konveksi saat tiba di Tanah Air.

Berbekal lokasi rumah yang dekat dengan Pasar Tegal Gubug, sebuah pasar sandang legendaris yang dikenal hingga tingkat ASEAN, ia mulai melihat peluang.

EKS TKI - Didi Kusnadi, pria asal Desa Kebonturi, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon merupakan seorang pengusaha sukses yang bergerak di bidang konveksi busana muslim, di mana ia purna migran dari Korea Selatan.
EKS TKI - Didi Kusnadi, pria asal Desa Kebonturi, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon merupakan seorang pengusaha sukses yang bergerak di bidang konveksi busana muslim, di mana ia purna migran dari Korea Selatan. (Tribun Jabar)

“Awalnya ikut-ikut teman dulu, belum berpikir serius."

"Tapi setelah itu saya mulai benahi usaha, dari legalitas sampai sistem produksi,” jelas dia.

Tantangan datang ketika dunia digital mulai merambah berbagai lini usaha.

Ia pun tak tinggal diam.

Ia belajar memanfaatkan media sosial dan platform marketplace untuk memperluas jangkauan pasar.

“Sekarang 95 persen penjualan kami online, dari WhatsApp, Instagram sampai marketplace,” katanya.

Kini, Mawar Fashion memproduksi antara 2.000 hingga 4.000 potong pakaian per bulan.

Dengan karyawan tetap sebanyak 8 orang dan 15 mitra kerja sebagai penjahit, omzet usaha ini bisa mencapai Rp 50–60 juta per bulan, bahkan pernah menembus Rp 150 juta.

Lebih dari sekadar bisnis, ia menyebut usahanya juga sebagai bagian dari syiar. 

Fokus pada busana muslim bukan tanpa alasan.

“Kalau pakai baju muslim, kan ada identitasnya."

"Orang pakai koko atau gamis jadi malu kalau mau ke diskotik. Ini soal membangun citra,” ujarnya, sambil tertawa.

Tak hanya dirinya, sang istri pun adalah purna migran dari Taiwan dan sang ayah pernah menjadi pekerja migran di Malaysia.

Tak heran, keluarganya dikenal sebagai keluarga migran di kampung.

Kini, dari rumah sederhananya di pinggiran Cirebon, ia membuktikan bahwa kisah sukses tak harus dimulai dari kota besar.

Cukup dari niat, kerja keras, dan keberanian untuk pulang dan membangun dari nol.

“Saya ingin teman-teman purna migran juga semangat, jangan takut memulai usaha dari kecil. Karena rezeki itu, insya Allah, selalu ada kalau kita berani mencoba,” ucap Didi. 

Suksesnya Didi membangun konveksi hingga memiliki pendapat mencapai puluhan juta, membuat Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, Abdul Kadir Karding pun mendatanginya, pada Sabtu (17/5/2025).

UANG MANTAN TKI - Penghasilannya kini Rp 150 juta sebulan, mantan TKI berbagi cerita pernah terpuruk hingga akhirnya bisa sukses seperti saat ini.
UANG MANTAN TKI - Penghasilannya kini Rp 150 juta sebulan, mantan TKI berbagi cerita pernah terpuruk hingga akhirnya bisa sukses seperti saat ini. (Tribun-Timur.com)

Kunjungan ini merupakan bagian dari agenda pribadi Karding untuk menyerap aspirasi sekaligus melihat langsung dampak positif pemberdayaan purna migran di daerah.

“Di hari libur ini saya berkunjung ke Cirebon, salah satu objek kunjungan adalah tempat usaha konveksi dari purna migran Indonesia."

"Namanya adalah Mawar Fashion yang dimiliki oleh Didi Kusnadi,” ujar Menteri Karding kepada awak media.

Menurutnya, Mawar Fashion menjadi contoh nyata bagaimana mantan pekerja migran mampu membangun usaha yang berkelanjutan dan berdampak bagi lingkungan sekitarnya.

“Didi ini dulunya purna dari Korea Selatan, istri beliau purna dari Taiwan dan ayah beliau purna dari Malaysia. Jadi ini keluarga migran."

"Di sini saya melihat lebih dekat bahwa ternyata potensi purna ini luar biasa, karena bisa membangun usaha yang cukup membanggakan dan membantu perekonomian keluarga dan masyarakat,” ucapnya.

Karding menyebut, Mawar Fashion saat ini memiliki omzet ratusan juta rupiah per bulan dan dijalankan dengan manajemen modern.

Ia pun mengapresiasi kehadiran Asosiasi Purna Pekerja Migran Indonesia (APPIK) yang aktif dalam mendukung pemberdayaan eks TKI.

“Ke depan saya minta tolong sama mereka untuk membuat badan usaha atau koperaTKI"

"Untuk membantu seluruh purna-purna yang pulang atau yang ada sekarang ini agar dilibatkan dalam pemberdayaan,” jelas dia.

Pantauan di lokasi, rombongan menteri tiba sekitar pukul 14.00 WIB.

Menteri Karding disambut langsung oleh keluarga pemilik usaha dan langsung meninjau area produksi serta melihat proses penjualan secara daring.

Bahkan, Karding turut serta dalam sesi live TikTok yang dilakukan oleh karyawan konveksi tersebut.

“Saya juga minta mereka terlibat dalam vokasi pelatihan, baik skill maupun bahasa."

"Karena kebutuhan utama salah satunya selain keterampilan adalah bahasa. Mereka ini sudah fasih bahasa Korea, jadi bisa langsung terlibat,” katanya.

Baca Lebih Lanjut
Alasan Lelah Kerja, Sopir Taksi Putuskan Tinggal di Gua, Padahal Gajinya Rp 22 Juta Sebulan
Azis Husein Hasibuan
Gaji Rp 22 Juta Sebulan tapi Tetap Sengsara, Pria Ini Kabur ke Gua!
Detik
Gaji UMR Tapi Mau Pensiun Rp 1 Miliar? Segera Lakukan Hal Ini!
Detik
Peserta Kini Bisa Dapat Rp 15 Juta dari BPJS, Begini Caranya!
Detik
Rosan Ungkap Danantara Serok Dividen Rp 150 T Tahun Ini
Detik
Bejat! Pria di Bogor Cabuli Dua Bocah Usia 4 dan 7 Tahun
Okezone
Harga Beras Naik, Kini di Atas HET
Detik
Gubernur Khofifah Tambah Anggaran Bansos Rp 43,19 Miliar di PAPBD 2025
Timesindonesia
Dokter Alih Profesi Jadi Petani Mangga, Kini Raup Untung Rp 1,6 Miliar
Detik
UMR Jakarta Lewat! Segini Upah Ojol yang Narik 6 Jam/Hari
Detik