TRIBUNMANADO.CO.ID - Pelita, renungan Pria Kaum Bapa (P/KB) GMIM dalam sepekan mulai 8 - 14 Juni 2025.
Pembacaan alkitab terdapat pada Roma 8:1-17.
Tema perenungan adalah Semua Orang Yang Dipimpin Roh Allah Adalah Anak Allah.
Khotbah:
Sahabat-sahabat Pria/Kaum Bapa yang dikasihi dan diberkati Tuhan,
Roma 8 adalah pasal yang menakjubkan. Pasal ini diawali dengan "tidak ada penghukuman".
Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa meskipun kita memiliki natur dosa, "sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus" (ayat 1).
Dan diakhiri dengan menyatakan bahwa tidak ada yang dapat "memisahkan kita dari kasih Allah" (ayat 39).
Paulus mengajarkan bahwa orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sudah dimerdekakan dari hukum dosa dan kematian (ayat 2-4) serta menikmati hidup baru yang dikuasai Roh Allah, mereka tidak dapat dipisahkan dari kasih Allah.
Namun, kita tidak akan bisa sepenuhnya menerima kasih Allah jika kita tunduk mengikuti yang mengarahkan
nafsu yang berasal dari natur dosa kita pikiran kita untuk menetapkan dan melanggar aturan yang kita buat sendiri.
Pikiran yang diarahkan untuk memuaskan diri sendiri tidaklah berkenan bagi Allah.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengarahkan pikiran kita pada "hal-hal yang dari Roh" (ayat 5).
Bagaimana kita bisa melakukannya? Melalui "Roh Dia yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati dan diam di dalam [kita]" (ayat 11).
Meski masih akan terus bergumul dengan dosa, kita telah menerima Roh Kudus.
Dia marnpu membantu kita untuk menundukkan natur kita yang suka memberontak, mengarahkan pikiran kita kembali kepada Allah, dan taat mengikuti perintah-Nya.
Paulus berkata, "Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu. Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu" (1 Korintus 6:19-20).
Pria/Kaum Bapa yang dikasihi Tuhan,
Menurut Paulus, setiap orang yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah.
Roh Allah bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Bagaimana Roh Allah itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak Allah? Roh kita harus `nyambung' dengan Roh Allah.
Ini laksana sebuah stasiun televisi memancarkan sinyal-sinyal gambar dan suara, tetapi tidak akan tampak di televisi kita kalau kita tidak menyetelnya pada gelombang yang sama.
Jadi, gelombang dari stasiun itu harus tersambung dengan gelombang dari televisi kita.
Demikian pula saat Roh Allah hendak masuk di dalam diri kita, roh kita juga harus terarah kepada Dia.
Jika Roh Allah hendak masuk ke dalam roh kita, tetapi roh kita terarah pada minuman keras, uang dan hawa nafsu,
"sambungan" itu tidak akan terjadi.
Jadi, roh kita juga harus terarah kepada Roh Allah agar terjadi koneksi sehingga kita pun akhirnya menjadi anak.
Bagaimana kalau kita tidak mengalami bahwa ada Roh Allah yang membuat kita menjadi anak Allah?
Karena kita tidak membuka diri untuk Roh Allah. Roh Allah sudah ada dan selalu ada. Pada hari Pentakosta, Roh Kudus
sudah turun dan turun untuk seterusnya, untuk selama-lamanya.
Jadi Roh Kudus ada, selalu ada, dan tetap akan ada. Namun, Roh Kudus tidak mungkin beroperasi dalam diri kita kalau kita tidak membuka diri.
Setelah kita menjadi anak Allah, apa yang kita alami? Kita otomatis akan menjadi "ahli waris" (ayat 17).
Maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerima bersama dengan Kristus.
Namun, untuk menerima janji-janji Allah itu bersama Kristus, kita harus siap menderita bersama-sama dengan Dia.
Pria/Kaum Bapa yang diberkati Tuhan,
Orang-orang yang dipimpin Roh Kudus mengalahkan keinginan daging, hawa nafsunya sendiri. Lalu, apa bukti bahwa
kita adalah anak-anak Allah? Buktinya ialah buah Roh.
Yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri.
Sembilan buahkah? Tertulis di sana bukan "buah-buah Roh", melainkan hanya "buah Roh".
Sebenarnya buah Roh ialah "kasih". Kasih itu tampak dengan delapan ciri, sehingga dikatakan kasih itu sabar, kasih itu murah hati, kasih itu lemah lembut dan seterusnya.
Karena itu, jika anak Allah hidup dalam kasih, mereka harus menghasilkan delapan ciri kasih dalam kehidupannya.
Demikianlah sejatinya cara hidup kita sebagai Pria/Kaum Bapa serta keluarga kita. Amin.
Pertanyaan untuk PA:
1. Bagaimana Roh Kudus membantu kita mengatasi sifat dosa kita?
2. Apa saja langkah praktis yang dapat kita ambil untuk mengarahkan pikiran kita kepada Allah?
Sumber: Komisi P/KB edisi Juni - Juli 2025