Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Orangtua kerap membandingkan perkembangan anaknya dengan anak lain. Apakah anak saya telat bicara? Kok belum bisa jalan juga, ya?

Menanggapi hal ini, Dokter Spesialis Anak yang kini berpraktik di RS UNS Sukoharjo dan Balai Kesehatan Masyarakat Ambarawa dr. Aisya Fikritama Aditya, Sp.A., menegaskan bahwa setiap anak memiliki ritme perkembangan yang unik. 

Bahkan anak kembar pun bisa menunjukkan perbedaan kemampuan dan minat sejak dini.

“Setiap anak itu punya kemampuan yang berbeda-beda. Kembar saja bisa beda, apalagi yang beda orang tua, beda lingkungan, beda nutrisi. Jadi wajar kalau perkembangannya tidak persis sama,” ungkapnya dalam MOMSPIRATION: Waspada Red Flag Tumbuh Kembang Anak Sesuai Usianya di kanal YouTube Tribun Health, Jumat (6/6/2025).

Namun, ia mengingatkan bahwa tetap ada tonggak tumbuh kembang atau milestone yang sebaiknya dicapai anak di rentang usia tertentu.

Menurutnya, ada beberapa milestone yang perlu diperhatikan antara lain:

Usia 1 tahun: Anak sudah bisa menyebut kata bermakna seperti “papa” atau “mama” secara spesifik, dan mulai belajar berjalan.

Usia 18 bulan: Sudah harus bisa berjalan mandiri.

Usia 2 tahun: Anak sudah bisa menyusun dua kata dan mulai bercerita, meskipun belum jelas.

“Kalau milestone ini tidak tercapai, masih ada toleransi sedikit. Tapi kalau sudah lewat batas waktu toleransi, orang tua harus waspada. Itu artinya alarm sudah bunyi,” tegas dr Aisyah

Lantas kapan orang tua harus ke dokter spesialis anak untuk memeriksakan tubuh kembang anak?

Menurut dr. Aisya, jika orang tua merasa ada keterlambatan, jangan menunggu terlalu lama. 

Deteksi dini akan sangat membantu dalam memberikan intervensi yang tepat.

“Misalnya, anak usia 1 tahun belum bisa ngoceh, atau belum ada kata ‘papa mama’ yang keluar, lebih baik langsung dibawa ke dokter. Jangan tunggu sampai usia 3 tahun,” katanya.

Semakin cepat penanganan dilakukan, lanjut dr. Aisya, maka hasilnya akan lebih baik. 

Hal ini karena perkembangan otak anak paling signifikan terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu sejak dalam kandungan hingga usia 2 tahun.

“Di periode emas itu, volume otak berkembang sampai 80 persen. Nanti naik lagi jadi 90 persen di usia 8 atau 9 tahun. Jadi jangan sia-siakan periode ini,” imbuhnya.

Jika ditemukan adanya keterlambatan, dokter akan merujuk ke tim pendukung seperti dokter rehabilitasi medik, terapis wicara, atau okupasi terapi, tergantung kebutuhan anak.

“Stimulasi di rumah tetap penting, tapi bila perlu bantuan ahli, jangan ragu. Ini bukan soal anak nakal atau malas, tapi memang perlu didukung dengan pendekatan medis dan psikologis yang sesuai,” pungkasnya.

 

Baca Lebih Lanjut
Dukung Si Kecil Eksplorasi Dunia Imersif, Cara Seru Stimulasi Otak Anak Generasi Alpha dan Beta
Poetri Hanzani
Kunci Pernikahan Harmonis ala Jeremy Thomas dan Ina Thomas, Istri Selalu Minta Izin ke Suami
Ragillita Desyaningrum
Harus Banget Minum Susu 2 Liter Sehari? Ini Saran Dokter Jika Ingin Anak Tumbuh Tinggi
Detik
Dude Harlino Bagikan Pengalaman Asuh Bayi di Festival Baby Happy
Timesindonesia
3 Ide Seru untuk Bonding Ibu dan Anak Perempuan, Wajib Dicoba!
Poetri Hanzani
IDAI Ungkap Alasan Ortu Beri Anak Screen Time dan Dampak pada Tumbuh Kembangnya
KumparanMOM
4 Rekomendasi Makanan Penambah Berat Badan Bayi, dari Usia 0 hingga 12 Bulan
Mia Della Vita
Mengapa Kita Tidak Pernah Melihat Hiu Putih Besar di Akuarium?
Detik
Pemkot Probolinggo Siapkan Rp 450 Juta untuk Bangun Jalan Tembus Pasar Baru
Timesindonesia
Ini 5 Ciri-ciri Anak yang Bakal Sukses Menurut Pakar Parenting, Ingin Tahu-Mandiri
Detik