TRIBUNJATIM.COM - Kematian Mahasiswa Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Lampung (Unila), Pratama Wijaya Kusuma, viral di media sosial. 

Ia diduga menjadi korban penganiayaan dari seniornya di kampus.

Pratama Wijaya Kusuma diduga mengalami kekerasan saat mengikuti pendidikan dan latihan dasar (Diksar) yang digelar Mahasiswa Ekonomi Pencinta Lingkungan (Mahepel).

Curhatan pilu ibunda Pratama Wijaya Kusuma, Novita Choirunnisa, usai kepergian sang putra jadi sorotan. 

Melalui akun Tiktok @novitachoirunnisa, Rabu (28/5/2025), Novita mengungkap sakit hatinya ditinggal sang putra. 

"Sakitnya rasanya saat anak kesayangan ku sudah tiada jiwa ku rasanya ikut lemah," tulisnya menyertai unggahan foto bersama almarhum  Pratama Wijaya Kusuma.

"Anak ku, setelah kepergianmu, duniaku sudah tidak lagi sama, semangat itu rasanya terkubur bersama ragamu waktu itu," 

"Nak, kalau jika seandainya kamu di surga sana masih melihat mama di sini menangis, kamu jangan ikut sedih ya nak di sana.

Karena hanya dengan menangis bisa sedikit menghilangkan rasa sesak di dada saat mama merindukanmu nak, mama sangat rindu, semoga kita bisa berkumpul kembali suatu saat nanti,"

Mahasiswa Unjuk Rasa

Pratama tewas diduga akibat disiksa seniornya saat mengikuti kegiatan pendidikan dasar (diksar) Mahasiswa Ekonomi Pencinta Lingkungan (Mahepel) yang digelar pada 11-14 November 2024 dan ia tutup usia 28 April 2025.

Pasca meninggalnya Pratama Wijaya Kusuma, mahasiswa FEB pun menggelar unjuk rasa, Rabu (28/5/2025) sore. 

Para mahasiswa yang berjumlah seratusan orang tersebut mendatangi gedung Rektorat Unila. 

Para mahasiswa membentangkan poster dengan tulisan "Katanya zona akademik tapi tempat aman untuk kekerasan", "FEB Krisis Gak Keadilan", hingga "Justice For Pratama".

Korlap Aksi, Zidan mengatakan, pihaknya menggelar aksi tersebut karena wujud solidaritas antar mahasiswa. 

"Aksi ini sudah dilakukan dari hari Senin, ada 7 tuntutan yang kami sampaikan. Pertama sarana prasarana, transparansi anggaran kemahasiswaan. Tetapi yang mencuat adalah meninggalnya rekan kami," kata  Zidan, saat diwawancarai Tribun Lampung di depan Rektorat Unila, Rabu (28/5/2025).

Ia mengatakan, Pratama meninggal dunia diduga karena ada tindakan kekerasan dari Mahasiswa Ekonomi Pencinta Lingkungan (Mahepel). Bukti tersebut, menurutnya, sudah ada. 

"Untuk tuntutan memang ada tujuh tapi yang paling utama nyawa teman kami Pratama Wijaya Kusuma," kata Zidan. 

Zidan mengatakan, rekannya Pratama bersama lima orang lainnya mengikuti kegiatan pendidikan dasar (diksar) yang digelar oleh Mahasiswa Ekonomi Pencinta Lingkungan (Mahepel).

Korban mengikuti kegiatan diksar organisasi kemahasiswaan lingkungan dari 10-14 November 2024 di Gunung Betung, Pesawaran. 

Korban mulai sakit-sakitan setelah mengikuti kegiatan tersebut.

"Almarhum Pratama sejak mengikuti kegiatan sampai dengan bulan puasa tidak berdaya, hingga akhirnya 28 April 2025 beliau wafat," kata Zidan. 

Ia menduga temannya tersebut meninggal karena adanya tindakan dari kakak tingkat (kating) korban.

Mahasiswa yang ikut kegiatan tersebut ada 6 orang, sementara dua orang mengalami kondisi parah.

Termasuk  korban yang mengalami pecah gendang telinga.

Selain itu korban diduga ditendang di bagian perut hingga dada, dan disuruh minum spritus.

Unila Bentuk Tim Investigasi

DIDUGA DISIKSA SENIOR - Mahasiswa menggelar unjuk rasa (kanan) di depan Rektorat Unila, Rabu (28/5/2025) setelah meninggalnya Pratama Wijaya Kusuma (kiri), mahasiswa jurusan bisnis digital FEB tahun 2024, Rabu (28/5/2025) sore. Pratama diduga meninggal akibat mengalami kekerasan setelah mengikuti diksar mahasiswa pecinta alam.
DIDUGA DISIKSA SENIOR - Mahasiswa menggelar unjuk rasa (kanan) di depan Rektorat Unila, Rabu (28/5/2025) setelah meninggalnya Pratama Wijaya Kusuma (kiri), mahasiswa jurusan bisnis digital FEB tahun 2024, Rabu (28/5/2025) sore. Pratama diduga meninggal akibat mengalami kekerasan setelah mengikuti diksar mahasiswa pecinta alam. (Kolase istimewa via Tribun Medan)

Universitas Lampung (Unila) membentuk tim investigasi pasca kematian Pratama Wijaya Kusuma, mahasiswa jurusan Bisnis Digital Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unila tahun 2024. 

Warek Kemahasiswaan dan Alumni Unila, Prof Sunyono mengatakan, pihaknya membentuk tim investigasi pasca meninggalnya mahasiswa Pratama Wijaya Kusuma tersebut setelah mengikuti pendidikan dasar (diksar) salah satu ormawa. 

"Kami diminta rektor untuk membentuk tim investigasi terkait dengan kekerasan yang dilakukan salah satu ormawa di lingkungan FEB Unila," kata Warek Kemahasiswaan dan Alumni Unila, Prof Sunyono saat diwawancarai awak media di Gedung Rektorat Unila, Rabu (28/5/2025).

Mantan Dekan FKIP Unila ini mengatakan, tim harus segera bekerja dan dirinya juga tadi sudah berjanji bahwa dirinya akan membuat timeline berkaitan kejadian tersebut.

"Semua ini bisa diselesaikan tentu saja saya akan punya target investigasi, semua itu akan dilakukan agar cepat selesai," kata Prof Sunyono.

"Kalau hari ini masih pening jadi belum bisa berfikir, tapi insyaallah saya kirimkan ke BEM terkait timeline yang saya buat untuk nanti saya berikan kepada tim investigasi," sambungnya.

Pihak juga sudah meminta alamat korban, baik yang masih hidup maupun sudah meninggal. 

"Insyaallah nanti jika waktu pas saya akan datang ke rumahnya, karena informasi takut didatangi orang Unila, makanya pelan dan tidak boleh ujuk-ujuk, supaya mendapatkan informasi yang akurat dan itu yang penting," kata Prof Sunyono. 

Saat ditanya apakah korban diintimidasi, pihaknya akan  mencari tahu apakah benar atau tidak tapi ini baru katanya dan informasi nanti dilakukan kroscek.

"Jadi jika benar ya akan kita lakukan sanksi, tapi kita lihat kode etiknya dan jika melanggar etik akan diberi sanksinya," tambahnya.

Ia mengatakan, di dalam sidang kode etik itu akan dilihat ada kesalahan ditingkat mana dan sanksi itu akan diberikan.

"Kami belum melakukan investigasi karena saya baru tahu kemarin ketika ketua BEM FEB dan BEM Unila menemui saya, dan saya laporkan ke rektor," kata Prof Sunyono.

Saat ditanya apakah telah berkoordinasi dengan aparat, Prof Sunyono mengatakan, kepolisian menyerahkan dulu kepada internal Unila. 

Tim investigasi akan diminta ditemani oleh mahasiswanya karena mereka yang tahu alamatnya hanya satu orang.

Terkait investigasi transparan, Prof Sunyono mengatakan, tim investigasi sifatnya rahasia dan tidak terbuka.

"Lalu ketika hasilnya sudah didapat nanti kita sidang lihat tingkat kesalahan, hukuman yang pasti semua apabila terbukti dan meyakinkan maka akan ditindak," kata Prof Sunyono.

Tim investigasi segera bekerja dan diharapkan kepada para mahasiswa untuk tenang sajalah.

Baca Lebih Lanjut
Kronologi Mahasiswa Unila Tewas Diduga Disiksa Senior Mapala, Ditampar Bolak-balik hingga Disuruh Minum Spiritus
Widy Hastuti Chasanah
Diduga Alami Kekerasan Saat Diksar, Mahasiswa Unila Meninggal Dunia: Jalan 15 Jam, Istirahat 5 Menit
Redaksi
Kronologi Ibu di Klaten Nekat Ceburkan Diri Bersama Anak di Sumur, Ternyata Alami Gangguan Jiwa?
Widy Hastuti Chasanah
Kronologi Pasangan Lansia Ditemukan Tewas Membusuk di Sukoharjo, Diduga Suami Meninggal Duluan
Ayu Wulansari K
Diduga Dianiaya 3 Temannya, Siswa SD di Makassar Tewas
Detik
Fairuz A Rafiq Rilis Lagu 'Mama Galau' Bersama Anak-anak, Ungkap Keresahan Orangtua
Ragillita Desyaningrum
Al Ghazali Dituding Tak Tegas soal Pernikahannya, Maia Estianty langsung Pasang Badan Bela sang Putra
Widy Hastuti Chasanah
Suami-Istri Lansia di Sukoharjo Ditemukan Meninggal Dalam Rumah
Detik
Rumah Tinggal di Bogor Terbakar, Ibu-Anak Sempat Terjebak
Detik
Innalillahi, Seorang Kades Tewas Ditusuk Warga Sendiri di NTT, Polisi Ungkap Penyebabnya
Ines Noviadzani