​Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNNEWS.COM, BOYOLALI - Dugaan pengkaplingan lahan camping di gunung Merbabu di Jawa Tengah menjadi perhatian. Pasalnya, area kemah dari salah satu penyedia jasa open trip ini memakan banyak tempat.

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGM), Anggit Haryoso menduga lokasi yang diduga pengkaplingan area camp itu di Sabana 1 Gunung Merbabu.

Namun setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata dugaan pengkaplingan lahan camp ini juga terjadi di beberapa gunung.

Pengkaplingan yang dilakukan penyelenggara open trip telah direspon oleh Kementerian Kehutanan.

Pengkaplingan lahan itu sangat disayangkan. "Jadi dari taman nasional tidak pernah ada aturan yang berikatan dengan area berkemah," jelasnya.

Pihaknya pun meminta pendaki yang melihat praktik pengkaplingan itu bisa difoto lalu dilaporkan.

Ada beberapa saluran yang bisa digunakan untuk melaporkan praktik monopoli itu.

Bisa melalui call center atau langsung ke petugas di pintu pendakian.

"Supaya kita clear," ujar Anggit.

Pengelola taman nasional terus berupaya memperbaiki layanan termasuk dengan melakukan penelusuran dugaan pengkaplingan lahan ini.

Pihaknya pun berterima kasih dengan video viral pengkaplingan lahan Merbabu.

"Sehingga kami bisa melakukan perbaikan kedepannya," pungkasnya.

Sebelumnya di media sosial ramai memperbincangkan adanya dugaan lahan camping di jalur pendakian Gunung Merbabu dikapling oleh operator tur. Hal tersebut ditandai dengan spanduk berwarna merah dengan tulisan selamat datang.

Spanduk itu dibentangkan cukup tinggi dengan warna mencolok. Kejadian tersebut kemudian menjadi perhatian netizen. Sebagian menilai tindakan itu sebagai bentuk 'booking lahan' yang merugikan pendaki umum.

Fenomena itu pun menimbulkan keresahan, terutama di kalangan pendaki independen yang khawatir kehilangan akses ke area camp favorit mereka karena sudah di-booking atau dipesan oleh operator.

Menanggapi polemik itu, Tiga Dewa Adventure menerbitkan surat klarifikasi tertanggal 2 Juni 2025. Dalam surat tersebut, mereka menyampaikan permintaan maaf atas kegaduhan yang terjadi serta menyatakan tidak pernah melakukan praktik monopoli atau klaim area camp.

"Tiga Dewa Adventure selaku organisasi tidak pernah melakukan monopoli atas area camp dan tidak pernah pula melakukan booking area lahan," tulis mereka.

Operator itu juga menyebut bahwa penggunaan porter lokal untuk membangun tenda atau membawa logistik merupakan bagian dari layanan, bukan bentuk penguasaan lahan.

Dalam postingan itu, mereka menyatakan akan menindak tegas jika ditemukan porter yang terbukti melakukan praktik tidak sesuai aturan hukum.

 

Baca Lebih Lanjut
Heboh Kapling Lahan di Camp Gunung Merbabu Pakai Spanduk Membentang
Detik
Gas Ajaib Bikin Pendaki Taklukkan Puncak Everest Cuma 5 Hari
Detik
Nekat Lewat Jalur Alternatif, 11 Pendaki Asal Malang Dievakuasi
Timesindonesia
Kilatan Petir di Gunung Kelud Bikin Geger Warga, Ini Kata PVMBG
Detik
Tanaman Misterius yang Hanya Ada di Lereng Gunung Kilimanjaro
Detik
Tren Mendaki Gunung di Era Digital, Konservasi dan Keselamatan Cenderung Diabaikan
Timesindonesia
Longsor Maut Gunung Kuda, Ini Risiko Bahaya Tambang Undercutting
Detik
Viral Warung Mbok Yem di Puncak Gunung Lawu Tutup, Pihak Keluarga Membantah
Detik
Korban Longsor Gunung Kuda Cirebon Dipastikan Berjumlah 14 Tewas, Ini Daftarnya
Timesindonesia
Gunung Dukono Kembali Erupsi, Abu Vulkanik Capai 1.350 Meter
Timesindonesia