-

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Indonesia saat ini telah memasuki musim kemarau. Namun, sebagian wilayah masih dilanda hujan besar sehingga disebutlah fenomena kemarau basah. Apa pemicunya?

Dosen sekaligus ahli meteorologi Institut Pertanian Bogor (IPB), Sonni Setiawan SSi MSi menyebut ada beberapa pemicu kondisi kemarau saat ini. Mulai dari pola monsun, anomali iklim hingga aktivitas matahari.

"Seharusnya, saat musim kemarau, curah hujan menurun. Tapi sekarang, justru hujan terjadi terus-menerus. Ini yang disebut sebagai kemarau basah," kata Sonni dikutip dari laman IPB, Kamis (12/6/2025).

Aktivitas Matahari atau Sunspot

Salah satu aktivitas matahari yang memengaruhi kondisi cuaca saat ini menurutnya adalah sunspot. Sunspot adalah titik-titik gelap di permukaan matahari yang menandakan aktivitas radiasi tinggi.

"Sunspot juga memperbesar gradien potensial listrik dalam awan, sehingga hujan disertai petir lebih sering terjadi. Inilah salah satu faktor yang membuat curah hujan meningkat, bahkan di musim kemarau," kata Sonni.

Jika sunspot meningkat, matahari akan memancarkan lebih banyak partikel energi contohnya sinar kosmik. Partikel tersebut akan mempercepat kondensasi sehingga pembentukan awan meningkat.

Pemanasan Radiasi Matahari di Bagian Selatan Bumi

Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB tersebut mengatakan pemanasan radiasi matahari yang terjadi di bumi bagian selatan menimbulkan Bumi Bagian Selatan (BBS) punya tekanan lebih rendah dari Bumi Bagian Utara (BBU). Sehingga angin akan bergerak dari BBU ke BBS.

"Secara ilmiah, istilah musim didefinisikan berdasarkan posisi semu matahari relatif terhadap pengamat di permukaan bumi. Ketika matahari berada di selatan khatulistiwa atau Belahan Bumi Bagian Selatan (BBS), wilayah selatan bumi mendapat pemanasan akibat radiasi matahari yang lebih intens," jelasnya.

Penyebab Lain Kemarau Basah: La Nina-IOD

Selain aktivitas matahari, kemarau basah disebabkan juga oleh fenomena iklim seperti La Nina, El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD). Sonni menjelaskan La Nina terjadi saat laut di Samudera Pasifik tengah dan timur mengalami pendinginan suhu.

"Fenomena-fenomena ini memodulasi intensitas hujan ekstrem dalam jangka pendek, dan bisa memperkuat efek hujan pada musim kemarau," ujar Sonni.

Hal tersebut membuat peningkatan curah hujan selama musim sekarang. Adapun IOD dikatakan Sonni tak terlalu besar berdampak pada kemarau basah.

Saat ini IOD menunjukkan kondisi netral. Sehingga dampaknya terhadap kemarau basah relatif kecil.

"Saat ini tidak ada indikasi kuat El Niño atau La Niña, begitu pula dengan IOD. Yang menarik justru adalah aktivitas sunspot yang berulang setiap 11 tahun dan sedang berada pada puncaknya sejak 2024 dan masih aktif pada 2025," ungkapnya.

Dampak Kemarau Basah

Adapun dampak dari kemarau basah ini menurut Sonni sangat berpengaruh pada pertanian. Kualitas panen dapat menurun karena hujan yang terus mengguyur permukaan.

"Selain itu, pola tanam yang telah disesuaikan dengan musim kemarau juga terganggu akibat curah hujan yang tidak menentu," tambahnya.

Begitu juga di wilayah permukaan lebih rendah seperti pantai. Banjir rob berpotensi sering terjadi di pesisir laut contohnya Semarang, Pekalongan hingga Jakarta Utara.

"Banjir rob sebenarnya disebabkan oleh pasang air laut akibat gaya gravitasi bulan. Tapi ketika hujan deras turun secara terus-menerus, dan pada saat yang sama terjadi pasang maksimum, volume air yang masuk ke daratan akan meningkat drastis," jelas Sonni.



Baca Lebih Lanjut
5 Jenis Makanan Pemicu Sakit Ginjal, Apa Saja?
Konten Grid
Prospek Cuaca Mingguan: Kemarau Belum Sepenuhnya Merata, Melemahnya Monsun Australia Jadi Penyebabnya
Nurul Izzah Fitria
Fenomena Anomali: Pemicu Brain Rot pada Anak
Arum Setyoningsih
Ada Apa dengan Bagnaia?
Detik
Misteri Alien di Mata Pakar Fisika Teori IPB University
Detik
Kasus Nikita Mirzani Diserahkan ke Kejaksaan, Kuasa Hukum Sebut Ada Kejutan di Sidang, Ada Apa Gerangan?
Ines Noviadzani
Pilu Terserang Stroke di Umur 21, Ini 6 Kebiasaan yang Bisa Jadi Pemicu
Detik
Misteri Danau Warna Merah yang Bikin Hewan Jadi Batu
Detik
Baru Umur 25 Sudah Kena Gagal Ginjal, Ini 5 Kebiasaan Pemicu Diam-diam
Detik
Berat! Penjualan Mobil Masih Ambruk, Apa Penyebabnya?
Detik