Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Khairul Amin
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Persebaya mendapat sanksi 200 juta dari Komite Disiplin PSSI imbas penyalaan flare saat laga kandang terakhir Persebaya Liga 1 2024/2025 menjamu Bali United (23/5/2025).
Jumlah tersebut menjadi denda terbesar yang diterima Persebaya sepanjang musim 2024/2025.
Erik Wicaksono, koordinator Gate 21, salah satu kelompok tribun Persebaya mengakui bahwa denda tersebut jelas merugikan tim Persebaya.
"Saya harap itu menjadi denda terakhir untuk Persebaya, musim depan kita semua harus lebih dewasa dalam mengontrol emosi dan militansi dalam mendukung Persebaya," kata Erik Wicaksono, Senin (9/6/2025)
"Agar tim kebanggaan kita tidak terus menjadi sapi perah denda dari liga," tambahnya.
Persebaya memang selalu menjadi "incaran" soal denda. Berbanding terbalik dengan tim-tim lain yang melakukan pelanggaran berat, namun mendapat sanksi ringan.
Kekecewaan tidak adilnya penerapan sanksi dari Komdis PSSI disampaikan oleh Husin Ghozali, koordinator Green Nord 27, salah satu kelompok tribun Bonek.
"Coba bandingkan dengan denda yang diterima Arema FC. Pelemparan bus yang membahayakan nyawa pelatih dan pemain Persik Kediri hanya didenda Rp 20 juta. Kenapa ada tebang pilih?," kata Husin Ghozali.
Denda besar akibat penyalaan flare laga pekan terakhir Liga 1 juga diterima tim-tim lain, Persik Kediri didenda 200 juta, Madura United didenda 100 juta, PSM Makassar didenda 220 juta, Persib Bandung didenda 200 juta, Persija Jakarta denda 220 juta.
"Itu jelas sangat merugikan tim, denda dengan nominal sebesar itu seharusnya bisa dipergunakan tim untuk operasional mengarungi liga musim depan," pungkas Erik Wicaksono